Sedang Membaca
Napak Tilas Sunan Gunung Djati, Syekh Syarif Hidayatullah
Andri Nurjaman
Penulis Kolom

Pengajar dan Pendidik.

Napak Tilas Sunan Gunung Djati, Syekh Syarif Hidayatullah

Peziarah Di Makam Sunan Gunung Jati Atau Syekh Syarif 190607102624 442

Ibunda dari Syekh Syarif Hidayatullah adalah Nyai Rara Santang, sedangkan ayahnya adalah seorang penguasa atau Sultan kota Mesir dari Klan al-Ayyubi dari dinasti Mamluk bernama Syarif Abdullah.

Syarif Abdullah sendiri adalah putera dari Nurul Alim atau Ali Burul Alim dan mempunyai dua saudara yaitu Barkat Zainal Abidin (Buyut Fadhilah Khan, Faletehan) dan Ibrahim Zainal Akbar, yaitu ayah dari Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat ataupun Sunan Ampel (Yuyus Suherman, 1995: 14). Jadi antara Sunan Ampel dan Syekh Sarif Hidayatullah yang kemudian menjadi Sunan Gunung Djati secara nasab masih mempunyai kaitan persaudaraan.

Ketiga bersaudara tadi yaitu Nurul Alim, Barkat Zainal Abidin dan Ibrahim Zainal Akbar merupakan keturunan Rasulullah SAW. Nurul Alim menikah dengan puteri penguasa Mesir, karena hal inilah puteranya yaitu Syarif Abdullah menjadi penguasa Mesir juga pada masa Dinasti Mamluk.

Hasil pernikahan dari Syarif Abdullah dan Nyai Rara Santang melahirkan dua putera yaitu Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) yang lahir di Mekah pada tahun 1448 dan Syarif Nurullah yang lahir di Mesir. (Asep Achamd Hidauat, 2013: 73).

Geneologi Keilmuan

Sewaktu muda, Syarif Hidayatullah berguru kepada beberapa orang ulama yang mashur pada saat itu, diantaranya yaitu Syekh Tajuddin al-Kubri dan Syekh Athailah di Mekah.

Baca juga:  Undang-Undang Pesantren Darat: Kunjungan Snouck Hurgronje ke Pesantren Kiai Sholeh Darat Semarang

Syekh Athailah sendiri adalah seorang penganut tarekat Syadziliyyah dan pengarang kitab Al-hikam yang berisi mengenai ajaran tasawuf. Syarif Hidayatullah berguru kepada keduanya masing-masing selama dua tahun. Setelah merasa cukup menimba ilmu agama Islam, Syarif Hidayatullah yang berada di Mesir memohon kepada orang tuanya agar bisa mengunjungi pamannya yaitu kakak dari ibunya yakni Pangeran Cakrabuana di Cirebon yang sedang menjabat sebagai raja kerajaan Islam Pakungwati di pesisir Cirebon tersebut.

Perjalanan Menuju Cirebon

Selama perjalanan menuju kerajaan Islam yang dipimpin oleh pamannya, Syarif Hidayatullah menyempatkan untuk singgah dibeberapa tempat, misalnya di Gujarat India ia singgah selama tiga bulan sempat melakukan dakwah Islam ditempat tersebut. Oleh karena itu, Syarif Hidayatullah mempunyai murid di Gujarat yaitu Dipati Keling dan 98 anak buahnya. Bersama dengan Dipati Keling berserta anak buahnya Syarif Hidayatullah meneruskan perjalanannya ke tanah Sunda.

Syarif Hidayatullah juga sempat singgah di Samudera Pasai dan Banten. Di Samudera Pasai ia tinggal selama dua tahun untuk menyebarkan Islam bersama dengan saudaranya yaitu Syekh Sayyid Ishak. Sedangkan di Banten ia berjumpa dengan Sayyid Rakhmatullah (Ali Rakhmatullah atau Syekh Rahmat atau Sunan Ampel) yang sedang gencar melakukan aktifitas dakwah Islam di sana. (Asep Achamd Hidauat, 2013: 74).

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top