Doa merupakan salah satu bentuk penghambaan setiap insan kepada Tuhannya. Melalui doa siapa saja dapat menggungkapkan segala keluh kesah yang dihadapinya. Lewat doa juga dapat merekatkan hubungan manusia dengan Tuhannya. Doa yang senantiasa dipanjatkan tentu mengandung unsur positif. Biasanya saat berdoa, hal utama yang diutarakan adalah pujian dan rasa syukur kepada Allah. Kemudian diiringi dengan membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu keinginan diri disampaikan kepada Allah.
Pada umumnya doa dilaksanakan sebelum atau sesudah melakukan sesuatu. Fadhillah akan doa yang besar, menyebabkan segala sesuatu tentu harus diiringi dengan doa. Sudah menjadi keyakinan juga di dalam masyarakat, bahwa dengan doa dapat membawa aura positif bagi yang melakukannya. Doa juga mampu menjadikan kedamaian dalam hati serta dapat melancarkan segala kegiatan.
Berbeda dengan kewajaran doa dipanjatkan, terdapat satu manuskrip yang di dalamnya doa diselipkan di antara ayat-ayat al-Quran. Bukan lagi sebelum atau sesudah membaca ayat-ayat tersebut. Namun doa tersebut beberapa kali muncul di antara ayat-ayat dalam satu surat al-Quran. Satu sampai tujuh ayat ditulis, terselipkan doa. Bahkan dalam manuskrip tersebut ada beberapa ayat yang dituliskan hingga beberapa kali pengulangan.
Manuskrip yang diberi judul Kitab Primbon dan Doa ini merupakan koleksi KH. Nasrun yang di simpan di Pondok Pesantren Al-Mansur, Popongan, Klaten, Jawa Tengah. Manuskrip ini telahh digitalisasi oleh Kementerian Agama RI. Tentu langkah digitalisasi ini bertujuan untuk melestarikannya. Juga guna memperkenalkan kepada khalayak tentang adanya warisan literasi dari para pendahulu yang dapat dikaji lebih dalam.
Manuskrip ini memiliki kode LKK_SLO2016_NSR10 di laman lektur.kemenag.go.id. Bahasa yang tertuang dalam manuskrip ini berupa bahasa Arab dan Jawa. Jumlah halamannya 64 dengan setiap halaman berisikan 10 baris. Ukuran manuskrip tersebut adalah 20 x 16 cm. Kondisi fisik dari manuskrip ini masih baik dan dapat dibaca dengan jelas. Ada beberapa bagian dari manuskrip Kitab Primbon dan Doa ini warna kertas sudah memudar.
Manuskrip yang tidak diketahui pengarang dan penyalinnya ini beralaskan kertas modern bergaris dan dijilid dengan benang tanpa adanya sampul. Aksara yang digunakan berupa aksara arab pegon. Tulisan berupa khat naskhi yangg disertai dengan tanda baca. Sehingga mempermudah pembacannya dalam memahami isi teks tersebut. Seluruh teks tersebut dituliskan dengan tinta berwarna hitam.
Naskah tersebut berisikan bermacam-macam doa, fungsi serta fadhillahnya. Isi lainnya yaitu berupa primbon. Pada kolofonnya tertuliskan bahwa kitab itu bernama Primbon tanpa disertai pengarang dan penyalin. Bahkan tidak tertuliskan tempat dan tahun dari penulisan. Teks berikutnya berupa surat Yasiin yang diselepi oleh doa-doa. Teks terakhir berupa doa-doa serta asmaul khusna.
Keunikan dari manuskrip tersebut adalah teks surat Yasiin yang diselipi doa-doa. Contohnya, setelah ayat “waja’alna min-baini aidihim….” tertuliskan doa “Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa’ala ali Muhammad wabarika wasalim, Allahumma yaman-nuruhu fi sirrihi wasirruhu fi khalqihi akhfina min a’yunin-nadziriin, waqulubal hasidiin, wabaghina kamaa akhfaitar-rauha fil jasadi innaka ‘ala kulli syai’in-qadiir” dengan dua kali pengulangan dalam penulisannya.
Bahkan ada beberapa ayat dari surat Yasiin tersebut dituliskan dengan beberapa kali pengulangan. Seperti kalimat “Yasiin” ditulis ulang tujuh kali. Ayat “Dzalika taqdirul ‘azizul ‘adhiim” tertuliskan 14 kali. Ayat “Salaamun qaulam-mirrabir-rahiim” ditulis ulang 21 kali. Serta beberapa ayat lainnya.
Hemat penulis manuskrip ini ditulis bertujuan untuk mengajarkan secara langsung kepada pembacanya tentang beberapa doa baik. Doa yang dipanjatkan setelah membaca ayat berisikan ancaman yang ditujukan kepada kaum pelanggar perintah Allah SWT. Doa tersebut berisikan meminta ditunjukan ke jalan yang benar. Di sini seolah-olah penulis manuskrip ini menuturkan bahwa tatkala saat manusia mendengar hingga melakukan kekhilafan untuk segera kembali ke jalan yang benar. Meminta ampun kepada Allah serta memohon ditunjukan kepada jalan yang diridhoi oleh-Nya.
Bayangkan saja apabila suatu doa tidak pernah lepas dari segala kegiatan sehari-hari manusia, maka manusia tersebut akan selalu merasa bahwa dirinya adalah manusia yang tak luput akan dosa. Sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa angkuh dan sombong yang hinggap menyelimuti tubuh. Proses penghambaan dengan lewat doa ini merupakan langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja.