Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, bahasa, dan etnik. Oleh karena itu, Indonesia sering disebut sebagai negara yang heterogen.
Tetapi sebenarnya Indonesia lebih tepat disebut sebagai negara plural daripada heterogen. Karena, meski terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras, etnik, dan bahasa, tetapi Indonesia merupakan satu kesatuan bangsa, budaya, dan ideologi sebagaimana tercantum dalam semboyan bangsa Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”.
Arti semboyan tersebut adalah berbeda-beda tetapi tetap satu. Meski berbeda-beda, Indonesia merupakan satu kesatuan utuh yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Meski begitu, nampaknya Indonesia juga masih rawan akan perpecahbelahan.
Misalnya sikap intoleransi, sukuisme, separatisme, etnosentrisme, dan masih banyak lagi. untuk mengatasi perpecahbelahan tersebut, toleransi menjadi kunci utama.
Toleransi bisa diartikan sebagai sikap saling menghargai dan menghormati antarkelompok atau antar individu. Dengan sikap toleransi, itu artinya sudah selangkah menuju perdamaian.
Penyebab terjadinya perpecahbelahan antara lain adalah pengaruh globalisasi yang mengikis sikap toleransi dan perkembangan media sosial yang menyebarkan sikap intoleran serta berita hoax.
Untuk mengatasi hal ini, pada Kabinet Indonesia Maju sikap toleransi sangat ditekankan seperti yang diucapkan oleh Presiden Joko Widodo dalam pengumuman Kabinet Indonesia Maju.
Tidak hanya pemerintah yang harus menekankan sikap toleransi, tetapi generasi Z atau pemuda juga harus bisa menjadi pelopor sikap toleransi dan perdamaian.
Jika dilihat dari penyebab terjadinya perpecahbelahan, sangat berhubungan dengan generasi Z saat ini.
Para generasi Z pasti sudah tidak asing dengan media sosial. Di era globalisasi ini pasti generasi Z sangat update dengan hal-hal yang terjadi.
Maka dari itu, generasi Z sangat dibutuhkan sebagai pelopor sikap toleransi dan perdamaian di sekitar. Bisa dimulai dengan mengikuti organisasi-organisasi pemuda atau di sekolah yang menggalang sikap toleransi dan perdamaian.
Seperti yang dilakukan oleh Rohis SMA Negeri 1 Sugihwaras. Meski organisasi ini adalah organisasi Islam di kalangan pelajar, Rohis SMA Negeri 1 Sugihwaras ini juga menekankan sikap toleransi dan perdamaian. Mereka mengajak berdiskusi dengan teman non-Islam, mengadakan seminar toleransi atau perdamaian, dan masih banyak lagi.
Kita juga bisa membuat postingan-postingan tentang toleransi dan perdamaian di sosial media seperti akun instagram toleransi.id.
Selain itu, jika terdapat berita hoax kita tidak boleh ikut terprovokasi, tetapi kita harus mencari tahu kebenaran berita tersebut. Seperti akun instagram turnbackhoaxid.
Akun tersebut sering meluruskan berita-berita yang tidak benar. Kita juga harus memberitahu orang-orang di sekitar kita yang mudah terprovokasi oleh berita-berita hoax.
Menyebarkannya lewat mulut ke mulut juga bisa. Misalnya ketika sedang nongkrong atau bersantai dengan teman.
Jadi, kita sebagai generasi Z juga harus ikut berperan untuk menjadi pelopor sikap toleransi dan perdamaian. Generasi Z atau pemuda juga sudah banyak yang mulai sadar dengan toleransi melalui organisasi-organisasi, atau melalui kajian-kajian.
Jika sikap toleransi semakin banyak, maka perdamaian akan semakin terbentuk. Dengan begitu, tidak akan ada perpecahbelahan antaragama, antarsuku, dan lain sebagainya.