Kisah-Kisah Nabi Muhammad, dari Maulid Nabi di Kampung hingga Adegan Film

Ribuan orang menghadiri Garebeg Mulud Keraton Jogja 2017. Dari Masjid Gedhe hingga Alun-Alun Utara Jogjakarta disesaki oleh para pencari berkah Maulid Nabi. (Foto 6, AHMADUL FAQIH MAHFUDZ)

Sewaktu masih di bangku Madrasah Ibtida’iyah di desa Mulyasari, kami sering merayakan “muludan” di masjid al-Karomah yang terletak di depan madrasah. Dalam perayaan itu, kami diminta oleh pihak sekolah untuk membawa “jaburan” (baca: snack) sesuai kemampuan masing-masing.

Tradisi membawa jaburan ini, sangat efesien dan efektif, karena semua orang terlibat dalam perayaan, bukan sekadar datang, tetapi berkontribusi. Keterlibatan itu bukan hanya kami sebagai siswa, tetapi juga orang tua yang menyiapkannya. Sejak lulus madrasah, sudah tidak tahu lagi kelanjutan tradisi muludan tersebut. Semoga masih dilanjutkan.

Muludan adalah istilah lain dari maulid nabi Muhammad saw yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah. Di beberapa daerah, nama maulid nabi juga berbeda-beda untuk merayakan kelahiran Nabi Agung akhir zaman, Rasulullah Muhammad saw. Salah satu materi ceramah yang hingga kini masih kuingat adalah Al-Qur’an surat al-Fil yang dilagukan merdu oleh guru kami, Kiai Rosidi. Pak Guru Rosidi dengan suara yang enak didengar setelah membacakannya lalu bercerita tentang pasukan gajah Raja Abrahah yang akan menyerang Kabah.

Cerita Abrahah tersebut, tergambar dengan jelas pula dalam film “Muhammad Rasulullah” atau “Muhammad The Message of God”, garapan sutradara asal Iran Majid Majidi, release perdana 27 Agustus 2015. Sejak diputar film yang menceriterakan Nabi Muhammad sejak dalam kandungan hingga remaja itu sempat kontroversial di dunia Islam. Pasalnya, sosok Sang Nabi dimunculkan fisiknya, kecuali wajahnya.

Terlepas dari kontroversi itu, saya ingin mengapresiasi film berdurasi hampir tiga jam dengan biaya yang sangat mahal kurang lebih 560 Milyar atau US$ 40 juta. Film khusus tentang Nabi Muhammad saw ini kali kedua yang digarap film layar lebar selevel film Hollywood setelah tahun 1976, “Ar-Risalah” atau “The Message”.

Kisah Raja Habasyah (Yaman), Abrahah yang menyerang Mekkah dengan pasukan gajahnya itu bersamaan dengan jelang kelahiran Nabi Muhammad saw. Dengan kegagalan penyerangan itu, peristiwa alam semesta jelang kelahiran Nabi Muhammad saw digambarkan seperti pada ciri-ciri atau  tanda-tanda kenabian, seperti tertulis dalam kitab-kitab suci, baik Taurat maupun Injil, a.l. langit begitu cerah dan membahagiakan, terlihat bercahaya yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Bahkan, ilustrasi pada Abdul Muthallib, ayah Aminah, kakek Nabi, terlihat jelas cahaya itu muncul pada bilik rumah di mana Nabi sedang dilahirkan.

Baca juga:  Warisan Kuliner Para Habib

Sang Kakek takjub, haru, dan menyatakan dalam dirinya dengan meneteskan air mata, ternyata benar sesuai dengan perkiraan.  Dalam film itu digambarkan pula dengan kesaksian para Rahib Yahudi dan para budak sahaya.

Kisah pilu, haru, takjub, teladan, dan keluar biasaan yang ada dalam diri Nabi Muhammad saw tergambar dengan jelas dalam film dengan berbahasa Iran tersebut (yang saya tonton sudah ada alih bahasa Indonesia). Banyak hikmah yang dapat diambil dari kisah masa kecil dan remaja Nabi yang terlahir abad keenam Masehi untuk konteks saat ini.

