Beliau merupakan seorang ulama’ kelahiran kota Tarim pada hari senin 28 Jumada ats-Tsaniyah 1331 H bernama al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri. al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri merupakan bani Alawi yang bernasab kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.
Nasab mulia beliau yaitu al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar bin ‘Awadl bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husain bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alwi asy-Syathiri bin al-Faqih Ali bin al-Qadli Ahmad bin Muhammad Asadullah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Ba’alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin ‘Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-‘Uraidli bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin al-Husain al-Sibth bin Sayyidah Fathimah az-Zahra binti Rasulillah SAW.
al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri menempuh pendidikan hingga matang di kota Tarim, Hadramaut. Beliau banyak menimba ilmu dari para sadah dan ulama di zamannya. Guru-guru beliau di antaranya adalah ayah beliau sendiri yaitu al-Faqih al-Habib Ahmad bin Umar Asy-Syathiri seorang mufti Hadramaut sekaligus pengarang kitab al-Yaqut an-Nafis fi Madzhabi Ibn Idris dan kitab Nail ar-Raja’ bi Syarhi Safinah an-Naja’, Al-Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri pengasuh Rubath Tarim, al-Allamah al-Habib Abdullah bin ‘Idrus al-‘Aydrus, al-Allamah al-Habib Abdul Bari bin Syaikh al-‘Aydrus, dan al-Allamah al-Ustadz Muhammad bin Hasyim bin Thohir al-Alawi.
Selain tokoh-tokoh lokal di atas, ada juga seorang ulama’ ahli hadits yang bernama Syaikh Umar bin Hamdan dari Haramain juga pernah memberikan ijazah dan meriwayatkan hadits al-musalsal bil awwaliyyah kepada beliau disaat kunjungannya ke kota Tarim. Di bawah bimbingan para ulama’ inilah, al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri mempelajari berbagai disiplin keilmuan seperti ilmu tafsir, ilmu fiqh, ilmu nahwu, ilmu balaghah dan selainnya.
Setelah mencapai kematangan dalam keilmuan di usianya yang masih cukup muda, beliau mulai mengajar di berbagai ma’had di Hadramaut dan di daerah lainnya. