Kitab Syair Ngudi Susilo merupakan kitab yang berisi tentang akhlak dan budi luhur. Di dalam kitab tersebut terdapat syair-syair yang menjelaskan tentang nilai-nilai etika dalam menjalan kehidupan dan berbangsa. Kitab ini ditulis oleh Kiai Bisri Mustofa pada bulan Februari tahun 1954, atau sudah berusia 65 tahun.
Kitab yang mengandung syair-syair yang penuh makna banyak mengulas tentang budi pekerti mulia (akhlaqul karimah). Semuanya menggunakan huruf Arab Pegon, kecuali beberapa lafaz asli berbahasa Arab. Hal ini dilatarbelakangi dengan keluasan ilmu bahasa Arab yang dimiliki oleh Kiai Bisri Mustofa.
Kiai Bisri Mustofa selain menjadi seorang ulama dan mendirikan Pesantren Raudhatul Thalibin, Leteh Rembang, juga ikut serta andil dalam dunia sosial, politik, dan boleh dikata menghidup dunia perbukuan (perkitaban) yang bersumber dari khazanah pesantren. Sebut saja, Kiai Bisri Mustofa menjadi anggota konstituante dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) melalui Pemilihan Umum (Pemilu) 1955, anggota MPRS dari kalangan ulama setelah muncul Dekrit Presiden 1959, dan anggota MPR dari Jawa Tengah melalui Partai NU dalam Pemilu 1971. Selain itu, tentu saja, kita mengenal beliau seorang singa panggung yang Bung Karno saja mengaguminya.
Kitab Syi’ir Ngudi Susila menjadi kitab yang dikaji di masyaraat khususnya di Pesantren Raudhatul Thalibin. Kitab ini terdiri dari 1 lembar halaman sampul dan 16 halaman isi.
Pada sampul tertulis judul atau nama kitab, penulis, dan logo dan nama penerbit. Huruf yang digunakan adalah huruf Arab. Syi’ir Ngudi Susila, suka fitedah kanthi terwela, dening Kiyahi Bisyri Mushthofa Rembang (Syair Ngudi Susila,untuk petunjuk yang jelas, oleh Kyai Bisri Mustofa Rembang).
Adapun percetakan dan penerbitnya adalah Menara Kudus. Kata “Ngudi” di sudut kanan dan kata “Susila” di sudut kiri dan kedua kata ini menggunakan huruf Arab Pegon.
Kitab Syi’ir Ngudi Susila dimulai dengan pembukaan dengan lafaz bismillaahir-rahmaanirrahiim dengan menggunakan huruf Arab. Dilanutkan dengan selawat kepada Nabi Muhammad saw. Kitab Syi’ir Ngudi Susila di dalamnya terdapat beberapa bab pembahasan.
Tiap pembahasan tertulis dengan bait yang terulang-ulang. Ada delapan bab pembahasan yang menggunakan huruf Pegon. Dan masing-masing pembahasan mempunyai baris yang berbeda-beda. Seperti, bab pertama yang membahas tentang pembagian waktu atau ambagi wektu yang terdiri dari 14 baris.
Secara keseluruhan kitab Syi’ir Ngudi Susila terdapat 160 baris dan yang paling banyak bait barisnya pada bagian yang nomor 8. Pada bagian ke-8, KH Bisri Mustofa dalam kitab Syi’ir Ngudi Susila menjelaskan tentang cita-cita mulia atau cita-cita luhur. Ada 46 baris yang membahas tentang cita-cita mulia dan pada bagian inilah nilai-nilai kebangsaan mulai diajarkan oleh KH Bisri Mustofa.
Adapaun tertulis didalam barisan bait syair kitab Syair Ngudi Susilo yang mengajarkan nilai-nilai kebangsaan sebagai berikut :
Anak Islam kudu cita-cita luhur (Anak Islam harus bercita-cita mulia)
Keben dunya akhirate bisa makmur (biar dunia akhirat dapat makmur)
Cukup ngilmu ngumume lan agamane (cukup ilmu umum dan agama)
Cukup dunya kanthi bekti pengerane (cukup dunia dengan bakti pada Tuhan)
Bisa mimpin sedulure lan bangsane (dapat memimpin saudara dan bangsa)
Tumuju ring raharjan lan kemulyane (menuju sejahtera dan mulia)
Iku kabeh ora gampang leksananae (itu semua tak mudah jalannya)
Lamon ora kawit cilik ta citane –(jika tak sedari kecil cita-citanya)
Pada bait-bait di atas, Kiai Bisri Mustofa mengajarkan bahwa seseorang pemuda harus mempunyai cita-cita yang mulia. Cita-cita tersebut didapatkan dengan cara belajar kepada seorang guru atau kiai yang mempunyai ilmu agama Islam, serta diimbangi dengan ilmu-ilmu umum. Ilmu umum tanpa diimbangi dengan ilmu agama tidak cukup, begitu pun sebaliknya.
Dengan belajar ilmu umum dan agama diharapkan cita-cita akan tercapai. Dan jika di masa yang akan datang menjadi seorang pemimpin, bisa memimpin bangsa dengan baik yang sesuai dengan ajaran Islam. Demikianlah isi dalam kitab kitab Syi’ir Ngudi Susila.
Dengan melihat kitab Syi’ir Ngudi Susila ini, kita bisa melihat dan memahami pemikiran keislaman dan kebangsaan Indonesia dari KH Bisri Mustofa.
Wujud praktis dari pemikiran KH Bisri Mustofa atas suatu realitas sosial yang dihadapinya. Kitab Syi’ir Ngudi Susila karya KH Bisri Mustofa merupakan kitab yang memiliki tema besar tentang pentingnya budi pekerti luhur bagi anak-anak, murid, santri.
Baik sebagai kiai maupun sebagai politisi, tampaknya Kiai Bisri Mustofa tetap konsisten sebagai bagian dari masyarakat atau kelas santri yang mengedepankan pembelajaran dan pembenakan budi pekerti luhur khas santri. Kitab Syi’ir Ngudi Susila membuktikan bahwa beliau berupaya melakukan reproduksi kultural santri. Pemikiran keislaman KH Bisri Mustofa adalah pemikiran khas santri dan pesantren.