Sedang Membaca
Para Perempuan Penulis Nabi Muhammad
M. Fauzi Sukri
Penulis Kolom

Penulis buku Pembaca Serakah (2018), bergiat di Bale Sastra Kecapi dan Pengajian Malem Senin Solo, Jawa Tengah

Para Perempuan Penulis Nabi Muhammad

Dalam tradisi penulisan sejarah hidup Nabi Muhammad, kita lebih banyak mendapati para penulis lelaki. Jarang sekali kita menemukan dari penulis perempuan, apalagi penulis perempuan dari tradisi khazanah keilmuan di Indonesia yang tradisi menulis sejarahnya untuk kalangan perempuan Indonesia sangat memprihatinkan dan mengecewakan meski beberapa dekade ini semakin membaik.

Di antara yang sedikit ini, yang pertama bisa kita sebut adalah penulis terkenal Karen Amrstrong, yang menulis Muhammad, a Biography of the Prophet (Muhammad, Biografi Sang Nabi) dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh beberapa penerbit.

Karen Amrstrong menggunakan pendekatan sejarah kritis dan perbandingan agama, termasuk penggunaan berbagai referensi dari tradisi agama-agama Ibrahimi dan non-Ibrahimi. Pendekatan ini menjadi penting dan relevan mengingat buku yang ditulis, seperti dikatakan Karen Armstrong:

“Terusik dengan prasangka terhadap Islam…bahkan di kalangan yang paling liberal dan toleran.”

Semua prasangka ini sebagian berangkat dari kurangnya pemahaman sejarah hidup Muhammad itu sendiri. Dan, bukan tidak mungkin hal ini juga menjangkiti umat Islam sendiri, khususnya seperti di Indonesia yang tidak terbiasa dengan tradisi sejarah kritis, bahkan penulisan sejarah Muhammad masih sangat minimalis sekali.

Saat melihat polemik perihal istri-istri Nabi Muhammad yang penuh prasangka intimidatif, Karen Armstrong memberikan perbandingan perihal masalah ini dalam beberapa agama khususnya dalam tradisi Yahudi dan Kristen.

Selain itu, ada dua alasan lagi yang dikemukakan Karen Armstrong. Yang pertama, tidak ada alasan kuat yang mendukung perihal nafsu seksual yang menyimpang atau hasrat berlebih pada kecantikan.

Kedua, ada lebih banyak alasan pernikahan politis yang dilakukan Nabi Muhammad dalam banyak pernikahannya, khususnya setelah istri pertama dan istri tercintanya meninggal, Khadijah.

Secara umum, buku biografi Nabi Muhammad karya Karen Armstrong barangkali adalah yang terbaik yang pernah ditulis oleh penulis perempuan sampai saat ini.

Dan sungguh bakal menunggu satu abad lebih bagi penulis perempuan Indonesia, barangkali, untuk menandinginya karya Karen Amstrong ini, mengingat kebudayaan menulis bagi perempuan muslim Indonesia masih tertinggal jauh.

Penulis perempuan kedua yang menggarap tema Nabi Muhammad adalah cendekiawan ulama Annemarie Schimmel yang menulis And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety (Dan Muhammad adalah Utusan Allah) yang juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan beberapa kali dicetak ulang.

Baca juga:  Gus Sholah: Kesaksian Santri Nakal

Keunggulan buku ini, jika dibandingkan dengan buku-buku serupa, terletak pada fokusnya untuk melihat perspektif umat Islam itu sendiri terhadap Muhammad, lebih difokuskan pada bagaimana kecintaan umat Islam pada sosok Nabi Muhammad, yang bahkan lebih marah jika dihina daripada Allah.

Annemarie Schimmel memang tidak menulis tentang sejarah hidup Nabi Muhammad, tapi lebih ditekankan pada berbagai aspek Nabi Muhammad dalam kehidupan umat Islam, khususnya di Timur Tengah, khususnya dari berbagai karya tulis biografis dan hagiografis perihal Nabi Muhammad yang ditulis umat Islam.

Dengan pendekatan tersebut, Annemarie Schimmel ingin mengungkapkan peran, persepsi, dan ritual umat Islam dalam beragama terhadap sosok pribadi Nabi Muhammad Saw. Sayang, buku ini tidak memberikan bab khusus perihal perilaku cinta umat Islam di Indonesia. Dan lebih sayang sekali, sedikit sekali buku yang secara khusus mencoba melakukan apa yang ditulis Annemarie Schimmel dengan mengambil kasus perayaan maulid Muhammad di Indonesia dan dengan pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademik.

