Kumpulan hadis ini terinspirasi dari karya besar Syaikh ‘Abdul Halim Abu Shuqqah (1924-1995), Tahrir al-Mar’ah fi Asr al-Risalah (Pembebasi Perempuan pad Masa Kenabian) mengenai penguatan hak-hak perempuan dalam Islam dari teladan Nabi Saw.
Hadis Keempat
عَنْ جَابِر بن عبد الله رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ «إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَىَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ». رواه الترمذي.
Terjemahan:
Dari Jabir bin Abdillah ra, berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Orang yang paling saya cintai dan paling dekat dengan tempat saya kelak di hari kiamat, adalah mereka yang memiliki akhlak mulia. Sementara orang yang paling saya benci dan tempatnya paling jauh dari saya kelak di hari kiamat, adalah mereka yang keras dan rakus, suka menghina dan sombong”. (Sunan Turmudzi).
Sumber Hadis:
Hadis ini diriwayatan Imam Bukhari dalam Sahihnya (no. Hadis: 6104), dan Imam Muslim dalam Sahihnya (no. Hadis: 6177), Imam Turmudzi dalam Sunannya (no. Hadis: 2103 dan 2150), dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. Hadis: 6615, 6936, 8944, 10160, 10204, 10375, dan 10383).
Penjelasan singkat:
Masih satu nafas dengan hadis ketiga, hadis ini menegaskan akhlak mulia sebagai pokok ajaran kenabian. Sebagaimana disebutkan, mereka yang berakhlak mulia dan berperilaku baik adalah yang paling dicintai Nabi Saw. Merekapun kelak akan tinggal berdekatan dengan beliau di surga. Duh betapa bahaginya. Kebalikannya, orang yang berperangai buruk kepada orang lain, rakus, suka berkata kasar dan melakukan kekerasan. Mereka adalah yang dibenci Nabi Saw. Merekapun pasti akan dijauhkan dari beliau kelak di akhirat nanti.
Dalam teks lain, yaitu hadis riwayat Muslim (no. Hadis: 275), Nabi Saw menegaskan: “Bahwa orang yang memiliki sebiji rasa sombong kepada orang lain tidak akan pernah bisa masuk surga”. Orang sombong, Nabi Saw melanjutkan: “adalah orang yang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”.
Dalam semangat teks hadis ini, laki-laki seharusnya tidak merendahkan perempuan, begitupun perempuan kepada laki-laki. Cara pandang yang merendahkan orang lain adalah awal dari segala tindak kekerasan. Ia akan meligitimasi pengabaian, cibiran, hinaan, dan akhirnya kekerasan.
Untuk itu, dalam konteks berelasi antara laki-laki dan perempuan, kita berharap pada keduanya agar berakhlak mulia dan berperangai baik. Atau menjadi shalih dan shalihah. Satu sama lain.
Dalam kerangka ini, jika perempuan diminta berbakti pada suaminya, misalnya, maka laki-lakipun didorong untuk berbakti pada istrinya. Kita semua menginginkan perempuan sebagai istri “shalihah” bagi suaminya. Kita juga mengharapkan semua laki laki menjadi “shalih” (baik dan berbakti) bagi istrinya. Demikianlah prinsip kesalingan diharapkan bisa terjadi antara suami dan istri.