Sedang Membaca
Mukew Sahur, Pentas Teater Jalanan Menjelang Sahur 
Christian Saputro
Penulis Kolom

Nama lengkapnya Christian Heru Cahyo Saputro. Mantan Kontributor indochinatown.com, Penggiat Heritage di Jung Foundation Lampung Heritage dan Pan Sumatera Network (Pansumnet)

Mukew Sahur, Pentas Teater Jalanan Menjelang Sahur 

Tradisi Muke Saur Teater Jalanan Cara Bangunin Orang Sahur Di Menggala

Di kota Menggala, Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung, ada tradisi yang unik yang biasanya dilakukan pada bulan Ramadan. Kegiatan yang konon sudah menjadi tradisi sejak tahun 1910 ini berjuluk Mukew Sahur. 

Tradisi Mukew Sahur ini berupa teater atau drama yang dipentaskan di jalan. Acara ini berlangsung pada dini hari, pada saat menjelang makan sahur.

Tradisi Teater Jalanan Muke Sahur
Mukew Sahur (Foto: dokumentasi Christian Saputro)

Mukew Sahur biasanya ditaja mulai malam selikuran hingga Ramadan usai. Tradisi yang merupakan bentuk ekspresi lisan masyarakat setempat ini bertujuan sebagai ibadah dengan cara membangunkan orang sahur sekaligus menghibur.

Disigi sejarah seni pertunjukan,  tradisi ini diperkirakan sudah berlangsung sejak awal abad ke-20. Menurut Farizal AT, tokoh asal Tulangbawang, pada awalnya tradisi Mukew Sahur merupakan acara bekadew/kadewan, yakni traktiran berupa acara makan-makan antara muli mengakhanai (gadis dan bujang) pada di malam bulan Ramadan.

Kemudian, muncul gagasan untuk membuat teater jalanan (drama yang dipentaskan di jalan raya) dengan berbekal penerangan dan alat yang seadanya.

”Mulai tahun 1950, kegiatan Mukew Sahur ini menjadi tradisi yang berlangsung setiap bulan ramadhan,” kata Farizal.

Teater jalanan ini masih berlangsung hingga kini. Bahkan tradisi Mukew Sahur ini pada tahun 2019 tercatat di Kemendkbud sebagai salah satu warisan budaya tak benda (intangible heritage) dari Lampung.

Baca juga:  Didi Kempot, Ngaji Ihya, dan Jiwa yang Begitu-Begitu Saja

Adapun cerita yang diusung dalam pertunjukan ini (seperti pada foto), lanjut Fahrizal, mengangkat kisah kehidupan sehari – hari maupun cerita dongeng yang diperankan dengan tingkah lucu dan jenaka. Terkadang dalam pertunjukan itu ada pemeran pria yang melakoni peran sebagai wanita.

Pelaksanaan pentas Mukew Sahur tak terlepas dari adat istiadat Miahdamar. Tradisi merupakan malam pertemuan muda dan mudi yang juga dihadiri juga oleh kerabat masing –masing untuk saling “menindai” atau menilai adab dan tingkah laku para muda dan mudi peserta Miahdamar.

Koreografer Lampung Hari W Jayaningrat menambahkan, tradisi Mukew Sahur ini juga dapat disejajarkan dengan tradisi Memalam’an, karena sebelum waktu makan sahur acara diisi dengan begadang sambil memainkan beledug tradisional.

“Kegiatan ini berlangsung hingga pukul 22.00. Selanjutnya diisi dengan acara kesenian berupa permainan gitar atau alat musik tradisional lainnya hingga tiba waktu sahur,” ujar Hari yang juga Kasi Kesenian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung ini

Karya budaya tradisi Mukew Sahur ini, lanjut Hari, kemudian menginspirasi Tari Kreasi Lampung. Mewakili Kabupaten Tulangbawang,  para penari  kreasi itu berhasil menyabet juara umum dalam perlombaan Tari Kreasi Lampung Festival Krakatau Tahun 2009.

Kemudian pada tahun 2009 dalam Parade Tari Daerah Nusantara di TMII Jakarta,  tari kreasi tersebut (atas nama Provinsi Lampung) berhasil membukukan penghargaan Juara Terbaik Se-Sumatera, Penata Musik Unggulan, Penata Tari Unggulan, serta Penata Rias dan Busana Unggulan.

Baca juga:  Selir dalam Islam (3): Harem dan Para Perempuan Timur

“Hingga saat ini, kebiasaan tersebut masih dapat disaksikan setiap tahun pada penghujung bulan Ramadhan di Kota Menggala Kabupaten Tulang Bawang,” terang Hari. (SI)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top