Sedang Membaca
Sweetness In The Belly: Rumah bagi Perempuan Berfisik Barat dengan Jiwa Timur
Deda Ibrahim
Penulis Kolom

Wirausahawan, penulis, movie freak, tinggal di Taliwang, Sumbawa.

Sweetness In The Belly: Rumah bagi Perempuan Berfisik Barat dengan Jiwa Timur

Sweetness In The Belly Tiff Dakota Fanning

Bagi sebagian orang, rumah (home) berarti bangunan yang ditempati sehari-hari atau kampung halaman. Rumah juga berarti asal kita. Bagi sebagian lain, kata rumah sulit untuk diartikan: apakah suatu bangunan? Suatu kampung halaman? Asal usul kita? Bagaimana jika kita tidak memiliki itu semua? Apa artinya “ rumah” bagi mereka ini?

Film Sweetness In The Belly (2019) yang dibesut oleh Zeresenay Berhane Mehari bercerita tentang seorang perempuan kulit putih bernama Lilly (diperankan oleh Dakota Fanning) yang dibesarkan oleh seorang mursyid tarikat sufi bernama Abdal (Estad Tewfik Yusuf Mohamed). Kedua orang tuanya meninggalkan Lilly di kediaman Abdal di Maroko untuk dirawat oleh sang Mursyid.

Karena tinggal bersama seorang mursyid tarikat, Lilly dibentuk dalam tradisi sufi. Ia seorang muslimah. Ia mencintai kehidupannya di kediaman Abdal. Ia mencintai mursyidnya. Ia merasa bahagia dengan kehidupan masa kecilnya.

Suatu hari, Lilly dikirim Abdal untuk mengajar di suatu kota bernama Harar di Ethiopia. Ia berkenalan dengan seorang dokter kulit hitam bernama Aziz Abdul Nasser (Yahya Abdul-Mateen II). Keduanya jatuh cinta. Tapi karena gelombang perubahan pemerintahan Ethiopia yang berdarah,  Lilly harus berpisah dengan Aziz dan pergi untuk mencari suaka ke Inggris, negerinya yang tidak dikenalinya sama sekali.  

Baca juga:  Belajar dari Film Iran (8): Sinema Iran di antara Sprititualitas dan Pemberontakan

Di negeri barunya, Lilly tetap mencari Aziz, yang telah berjanji untuk menyusul dirinya ke Inggris. Aminah (Wunmi Mosaku), perempuan Ethiopia yang tinggal satu apartemen dengan Lilly, membantunya dengan membuka kantor pencarian pengungsi yang terpisah dengan keluarga mereka. Aminah sendiri terpisah dengan suaminya. 

Identitas Hibrid

Lilly adalah karakter dengan beragam identitas. Ia lahir dari kedua orang tua berwarganegara Inggris. Lilly berkulit putih, tetapi ia diterima oleh dan tinggal bersama Abdal. Lilly akrab dan bermain dengan teman-temannya berkulit hitam. 

Perempuan muslimah ini sangat fasih dalam mengaji Al-Qur’an dan memanjatkan doa dalam bahasa Arab. Ia memakai kerudung dalam kesehariannya. Karena kecintaannya kepada Abdal, Lilly mengambil nama mursyidnya sebagai nama belakang.

Perempuan yang berwarganegara Inggris ini, merasa dirinya bukan orang Inggris. Ia asing dengan ke-inggris-annya. Ia hanya “kebetulan”  berkulit putih. “Ini bukan namaku,” begitu ujar Lilly setelah ia melihat paspornya yang diberikan oleh petugas imigrasi. Lilly bahkan masih berusaha untuk kembali ke Ethiopia.

Hati Lilly ada di Afrika; Afrika adalah rumahnya. Tepatnya, Maroko dan Ethiopia adalah rumah Lilly. Maroko adalah rumah masa kecilnya, Ethiopia adalah rumah bagi separuh jiwanya yang tertinggal disana dan belum jelas bagaimana nasibnya. Keterpautan Lilly dengan masa lalunya ini direpresentasikan melalui adegan kilas balik. Adegan kilas balik bukan hanya untuk kebutuhan cerita, melainkan sebagai penekanan atas keterikatan Lilly dengan masa lalunya. 

Baca juga:  Parade Kegilaan dan Kebesaran The Beatles.

Lilly berfisik Barat dengan jiwa Timur. 

Sweetness In The Belly Poster
Sumber: Wikipedia

“Inilah Rumah Kita”

Sweetness In The Belly adalah film tentang perjuangan seorang perempuan beridentitas hibrid, yang telah “memilih rumah”, yang memberikan dirinya akar, asal-usul, rasa damai, rasa nyaman dan harus kembali “memilih rumah” lain. Ia tidak dapat kembali ke masa lalunya karena kondisi Ethiopia yang buruk. Ia juga tidak dapat kembali karena ia mengetahui, kekasihnya Aziz telah dieksekusi oleh junta militer di negeri tersebut.

Meskipun masa lalu memberikan makna kepada diri kita, kita tetap berjarak dengan masa lalu. Kita tidak akan pernah sepenuhnya kembali ke masa lalu. Tidak ada jalan lain, kecuali berdamai dengan masa lalu kita, dengan keinginan kita dan membuka lembaran baru. Kita membuka diri kita untuk kemungkinan-kemungkinan di masa depan. 

Itu yang dilakukan Lilly setelah mengetahui Aziz telah pergi. Saat mengetahui kematian Aziz, Lilly jatuh pingsan. Secara simbolik, adegan tersebut menggambarkan rumah yang dibayangkan oleh Lilly telah runtuh. Tidak ada lagi titik kembali bagi Lilly. Masa lalu sepenuhnya telah tertutup. Yang harus Lilly lakukan adalah menerima kondisi yang ada dengan hati lapang. 

“Kita adalah cabang-cabang dari pohon yang sama. Kita harus ‘menanamkan’ diri kita dimana kita berada, dan mengenali di hati kita bahwa inilah rumah kita,” begitu anjuran Aminah dalam suratnya kepada lilly.[]

Sweetness In The Belly 

Sutradara: Zeresenay Berhane Mehari / Produser: Jennifer Kawaja, Alan Moloney, Susan Mullen, Julia Sereny / Naskah: Laura Phillips / Pemeran: Dakota Fanning, Wunmi Mosaku, Kunal Nayyar, Yahya Abdul-Mateen II, Estad Tewfik Yusuf Mohamed / Durasi: 110 menit.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top