Secara umum ada dua sistem dalam turnamen sepakbola yang dipakai oleh penyelenggara turnamen. Pertama, liga. Kedua, cup. Liga adalah sistem turnamen yang kemenangannya ditentukan oleh banyak tidaknya poin yang didapat. Setiap tim mendapatkan jatah pertandingan yang sama. Di setiap pertandingan yang menang tim akan mendapat 3 poin, seri 1 poin dan kalah 0 poin. Di sepak bola domestik di sebuah negara, biasanya liga adalah jenis turnamen dengan kasta tertinggi, entah itu di inggri dengan EPL-nya, di Spanyol dengan La Liganya, di Italia dengan Serie A-nya atau di Indonesia dengan Liga 1-nya.
Cup adalah sistem turnamen yang saling menggugurkan satu sama lain. Tim yang menang akan terus melaju. Tim yang kalah gugur. Pada pelaksanaannya terkadang dipraktekkan secara variatif. Tidak semenjak awal langsung menerapkan sistem gugur. Dimulai dari fase grup. Kemudian sistem gugurnya dimulai pada 16 besar, setelah peringkat 1 dan 2 dalam setiap grup ditentukan dari jumlah poinnya. Di sepak bola domestik sebuah negara, biasanya cup adalah jenisa turnamen kasta kedua, ketiga atau malah keempat. Misalnya, di Inggris ada FA Cup, di Spanyol ada Copa Del Rey, di Italia ada Copa Italia.
Dalam kompetisi PES (Pro Evolution Soccer—sekarang sudah ganti nama jadi E-Footbal) yang diadakan di tongkrongan-tongkrongan atau diadakan di rental PS oleh pengelola rental PS, pilihannya juga menggunakan salah satu dari 2 sistem itu. Kalau berkeinginan supaya semua player mendapat jatah main yang sama, memilih liga, dengan konsekuensi selesainya lama. Tapi kalau ingin satu kompetisi cepat selesai, memilih cup, dengan konsekuensi hanya orang-orang yang menang saja yang bisa mendapat jatah main lebih banyak.
Kendati itu adalah sebuah sistem dalam turnamen sepak bola, atau sistem dalam video game sepak bola, ada sesuatu menarik yang bisa kita ambil, yang bisa kita elaborasikan dengan manusia dan kehidupannya.
Dalam sebuah turnamen liga, setiap pertandingan itu penting. Entah melawan tim lebih hebat atau melawan tim yang lebih lemah. Poin yang didapatkan selalu berharga untuk kemenangan di akhir turnamen. Namun, di sisi lain, ketika kalah bukan berarti sebuah tim sudah selesai, sebuah tim harus melaksanakan semua pertandingan yang menjadi jatahnya. Dan kalah di satu pertandingan belum tentu membuat tim tidak juara. Bisa diperbaiki di pertandingan berikutnya.
Saya menganalogikan itu sebagai jenis manusia. Manusia dengan tipe liga adalah manusia yang menganggap bahwa setiap apa yang dijalaninya dalam kehidupan adalah sesuatu yang penting. Sehingga apa pun yang dilakukannya, ia akan bersungguh-sungguh. Kemenangan puncak tidak didapat dari satu, dua, tiga peristiwa kehidupan. Tetapi dengan banyak hal yang dilalui dalam hidup. Dan ketika ia gagal di sebuah titik, ia sadar, itu bukanlah akhir, masih ada banyak hal yang bisa dilakukannya ke depan.
Kalau turnamen sepak bola tentu saja sampai akhir musim. Tapi kalau kehidupan, kapan akhir musimnya? Tentu saja ketika Sang Khalik memanggil. Sehingga sampai akhir hayatnya, manusia tersebut akan bersungguh-sungguh menjalani hidupnya.
Manusia dengan tipe cup adalah manusia yang di dalam benaknya selalu terpikir sesuatu yang bersifat jangka pendek. Mungkin saja, secara totalitas usaha akan lebih tinggi dibanding manusia liga. Ia mempersiapkan segalanya untuk satu hal yang akan dijalaninya. Namun, di sisi lain, ketika ia gagal, ia menganggap bahwa itu adalah hal terakhir yang bisa dilakukannya. Ia akan merasakan kekecewaan yang sangat besar, dikarenakan sebelumnya ia sudah mati-matian mempersiapkan segala sesuatunya, walau pada akhirnya ia akan kalah. Ia akan merasa bisa menjalani kehidupan dengan wajar lagi kalau kekecewaan yang dirasakannya hilang.
Kita bebas memilih mau menjadi manusia tipe yang mana, entah itu liga atau cup. Tentu saja harus siap dengan berbagai konsekuensinya. Kalau kita siap untuk konsisten dalam jangka waktu yang panjang, dan bersungguh-sungguh dalam setiap apa yang kita jalani, memilih menjadi manusia liga adalah pilihan yang tepat. Kalau kita tidak siap untuk konsisten dalam jangka waktu yang panjang, lebih suka mempertaruhkan sesuatu yang besar dalam jangka waktu yang pendek-pendek, dan siap menerima atau malah hidup dalam kubangan kekecewaan, mungkin saja memilih menjadi manusia cup lebih tepat.