Gus Dur memberi arahan pada M AS Hikam untuk mengelola Kementerian Ristek dengan menggunakan guyonan orang Madura. Guyonan yang serius.
Pak Nur memberi komentar terkait itu: contoh negara lain pengembang iptek yang sudah maju. Prancis misalnya. Di Prancis iptek itu memang tidak perlu difahami seluruh masyarakat. Cukup sekelompok kecil saja yang memanfaatkannya untuk kesejahteraan orang banyak.
Contohnya 80% listrik Prancis dari tenaga nuklir. Rakyat pedesaan Prancis masih bertani secara tradisional.
Saking tradisionalnya pertanian Prancis ini, sampai-sampai sepakbola liga Prancis pun disebut sebagai “Farmers League” atau Liga Petani.
Kenapa kok dijuluki Liga Petani?
Istilah ‘Liga Petani’ digunakan untuk mendeskripsikan Ligue 1 oleh penggemar liga Eropa lainnya, Premier League Inggris, La Liga Spanyol, Bundesliga Jerman, Serie A Italia, dengan nada seperti guyon yang agak ngejek.
Definisinya agak sederhana – dengan menyebut Ligue 1 sebagai ‘Liga Petani’, mereka secara guyon bilang bahwa ini adalah kompetisi yang terdiri dari orang-orang yang sehari-hari kerja sebagai petani terus kemudian bermain sepak bola di malam hari.
Jadi ya agak wajar jika pemain Ligue 1 tidak lebih jagoan dibandingkan dengan pemain lain di liga top Eropa lainnya.
Seperti penuturan Gus Dur tentang Ristek, yang ternyata di satu seminar bersama Profesor Fuad Amsyari (UNAIR) tentang strategi pembangunan nasional, Gus Dur mengatakan bahwa strategi pembangunan Indonesia itu minimal harus melihat strategi negara besar yang bagus, yakni China dan Prancis. Kita bisa melihat perkembangan iptek di dua negara itu.
Namun tidak cukup iptek, ternyata sepakbola Prancis juga makin keren. Walaupun liga Prancis diejek sebagai Liga Petani, namun ternyata strategi sepakbolanya tahun ini berhasil. Dua tim Prancis masuk ke semifinal kasta tertinggi Eropa, Liga Champions. Manchester City, klub top dari Inggris yang super kaya, tadi pagi dikalahkan telak oleh Lyon, klub biasa dari Prancis. Sebelumnya Lyon ini juga mengalahkan Juventus, juaranya liga Italia. Ndak main-main. Petani tapi bisa mengalahkan kaum bangsawan Inggris dan mengalahkan orang-orang Kerajaan Romawi yang juga ahli memproduksi kuda-kuda besi Ferrari.
Rupanya strategi pembangunan bisa juga dari pertanian, termasuk strategi sepakbola. Ini yang juga menarik, bagaimana pemimpin negara-negara ingin memakmurkan masyarakatnya. Selain upaya keras melalui iptek, pemimpin-pemimpin ini juga tidak lupa berdoa dan berdialog dengan Tuhan.
Mereka pernah berkumpul, seperti cerita Gus Dur, untuk berdialog dengan Tuhannya.
Diawali dengan Presiden Amerika Serikat. “Tuhan, kapan negara kita makmur?” Tuhan menjawab: “20 tahun lagi”. Presiden Amerika Serikat ini menangis.
Dialog kedua, Presiden Prancis, “Tuhan, kapan negara Prancis makmur?” Tuhan menjawab: “25 tahun lagi”. Lebih lama daripada Amerika Serikat. Presiden Prancis menangis.
Inggris, yang klubnya semalam dikalahkan oleh klub Prancis, dapat giliran setelah Prancis. Perdana Menterinya berdialog, “Tuhan, kapan negara Inggris bisa makmur?” Tuhan menjawab: “20 tahun lagi”. Nangis juga PM Inggris itu.
Terakhir, Indonesia lah. Yang nanya diwakili oleh Presiden Gus Dur, “Tuhan, kapan negara Indonesia bisa makmur?”.
Tuhan tidak menjawab. Ternyata bergantian, giliran Tuhan yang menangis.