Salah satu hikmahnya, setiap kebaikan orang harus dibalas dengan lebih baik lagi. Muhammad remaja membalas kebaikan orang yang telah memberikan jasanya, seperti Tsuwaibah, budak paman Muhammad yang sempat menyusui sebentar, lalu dibebaskan oleh Muhammad remaja, saat masih menggembala kambing, membantu pamannya Abu Thalib.

Film yang berani menampakkan fisik sang Nabi saat masih kecil dan remaja ini, beberapa kali juga memperdengarkan suara Muhammad, misalnya saat bertanya kepada sang bunda dan kepada pendeta Buhaira. Pertanyan kepada bunda Aminah, saat Muhammad masih berumur 7 tahun melakukan perjalanan ke Syam (Madinah) untuk silaturahim ke kerabatnya dan ziarah kubur pada makam ayahnya, Abdullah.

Pertanyaannya kepada bundanya, mengapa orang-orang itu kok menyembah batu? Bunda Aminah menjelaskan dengan terang dan jelas asal muasalnya, dimana Kakbah sebagai kiblat, memang terbuat dari batu, tetapi tidak semua batu boleh disembah. Pertanyaan kepada Rahib, Muhammad remaja yang saat itu kurang lebih berusia 12 tahun saat diajak berdagang bersama kafilah paman Abu Thalib, mengapa orang-orang itu dipenjara dalam Gereja?

Jawab sang pendeta, mereka sedang melakukan penebusan dosa, sebagaimana Nabi Isa as pernah melakukan itu untuk umatnya. Dari kedua jawaban itu, Muhammad kecil dan remaja, adalah sosok orang yang ingin lebih tahu secara langsung dan ingin lebih memahaminya secara bijak.

Suara lainnya lagi, dimunculkan, pertama, pada saat Muhammad remaja ingin membebaskan bayi perempuan yang akan dibunuh ayahnya, tetapi sang ibu tidak setuju, lalu keduanya bertengkar dan Muhammad menggendong bayi diambil dari lubang kubur yang sudah disiapkan lalu diserahkan kepada bapak bayi dengan menyampaikan hal-hal positif tentang masa depan bayi itu jika akan berumur panjang, tetapi ungkapan utamanya, bahwa anak perempuan adalah rahmat. Saat itu, pembunuhan bayi perempuan hidup-hidup bukan sesuatu yang baru, tetapi sejak Nabi mulai berdakwah tidak boleh terjadi lagi. Bayi perempuat atau lelaki sama saja itu rahmat dari Allah Swt.

Baca juga:  Berpuisi Kota Suci

Kedua, dialog Muhammad remaja saat akan membebaskan Tsuwaibah dari penjualan budak pamannya, Abu Lahab (Abul ‘Uzza) dan siksaan isterinya, puteri keluarga Umayyah. Ketika Abu Lahab meragukan bahwa Muhammad dapat membayar jika berhutang untuk membebaskannya, Muhammad menyatakan, saya akan bayar semuanya, tetapi saya harus bekerja terlebih dahulu. Sebuah sikap teladan yang luar biasa dari Muhammad remaja. Tidak lama kemudian, hutang itu lunas.

Perilaku lain Muhammad kecil dan remaja dalam film itu lebih banyak ditunjukkan dengan tindakan-tindakan, baik karena mendengar suara gaib maupun langsung untuk membantu sesama manusia yang membutuhkan. Di antaranya, ketika Muhammad remaja menolong rahib Yahudi Ismail yang sejak malam Nabi dilahirkan, hingga berumur 12 tahun ingin mencelakainya, tetapi pada saat Ismail (Samuel) sakit parah, Muhammad remaja tetap menolongnya.

Berikutnya, Muhammad juga membebaskan ibu dan anak yang sedang dijadikan persembahan kelompok masyarakat nelayan, lalu muncullah kejadian-kejadian kemukjizatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat nelayan saat itu. Pembebasan ibu dan anak dari sembahan itu sekaligus juga bantuan langsung Muhammad kepada masyarakatnya.

