Transformasi teknologi saat ini sedang menuju puncak-puncaknya, yang mulai membuat manusia menjadi lebih sehat, lebih kaya dan berpendidikan lebih baik dengan kecepatan yang mungkin tidak terbayangkan satu dekade yang lalu.
Saat ini misalnya, kita sudah tidak perlu menggunakan telepon rumah yang pengurusannya dulu sangat rumit dan sangat birokratis. Transaksi dagang sekarang juga jauh lebih mudah, dengan berbagai aplikasi di ponsel yang bisa dibeli dengan harga kurang dari 1 juta rupiah.
Inovasi seperti SMS yang sekarang mungkin digantikan oleh WhatsApp, memotong banyak biaya yang tidak perlu dalam melakukan aktifitas ekonomi, dari mulai jual beli barang, urus keperluan perjalanan, janjian dengan dokter, hingga pinjaman modal usaha. Inilah pendorong utama perekonomian Indonesia. Indonesia tahan krisis karena kegotongroyongan yang dipadukan dengan inovasi teknologi.
Ada contoh menarik dampak positif kemajuan teknologi untuk kedokteran dari wilayah Afrika. Seorang bernama Dougbeh Chris Nyan, lahir di Liberia dan dididik di Jerman dan menghabiskan sebagian besar karirnya di Amerika, mengembangkan tes untuk penyakit menular.
Sejak pindah kembali ke Liberia setelah epidemi Ebola di 2014-15, Chris Nyan yang waktu itu umurnya belum 45 tahun, berhasil mengembangkan perangkat bertenaga baterai yang bisa melakukan tes cepat dan murah untuk enam infeksi yang berbeda pada satu waktu. Inovasi seperti ini berhasil menekan penyebaran beberapa penyakit di Afrika seperti malaria, TBC dan demam kuning. Dia juga seorang aktivis demokrasi dan keadilan sosial, selain terkenal sebagai ilmuwan.
Ada juga perusahaan seperti Zipline (http://www.flyzipline.com/), yang menggunakan drone untuk mengirim darah ke klinik di Rwanda. Di bidang pendidikan, saat ini ada aplikasi yang bisa dijalankan di ponsel pintar, namanya SeeSaw (https://web.seesaw.me/).
Itulah sedikit contoh mutakhir betapa penemuan teknologi memberi harapan baru bagi kehidupan manusia. Tapi perlu kita ingat bersama, yang utama adalah manusianya, lebih substansi lagi “niat manusianya”. Sebab, kita tahu bersama bahwa penemuan teknologi tidak serta merta memunculkan kebaikan, justru sebaliknya, tidak sedikit pula untuk kehancuran, seperti teknologi pesawat yang juga digunakan untuk memborbardir kehidupan. Ada juga teknologi sudah ditemukan, sudah disiapkan, tapi manusia, lebih tepatnya manusia yang diberi wewenang, tidak berikhtiar untuk mengelolanya dengan baik, entah karena malas, korup, atau tidak mengerti. Itulah sebabnya, negeri gemah ripah seperti Indonesia ini kekurangan beras, kekurangan kedelai, kekurangan garam, kekuarangan gula, dan harga buah-buahan, harga ikan mahal.
Di sinilah bunyi potongan hadis “innamal a’malu bin niat” yang artinya “segala sesuatu tergantung niatnya” dapat digerakkan untuk memulai kebaikan, memulai penemuan, memulai inovasi.
Saatnyalah guru-guru di Sekolah Dasar Negeri atau bahkan di pesantren bisa memulai memberikan pendidikan dan pengajaran dengan inovasi semacam ini sehingga kemajuan kemampuan anak didik bisa lebih terpantau.
Kita perlu antusiasme tinggi dalam memanfaatkan kemajuan teknologi ini sehingga kita tidak gagap teknologi dan juga tidak ketinggalan teknologi. Tugas pemerintah adalah menyediakan akses pasokan listrik, air bersih dan jaringan komunikasi dan tugas masyarakat adalah untuk berinovasi.