Sedang Membaca
Wayang Potel, Hiburan Religi Masyarakat Indramayu
Dedi Saeful Anwar
Penulis Kolom

Mahasiswa Kajian Sejarah Islam di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pengajar Sejarah di Ma’had Aly Ashiddiqiyah Jakarta.

Wayang Potel, Hiburan Religi Masyarakat Indramayu

Belakangan ini, pagelaran budaya ‘Wayang Potel’ muncul di Indramayu. Digagas oleh KH. Ibrahim Nawawi yang merupakan salah satu tokoh yang disegani di Indramayu. Dalam hal ini ia juga menggandeng beberapa budayawan dan penggiat seni.

Pegelaran Wayang Potel mengadopsi beberapa tokoh wayang yang menggambarkan karakterisitik fundamental pewayangan sendiri seperti Semar, Petruk, dan Gareng. Juga menginterpretasikan beberapa ketokohan baru agar bisa lebih diterima di masyarakat hari ini.

Menurut penulis, wayang dituntut  up to date dalam menjawab tantangan zaman kekinian. Minimal kita bisa  mentafsirkan tokoh-tokoh dalam Wayang Potel. Wayang tersebut dibuat langsung oleh Sarjana dari ISI Yogyakarta yang akrab dipanggil Kang Maman bermodalkan dari limbah kertas, berharap bisa membantu ramah lingkungan juga dibentuk menyerupai ketokohan wayang berdasarkan versi Wayang Potel.

Pola yang dimainkan dalam mengejawantahkan kesenian pewayangan dalam Wayang Potel ini bukan saja memainkan peran dengan naskah yang sudah ada. Tetapi yang dibangun paling utama dikedepankan adalah kritik sosial yang sedang terjadi pada masyarakat.

Seperti halnya bagaimana dalang dengan menggunakan wayang memfisualisasikan kronologis saling mengafirkan yang belakangan ini terjadi pada masyarakat dan menjawab solusi dari peristiwa itu terjadi dengan melalui beberapa pendekatan. Pendekatan pertama yang dilakukan adalah fikih, yang kedua antropologi, dan juga seni.

Baca juga:  Macapat, Membaca Tahapan Empat dalam Diri

Penulis menyaksikan sendiri, bagaimana masyarakat antusias dan sangat terhibur sekali dengan penyeleggaraan Wayang Potel ini. Karena memang topik yang disajikan sangat aktual sekali, sehingga bagi masyarakat sangat mudah dipahami karena memang selain melihat wayang juga, mereka disajikan tausiyah bagaimana bisa menjawab tantangan zaman yang akan datang.

Wayang Potel yang baru muncul belakangan ini di Indramayu (foto: penulis)

Gaya futuristik Kiai Ibrahim dalam mengejwantahkan problematika kekinian yang berkembang di masyarakat menjadi nilai plus dalam pagelaran ini.

Di samping itu, irama sufistik sangat kental yang ditawarkan gamelan, gong, dan gendang dilengkapi dengan beberapa alat musik modern yang mengantarkan alunan lagu selawatan seakan menyulap para audiens yang menyaksikan.

Hemat penulis, para penggiat pendakwah hari ini mungkin bisa mencontoh pada Wayang Potel ini. Yang mana menginovasikan metode dakwah dan bisa meleburkan antara agama dan budaya sehingga sangat mungkin bisa dikonsumsi masyarakat awam hari ini.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (1)

Komentari

Scroll To Top