Abu Thalib yang menyaksikan langsung beberapa realitas itu semakin yakin bahwa Muhammad remaja adalah calon Nabi yang telah dituliskan oleh kitab-kitab suci, sebagaimana disampaikan pendeta Buhaira pada saat perjalanan dagang. Sang Pendeta bahkan berpesan kepada Abu Thalib, supaya menjaga sekuat tenaga ponakannya itu, sebab akan banyak rintangan dan tantangan yang akan dihadapi Muhammad, ketika menyampaikan ajarannya untuk bertindak adil, mensejahterakan, memberikan keamanan, penuh kasih sayang, dst. bukan hanya orang lain, tetapi juga dari kalangan keluarga terdekatnya.

Seperti dalam pembuka dan penutup film islami yang luar biasa ini, ditunjukkan bagaiman suku Quraish melalui Abu Sufyan yang menghalangi dakwah Nabi Muhammad saw.

Dalam pembuka film, ada seorang lelaki pengikut Nabi Muhammad saw sedang dihukum di depan Kakbah, kedua tangannya dirantai dan ditali pada dua tiang, tetapi ketika Hamzah bin Abdul Muthalib datang, orang tersebut dibebaskan Abu Sufyan.

Setelah kejadian itu, Hamzah mendatangi Abu Thalib yang sedang menemani Nabi Muhammad saw di kediamannya, saat ada orang tua yang ingin diberi nama anaknya oleh Nabi. Adapun pada akhir film, Hamzah dan Abu Thalib sedang menyampaikan pidato di depan Kabah, ajakan berdakwah Islam yang harus mulai terbuka, tidak sembunyi-sembunyi lagi dan harus berani, lalu Abu Sufyan mendatangi dan mengancam pada Abu Thalib dan Hamzah atas pernyataannya itu.

Baca juga:  Strategi Dakwah Rasulullah Saw pada Pamannya: Rasa Sayang dan Tetap Tegakkan Keadilan

Abu Thalib mengingatkan pada Abu Sufyan, ayah dari Muawiyah, yang belakangan menjadi pemimpin khilafah Islam melalui dinasti Umayaah, bahwa kita harus kembali pada perjanjian yang telah ditulis di dinding Kakbah. Ternyata semua isi perjanjian itu musnah tulisannya, kecuali lafad bismillah . Hal itu sekaligus menjadi jawaban pada Abu Sufyan yang memusuhi, menghina dan menghardik Nabi Muhammad, bahwa Allah itu tidak nyata wujudnya. Dengan hanya ada tulisan bismillahi, maka dakwah Nabi Muhammad Saw semakin nyata dan terbukti kebenarannya.

Dengan kemasan film seperti di atas, dengan alur yang tidak diakronik, lebih cenderung sinkronik, maka jika para pemirsa tidak mempunyai pengetahuan detail akan sejarah Nabi Muhammad sebelumnya, sebut saja film The Message, maka perlu beberapa kali lagi menonton film Muhammad The Message of God ini, supaya lebih komprehensif. Sebab, cerita dimulainya sang Nabi akan dilahirkan dan seterusnya hingga remaja itu berada di tengah film. Sesungguhnya film ini sangat komprehensif untuk menjelaskan masa kecil dan remaja Nabi Muhammad saw.

Sebagai orang kampung yang sekolah di madrasah, film Muhammad Rasulullah ini semakin melengkapi khazanah tarikh tentang Nabi Muhammad, terutama setelah belajar kitab kecil Khulashah Nurul Yaqin atau sejarah Nabi yang ada dalam bacaan kitab kecil saat malam maulid, khususnya yaitu Al-Barzanji/Ad-Diba’i. Akhirnya, saya semakin yakin, bahwa guru-guru saya saat di madrasah ibtida’iyah dulu itu memang luar biasa dalam memberikan narasi kelahiran Nabi Muhammad saw.

Jika saat itu, saya mendengar pengajian muludan masih kelas 3 MI (1981), berarti cerita 39 tahun yang lalu itu ternyata masih membekas dalam memoriku. Membaca atau Mendengar atau Menonton atau merayakan Maulid Nabi saw. artinya kita juga harus berani meneladani sifat dan tindak tanduk Nabi Muhammad saw. sejak masih kecil hingga wafatnya, mulai dari hal-hal yang sederhana. Wallahu a’alam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top