Sedang Membaca
Kisah Syekh Abu Bakar bin Salim dan Perempuan yang Bernazar
Amin Nurhakim
Penulis Kolom

Mahasantri di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences, Tangerang Selatan. Peserta program Micro Credential (2024) Chicago, Amerika Serikat, Beasiswa non-Degree Dana Abadi Pesantren Kementrian Agama (Kemenag) berkolaborasi dengan LPDP dan Lembaga Pendidikan di Chicago selama dua bulan.

Kisah Syekh Abu Bakar bin Salim dan Perempuan yang Bernazar

“Apabila kita tidak bersyukur atas anugerah yang sedikit, maka anugerah yang banyak tidak akan datang kepada kita,” ­Syekh Abu Bakar bin Salim.

Sifat rendah merupakan sifat yang terpuji. Sebab orang yang bersifat rendah hati dapat menghargai sesuatu sekecil apapun ia. Sifat rendah hati adalah kebalikan dari sifat sombong dan angkuh. Orang yang sombong selalu merasa dirinya besar, selalu ingin dihargai, diperhatikan, dan selalu merasa.

Perihal nikmat dan anugerah tentunya kita sudah mengetahuinya. Tuhan selalu memberikan anugerah bagi hambanya, besar maupun kecil. Namun jika ditelisik lebih dalam, semua anugerah sebenarnya besar, semuanya hanya tergantung kondisi hati kita bagaimana menerima nikmat tersebut.

Tak jarang kita banyak menemukan orang-orang sederhana di pedesaan, namun hidupnya selalu senang dan gembira, meski ada masalah mereka selesaikan dengan santai dan senyuman. Adakalanya pula orang kaya yang hidup di kota, kerja di kantor, gaji terjamin dan tergolong besar namun masih belum bisa mendapatkan ketenangan hati. Oleh karena itu Rasulullah saw pernah bersabda, ”Kekayaan bukanlah dihitung dari banyaknya harta, akan tetapi yang dinamakan kaya adalah rasa cukup dari dalam diri.”

Dikisahkan dalam makalah al-Halaqah al-Ilmiyah yang ditulis oleh al-Habib Alwi bin Abdullah al-Aydrus asy-Syihri, “al-Muslimu al-Haqiqi wal ‘Abdul Mahdh asy-Syekh Abu Bakr bin Sālim Anmûdzājan,” al-Habib Alwi bin Abdullah bin Syihabuddin berkata, orang-orang tua kami dahulu mengatakan bahwa dahulu ada seorang wanita yang bernadzar ingin memberikan segenggam gandum kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Tatkala wanita tersebut datang untuk memberikan segenggam gandum itu, tiba-tiba pembantunya datang menghadang, tidak mengizinkan wanita tersebut untuk bertemu dengan Syekh Abu Bakar.

Baca juga:  Nasehat Ibnu Qodamah Terhadap Orang yang Suka Dipuji

“Tuanku Syekh Abu Bakar tidak perlu dengan setengah genggam gandum yang kamu bawa itu!” Ucap si pembantu sambil menghardik

Ternyata Syekh Abu Bakar mendengar percakapan pembantu dengan wanita tadi dari kamarnya. Maka beliau langsung bergegas keluar kamar menemui wanita tersebut. Kemudian Syekh Abu Bakar menyambutnya dengan penuh penghormatan, memberikan ucapan-ucapan yang menggembirakan hatinya, lalu memberikan kepadanya hadiah yang banyak untuk dibawa pulang.

Setelah wanita itu pulang, Syekh Abu Bakar menegur pembantunya dengan teguran yang tegas, seraya mengatakan,

لَوْ ماشَكَرْنَا عَلَى القَلِيْلِ مَاجَائَنَا الْكَثِيْرُ

“Apabila kita tidak bersyukur atas anugerah yang sedikit, maka anugerah yang banyak tidak akan datang kepada kita.”

Dari cerita diatas kita mendapati sifat mulia beliau ketika hidupnya. Penuh dengan kerendahan hati dan tawadhu’, serta menghinakan diri di hadapan Gusti Allah Swt. Dengan pemberian sekecil itu, Syekh Abu Bakar bin Salim menerimanya dengan suka hati. Padahal harta yang beliau miliki sudah lebih dari cukup.

Bahkan, dikisahkan oleh al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan bahwa Syekh abu Bakar bin Salim memiliki tiga dapur besar. Satu dapur besar untuk memproduksi makanan bagi keluarga besarnya, satu dapur besar lainnya untuk memproduksi makanan bagi tamu-tamunya, dan satu dapur besar lainnya memproduksi makanan untuk dibagikan kepada fakir miskin. Selain itu, Syekh Abu Bakar memiliki harta yang banyak dari hasil aset miliknya yang setiap tahun dikirim kepada beliau, kemudian dibagikan sebagai hadiah kepada para ulama, orang-orang mulia, fakir miskin dan orang-orang saleh.

Baca juga:  Hikmah di Balik Bilangan Rakaat Shalat: Kenapa Jumlahnya Ada 17 Rakaat?

Hal yang mendorong beliau untuk memberi makan orang-orang miskin yaitu firman Allah Swt:

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا ۞ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا ۞ إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan ۞ Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih ۞ Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (QS al-Insan: 8-10)

Dari kisah diatas kita dapat mengambil beberapa pelajaran, yaitu jangan meremehkan kebaikan dari seseorang meskipun jumlahnya kecil dan sedikit, jangan lupa untuk bersyukur atas nikmat dan anugerah yang didapatkan meskipun kecil bagi kita, yang terakhir, jika kita tidak dapat berbuat kebaikan maka paling tidak harus mencegah diri dari berbuat keburukan.

Semoga kita dapat meneladani perangai mulia Syekh Abu Bakar bin Salim dengan berbuat baik kepada sesama, serta mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt kepada kita. (RM)

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
5
Ingin Tahu
0
Senang
2
Terhibur
1
Terinspirasi
8
Terkejut
1
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top