Sedang Membaca
Doa Hadratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari Riwayat KH. Adlan Aly

Hamba yang lemah, anggota Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa), bergiat di Lingkar Filologi Ciputat (LFC), khadim di Ma’had Aly Ashiddiqiyah Jakarta, dan Mahasiswa Filologi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Doa Hadratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari Riwayat KH. Adlan Aly

Kamis, 1 November 2018, langit Jombang begitu damai. Pagi memancarkan auranya dengan tulus. Pukul 06.00-an WIB, bersama cucu almarhum KH. Adlan Aly, KH. Amir Jamiluddin, kami menelusuri dokumen dan peninggalan milik pendiri PP Walisongo, Cukir, Jombang tersebut.

Banyak yang kami temukan. Semuanya bisa diolah menjadi bahan penelitian yang luar biasa. Di antaranya sura-surat Kiai Adlan dari berbagai instansi maupun pribadi, soal plus jawaban ujian kuliah di Unhasy yang masih tulisan tangan bukan komputer, sanad guru Alquran serta silsilah tarekat yang beliau pegang, dan sebagainya.

Semuanya rapi disimpan di dalam lemari besar. Dari sekian banyaknya arsip, ada satu yang cukup menarik bagi perhatian kami. Yaitu sebuah kertas yang di dalamnya mencatat doa qunut nazilah dari Hadratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari yang tak lain guru Kiai Adlan.

Naskah surat fotokopian tersebut ditulis oleh KH. Ali Achmad, menantu Kiai Adlan, (seperti tertera di pojok kiri atas surat) dan ditujukan kepada KH. Ahmad Anwar di Semarang. Di bagian bawah kiri surat, dibubuhi stempel resmi Pucuk Pimpinan Ahli Thoriqot Mu’tabaroh.

Dalam surat itu, Kiai Ali Achmad bertutur “Bersama ini, saya kirimkan tulisan al-Mukarram Kiai Haji ‘Adlan ialah qunut nazilah dari Hadratussyekh Hasyim Asy’ari Tebuireng.”

Tak hanya itu, beliau juga mencantumkan pesan Kiai Adlan agar dicetak oleh PP. Tarekat dan disebarluaskan. Begini lengkapnya:

Baca juga:  Empat Tingkatan Puasa: dari Fikih ke Tasawuf

حضرة المكرم ابن المكرم

الشيخ المحبوب الحاج أحمد أنوار

بسمارغ

أدام الله له السعادة في الدارين

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

برسما إيني سايا كيريمكن توليسان المكرم كياهي حج عدلان

إيالة قنوت نازلة داري حضرة الشيخ هاشم أشعري تبوإيرغ.

المكرم كياهي عدلان مغهارفكن سوفيا دي جتاك – ستينسيل

أوليه ف ف طريقة دان دي سبار. سباكيان دي  كيريم بلييو

Adapun doa qunut nazilah Hadratussyekh yang diriwayatkan KH. Adlan Aly sebagai berikut:

اَللّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ… الخ

اَللّهُمَّ الْعَنِ الْكَفَرَةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَيُكَذِّبُوْنَ

رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللّهُمَّ اشْدُدْ وَطْئَتَكَ عَلَيْهِمْ 

وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ، اَللّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمَاتِهِمْ 

اَللّهُمّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ، اَللّهُمَّ مَزِّقْ جَمْعَهُمْ، اَللّهُمَّ زَلْزِلْ

أَقْدَامَهُمْ، وَأَنْزِلْ عَلَيْهِمْ بَأْسَكَ الَّذِيْ لاَ تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ 

اَللّهُمَّ انْظُرْنَا وَانْصُرْنَا وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ عَلَى أَعْدَائِنَا. وَاكْشِفْ

كُرُوْبَنَا وَكُرُوْبَهُمْ. اَللّهُمَّ ثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَأَقْدَامَهُمْ، وَأَهْلِكْ

أَعْدَائَنَا وَأَعْدَاءَهُمْ. اَللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ 

اَللّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللّهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ 

Di berkas lain, kami menemukan lembaran dengan kop surat Idaroh Wustho Jam’iyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdhiyah Jawa Timur. Di sana tertera titimangsa; Surabaya, 5 Shafar 1411 H bertepatan dengan 25 Agustus 1990.

Baca juga:  Konsepsi ‘Indonesia’ sebagai ‘Kedaulatan Sinkretis’

Bedanya naskah ini dengan sebelumnya, tertera tiga nama sekaligus lengkap dengan tanda tangan oleh KH. Adlan Aly, KH Ahmad Zainul Arifin, dan KH. Muhammad Makki Ma’shum. Namun redaksi doa agak berbeda, sebagaimana berikut ini:

اللهم اهدنا فيمن هديت، وعافنا فيمن عافيت، وتولنا فيمن

توليت، وبارك لنا فيما أعطيت، وقنا شر ما قضيت، فإنك تقضي

ولا يقضى عليك، فإنه لا يذل من واليت ولا يعز من

عاديت، تباركت ربنا وتعاليت، فلك الحمد على ما قضيت

فأستغفرك وأتوب إليك، اَللّهُمَّ اجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَلِّفْ

بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَهْلِكْ وَفَرِّقْ جَمْعَ

مَنْ حَارَبُوْهُمْ وَأَضْعَفُوْهُمْ وَأَبْطِلْ مَكْرِهِمْ وَأَقْلِلْ

عَدَدَهُمْ وَعُدَدَهُمْ وَبَأْسَهُمْ بِفَضْلِكَ وَرَحْمَتِكَ

يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ

Versi lain doa qunut nazilah Hadratussyekh

 

Seperti diketahui, doa qunut nazilah sunnah dilaksanakan di seluruh salat pada rakaat terakhir saat kaum Muslimin tertimpa musibah. Dalam Sirah Nabawiyah dijelaskan, Rasulullah SAW pernah melakukan qunut nazilah ketika para sahabat ahli Alquran terbunuh.

Adapun redaksi doa qunut nazilah yang dibaca sangat beragam. Ulama tidak membatasi, asalkan mengandung permohonan dan pujian, serta disesuaikan konteks musibah yang menimpanya. Demikian penjelasan Syaikh Nawawi dalam Kasyifatussaja menukil dari pendapat Ibnu Hajar. Di luar itu, ada ulama yang mengahruskan lafadz doa qunut bersumber dari ayat-ayat doa dalam Alquran atau doa ma’tsur dari Nabi, (baca: Al-Bajuri, 1/372).

Hadratussyekh memilih pendapat yang membolehkan dengan redaksi doa mana sajaberbahasa Arab. Maka tak heran jika kita jumpai dua redaksi doa qunut nazilah beliau yang berbeda.

Sebagaimana redaksi doa qunut yang berbeda itu, maka—hemat penulis—doa itu juga bisa dibaca tidak hanya ketika qunut nazilah. Namun, usai salat lima waktu, selepas tahlil, atau bakda ziarah kubur bisa dibaca sebagai ciri khas warga NU. 

Baca juga:  Nasib Aksara Pegon di Bali

Tentang latar belakang dan kronologis penulisan doa qunut nazilah Kiai Hasyim belum diketahui secara pasti. Apakah ditulis saat zaman melawan penjajah, ketika melawan begal, atau di konteks lainnya. Diperlukan penelitian lebih mendalam terkait ini. Wallahu a’lam.

Bersama KH. Amir Jamiluddin (tengah), cucu KH. Adlan Aly.
Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
1
Ingin Tahu
1
Senang
0
Terhibur
1
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top