Selain itu, Annemarie Schimmel juga menulis My Soul is a Women: The Feminine in Islam (Jiwaku adalah Wanita: Aspek Feminin dalam Spiritualitas Islam). Dalam buku elegan menawan ini, setelah prolog, Annemarie Schimmel langsung membuka bab pertama Kaum Wanita dan Nabi, dengan hadis yang sangat masyhur dalam Islam: Allah telah membuatku menyayangi dari duniamu kaum wanitadan wewangiannya, dan kebahagian bagi mataku adalah ketika shalat. Untuk menepis prasangka yang  hidup di Eropa dan Amerika, di bawah hadis itu, Annemarie Schimmel kemudian menulis:

Baca juga:  Pelopor Modernisasi Pendidikan Islam (4); Muhammad Iqbal

“Perkataan Nabi Muhammad ini telah sangat sering dikutip—jadi, bagaimana mungkin Islam bisa dikenal sebagai agama yang berpandangan negatif terhadap kaum wanita?”

Ada juga nama penulis cendekiawan perempuan yang dalam beberapa karyanya menulis Nabi Muhammad Saw seperti Amina Wadud dan Margaret Smith. Jika beberapa penulis perempuan ini berasal dari tradisi intelektual Eropa dan Amerika Serikat, sebenarnya ada penulis perempuan Indonesia yang juga menulis buku riwayat Muhammad, Suwarsih Djojopuspito.

Suwarsih Djojopuspito terkenal dengan novel Manusia Bebas ini—novel yang awalnya ditulis dengan bahasa Belanda dan untuk publik intelektual Belanda dan Indonesia— menulis buku Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW yang pertama kali diterbitkan pada 1959, lalu untuk cetakan kedua diterbitkan Pustaka Jaya pada 1976.

1959 adalah angka kemajuan cukup pesat, untuk tidak mengatakan cukup berani, bagi perempuan Indonesia secara historis keilmuan. Saya belum tahu apakah masih perempuan Indonesia yang berani menulis sejarah hidup Muhammad saw sampai sekarang. Yang perlu dicatat, setahuku, hanya dialah sastrawan perempuan Indonesia yang menulis biografi Muhammad sampai saat ini.

Menilik riwayat pendidikannya yang berbasis kebudayaan Eropa, perjuangan Suwarsih dalam sejarah politik dan pendidikan Indonesia, dan latar sejarah keluarga priyayi Jawa dalam pengalaman hidupnya, buku ini memberikan perspektif yang sangat menarik untuk kita baca saat ini, khususnya dilihat dari perspektif perempuan. Pada kata PENDAHULUAN yang hanya dua paragraf pendek, Suwarsih menuliskan maksud penulisan bukunya:

“Di dalam bahasa Indonesia masih sedikit sekali buku-buku yang menceritakan riwayat Nabi Muhammad s.a.w. dengan kata-kata dan cara, yang sesuai dengan alam pikiran pemuda dan pemudi jaman sekarang.”

Baca juga:  Meneladani Gus Dur sebagai Pembaca yang Rakus

Yang menarik, sebelum diterbitkan, Suwarsih meminta cendekiawan kondang H. Abdul Malik Amrullah (Hamka) untuk “meminta pemeriksaan dan bandingan” sebagai salah satu pakar sejarah Islam pada masa itu. Namun, “mulanya belumlah saya acuhkan benar,” kata Hamka.

Alasannya agak kurang etis, menurutku: “Karena [Suwarsih] sebagai seorang yang berpendidikan Barat, saya pikir, tentu buku-buku yang dibacanya tentang Riwayat Hidup Muhammad s.a.w. hanyalah dari sumber Barat. Padahal saya sudah agak lama mendengar nama pengarang, sebagai seorang wanita yang amat besar minatnya kepada kesusastraan. Malahan sampai mendapatkan penghargaan yang baik karena suatu karangan dalam bahasa asing.”

Justru, yang aku tahu, maraknya penulisan biografi Muhammad karena pengaruh ilmu sejarah Barat yang bertemu (kembali) dengan pemikiran Ibnu Khaldun.

Secara umum, memang masih sangat sedikit sekali penulis perempuan yang menulis seorang nabi yang dalam tradisi agama monoteistik ibrahimi laki-laki. Kekurangan ini memang akan sangat terasa sekali jika kita melihat dalam tradisi keilmuan di Indonesia, khususnya dari kalangan tradisional pesantren yang, harus diakui, tidak begitu berhasrat menulis sejarah secara kritis. Begitu juga, agak kurang bisa diharapkan dari kelompok (neo)modern khususnya dari kaum perempuannya yang belum begitu kuat tradisi penulisan sejarahnya.

Penulisan sejarah hidup Nabi Muhammad dari persepktif perempuan dan ditulis oleh seorang perempuan bisa mengimbangi berbagai kekurangan pemahaman kita tentang sosok Nabi Muhammad.

Tentu saja umat Islam Indonesia harus sangat bersabar menunggu buku biografi Muhammad yang ditulis perempuan Indonesia itu. Umat Islam Indonesia (bahkan hampir di seluruh dunia Islam) memang masih tertinggal jauh dalam tradisi (filsafat) penulisan sejarah.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top