Sedang Membaca
Syekh Abdul Qadir al-Jailani Terlambat Menikah. Mau meniru?
Edi AH Iyubenu
Penulis Kolom

Sastrawan, praktisi perbukuan. Tinggal di Jogjakarta

Syekh Abdul Qadir al-Jailani Terlambat Menikah. Mau meniru?

Merasakan Denyut Muslim Beijing 1

Puluhan tahun lamanya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani, sang sulthanul auliya’, melakukan perjalanan spiritual seorang diri di padang pasir yang keras. Kita hari ini bisa membayangkannya sebagai lelaku riadat dengan pola uzlah (menyepi) –sebab tak semua riadat mesti beruzlah– di medan yang tandus, gersang, dan mengerikan.

Beliau adalah waliyullah  yang sangat ketat dan tegas dalam hal penegakan syariat Islam. Tidak ada kemakrifatan, hikmah, tanpa lelaku saleh kepada ajaran-ajaran syariat, begitu diktumnya.

Beliau mengatakan dalam kitabnya, Sirrul Asrar fima Yahtaj Ilaihi al-Abrar, bahwa ajaran Allah meliputi dua pilar, yakni syariat dan makrifat. Begitu urutannya. Jangan dibalik. Makrifat tanpa mengamalkan syariat adalah kefasikan. Dalihnya jelas dan sederhana: Allah Swt memerintahkan kita untuk mematuhi dan menjalankan amal-amal syariatNya.

Berikutnya ialah penyelaman dan penghayatan terhadap lelaku iman dan syariat itu. Buahnya adalah ilmu hikmah, yakni kebijaksanaan dan cinta. Begitu sederhananya.

Di antara ajarannya dalam bermakrifat, berhikmah, ialah at-tabarrau minal haul wal quwwah (terbebasnya diri dari merasa mampu dan kuat).

Beliau memaksudkan kredo tersebut sebagai “cara mengada” kita di hadapan Allah Swt, bahwa kita ini hanyalah makhlukNya yang dhaif, fana, dan tak berdaya apa-apa, dan semata Allah Swt lah yang memutuskan dan menggerakkan apa pun laku kita melalui pertolonganNya dan tuntunanNya.

Baca juga:  Eka Kurniawan: Negara Tidak Berbuat Apa-apa

Kita, dalam ungkapan populer hari ini, semata adalah wayang dan Allah Swt lah Dalangnya. Dalam hal apa pun.

Tatkala kita sedang beribadah, dengan bingkai spirit tersebut, kita akan menyadari bahwa tegaknya ibadah kita bukanlah sebab kealiman, kesolehan, bahkan keimanan kita yang kokoh, melainkan diyakini semata sebagai karuniaNya. Titik.

At-tabarrau minal haul wal quwwah dengan demikian adalah spirit of life untuk senantiasa meyakini dan mengakui bahwa kita “terbebas” dari kemampuan untuk mengamalkan kebaikan yang diperintahkan syariat dan terbebas dari kekuatan untuk meninggalkan keburukan yang dilarang syariat tanpa pertolongan Allah Swt semata.

Dalam riwayat yang dituturkan salah satu muridnya, as-Suhrawardi, beliau suatu kala ditanya oleh seseorang mengenai alasannya menikah. Penanya itu barangkali penasaran kenapa waliyullah yang mengajarkan “at-tabarrau minal haul wal quwwah” tetap menikah toh menikah merupakan perilaku orang awam yang identik dengan (di antaranya) hawa nafsu mencintai dan berahi.

Dengan jelas beliau menjawab, “Aku menikah karena aku diperintah langsung oleh Rasulullah saw untuk menikah: ‘Menikahlah engkau!'”

Beliau menikah di usia yang cukup banyak –bahasa kita “telat/lambat menikah”. Yakni di usia lebih dari 30 tahun.

Saya membayangkan, beliau tentunya takkan menikah umpama tak mendapatkan perintah langsung dari Rasulullah Saw. Ini mencerminkan totalitas beliau dalam melakoni “at-tabarrau minal haul wal quwwah” tadi.

Baca juga:  Romansa, Sastra, dan Kontekstualisasi Kasih Sayang

Kawan-kawan yang hari ini belum juga melangsungkan pernikahan, dalam usianya yang telah banyak, bisa cukup lega usai membawa riwayat ini Sulthanul auliya’ ini. Boleh jadi, lelaku at-tabarrau minal haul wal quwwah sedang anda arungi, sebagai buah kecemerlangan rohani.

Jika benar demikian, saya doakan, semoga isyarah dalam bentuk apa pun untuk menikah segera hadir. Isyarah tidak mesti berupa bisikan langsung dari Rasulullah saw  ala riwayat Syekh Abdul Qadir al-Jailani kepadamu, bukan? Ya bila bentuknya sama dengan riwayat tersebut, itu karunia yang luar biasa. Atau bila anda berazam hendak menunggu bisikan langsung begitu sampai kapan pun, saya kira itu pun luar biasa. (aa)

Masjid Pandanaran, 12-7-2019

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
3
Terhibur
1
Terinspirasi
1
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top