Sedang Membaca
Evolusi, Manusia, hingga Gus Baha
Amrullah Hakim
Penulis Kolom

Pekerja Migas/listrik dan penikmat kisah-kisah sufistik, tinggal di Jakarta

Evolusi, Manusia, hingga Gus Baha

Kita sebagai manusia sering berbicara tentang manusia, baik dari sisi jasmani maupun rohaninya. Ada bagusnya jika kita mencoba menelaah lagi mengenai teori evolusi manusia dari sisi sejarahnya menurut ilmu pengetahuan yang manusia jangkau sekarang.

Jenis manusia modern saat ini yang seperti kita ini hanya satu di bumi kita, berbeda dengan gorila yang memiliki dua spesies. Atau simpanse juga dua spesies atau orang-utan yang memiliki tiga spesies. Manusia satu jenis yang hidup saat ini disebut Homo Sapiens.

Menurut penelitian, jaman dulu selain homo sapiens ada juga manusia jenis lain yakni Homo Neanderthalensis (https://id.wikipedia.org/wiki/Neanderthal), dinamai sesuai dengan lokasi tempat pertama kali ditemukan di Jerman, Neandertal atau Lembah Neander.

Lalu ada penelitian lanjutan, ternyata ada saudara Homo Sapiens yang ditemukan, yang hidup di pulau Flores, Indonesia, sehingga lalu namanya disebut sebagai Homo Floresienses.

Terakhir, ditemukan lagi jejak jenis manusia di sebelah barat Siberia, dinamai Denisovans dan jenis yang sama sekali berbeda ditemukan di Pulau Luzon, Filipina, dinamai Homo Luzonensis. Jadi dulunya jenis manusia itu ada beberapa, sebelum akhirnya hanya Homo Sapiens yang bertahan hingga sekarang.

Jenis-jenis manusia yang berbeda-beda ini sepertinya berhubungan dengan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka hidup. Misalnya Homo Luzonensis, bentuk kakinya khas digunakan untuk memanjat pohon dan berjalan dua kaki.

Baca juga:  Kerupuk, Keterlibatan Seluruh Indera?

Ada juga kemungkinan antar jenis ini juga saling kawin silang, misalnya antara Denisovans dan Neanderthals yang diperkirakan terjadi pada 500 ribu hingga 700 ribu tahun yang lalu. Denisovans ini adalah jenis manusia purba yang suka berkelana, dari Siberia hingga ke Indonesia, termasuk hingga ke Papua Nugini. Ini dibuktikan dengan penelitan informasi genetik dari fosil-fosil yang ditemukan.

Denisovans yang berkelana hingga Papua ini diperkirakan berkawin silang dengan Homo Sapiens di Papua pada 15-30 ribu tahun yang lalu. Denisovans mampu berkelana karena memiliki kemampuan dasar navigasi laut dan membuat kapal laut. Denisovans sendiri diperkirakan memiliki jenis turunan yang misterius yang tinggal lama di pulau-pulau Nusantara.

Dari berbagai evolusi inilah manusia modern memiliki kode genetic yang terbaik untuk kekebalan tubuh untuk bertahan hidup.

Dari sini yang bisa kita pelajari adalah sebagai manusia modern hendaknya kita sering berkelana untuk belajar tentang hal yang baru. Yang baik kita ambil dan yang jelek kita tinggalkan. Dan itu perintah agama yang saya pahami dari tulisan-tulisan Gus Dur hingga ceramah-ceramah Gus Baha.

Khusus Gus Baha saya sungguh heran. Mengapa mendengar ceramah beliau yang lokasinya di kampung-kampung, dengan segala kesederhanaannya, justru mengilhami saya untuk membuka-buka buku, merenungi sains, mendalami agama, hingga selera humor? Dan mengapa kalau mendengar ceramah-ceramah atau khatbah-khatbah di gedung-gedung Jakarta justru bikin pikiranku seperti buntu?

Baca juga:  Mencari Titik Temu Islam Nusantara dengan Islam Persia

Sekali lagi, saya sungguh heran.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top