Jadi orang tua itu boleh dibilang gampang-gampang susah. Ya, ini kembali pada kemampuan kita menjalaninya. Kalau mampu, jelas tidak jadi masalah. Di bawah ini delapan hal penting untuk orang tua kalau ingin keluarganya jadi mantap punya.
- Rumah sebaiknya ditata apik, sejuk, dan asri
Betapa pentingnya rumah. Dan, itu benar adanya. Karena dari rumahlah segalanya bermula. Tempat kita bernaung, berteduh dari panas dan hujan, tempat menyempurnakan hidup dan kehidupan yang bahagia sejahtera. Untuk itu, punya rumah janganlah asal punya, namun harus dirawat. Agar diri merasa aman tenteram berada di dalamnya.
- Hobi yang bermanfaat hendaknya ditekuni secara konsisten
Punya hobi, apa salahnya? Berkebun, memancing, mengumpulkan perangko, membaca buku, dan sebagainya kalau dilakukan secara bersama-sama tentulah dapat mengakrabkan kita. Antara suami dan istri, bapak dan anak, pendek kata ada sarana untuk berkomunikasi dengan hangat dan menyenangkan.
- Sikap berkomunikasi dengan anak-anak sebaiknya tidak instruksional, tapi membimbing
Komunikasi dengan anak, tentu sangat penting, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendidik. Tapi, cara yang bagaimana yang bisa menjadikan anak paham dan mengerti tanpa harus merasa tertindas? Tak lain, jangan seperti majikan dengan buruh– begitu kaku dan baku, meski ini sebenarnya tidak pada tempatnya juga– melainkan bersifat mengayomi. Di depan menuntun, di belakang mendorong, di samping mendampingi. Sederhana. Ibaratnya bermain layang-layang, ulur tarik pada saat yang tepat.
- Pandai-pandai menciptakan humor segar yang positif
Fungsi humor, antara lain agar orang bergembira. Kalaulah ada yang perlu disampaikan, bahkan ada tahap kritik, dengan humor segalanya akan lebih mengalir. Ketimbang ‘kata-kata yang langsung mengena sasaran, menikam’. Tapi, humor sendiri juga bisa bikin orang marah kalau tak pandai-pandai mengemas dan menyiasatinya. Jadi, yang harus dimunculkan adalah humor segar yang positif. Misalnya berkelakar kepada anak tentang di teras ada tamu anak kita yang merupakan kawannya. Ternyata, pas si anak bergegas menemui, ia bukanlah orang yang dikenalnya, apalagi kawan. Kibulan seperti ini wajar sebagai trik perekat hubungan keluarga.
- Tanamkan nilai-nilai agama sejak dini
Ini sangatlah diperlukan. Tanpa penanaman agama sejak dini (kecil) pasti sulit mendapatkan anak yang berbakti, santun, mampu menjalani hidup dan kehidupan secara benar. Maklum, sebelumnya ia tak punya dasar-dasar yang baik. Jadi, biasakanlah anak dengan nilai-nilai agama agar tak canggung di masa depannya nanti. Ini memang kewajiban kita untuk memberikannya kok!
- Sesuaikan pendekatan kepada anak seirama perkembangan usia dan jiwa mereka
“Anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk kecil,” JJ Rosseau. Sementara ahli psikologi dan pendidikan lain bilang, “Anak adalah makhluk individu, punya kepribadian, berbeda satu dengan yang lain, anak kembar sekalipun.” Jadi, rumusan bahwa setiap anak harus diperlakukan sama, salah. Yang benar, diselaraskan dengan kebutuhannya. Akan sia-sialah kita memberi ‘rasa kemanjaan’ kalau ternyata anak yang kita didik sangat dekat dengan kemandirian. Sebaliknya, prinsip membiarkan sendiri akan jadi buntu pada anak yang menjadikan orang tua segala-galanya. Berada di antara ‘titik’ itu yang jelas. Terus berjaga-jaga, mempertajam telinga dan hati, apa sih maunya anak? Tak sulit kok asal jalur-jalur yang telah dibentangkan ditumbuhkembangkan.
- Menggelar diskusi ringan tentang situasi sosial politik yang tengah menghangat
Ketika ramai terjadi Pemilihan Umum Presiden bukan cuma para pemimpin saja yang sibuk, pembicaraan pun merebak ke segenap penjuru. Dari kafe, warung kopi, sampai rumah. Tak jarang muncul perdebatan seru antara bapak dan anak, misalnya. Hasilnya? Bukanlah kemudian marah-marahan tak saling sapa, namun justru lebih memperindah kehangatan keluarga. Wong ini bukan debat kusir saling menang-menangan kok? Melainkan diskusi, mencari jalan penyelesaian-kesimpulan, harus saling memahami. Jadi, ya diskusi itu yang ringan-ringan saja deh. Jangan bikin tegang. Walau bisa jadi masalahnya hot. Bukan apanya, namun cara penyampaiannya. Setuju!
- Realisasi semua kewajiban diri sebagai orang tua
Apa kewajiban orang tua terhadap anak? Banyak, yang sangat banyak kalau mau dirinci. Dalam agama pun secara jelas dirumuskan. Dalam PKK itu ada. Dalam KB juga. Yang menyangkut jasmani dan rohani anak; dengan cakupan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan seterusnya. Namun, bukan di-jor, dibiarkan apa saja yang diinginkannya. Semuanya harus kembali pada kemampuan kita. Nah!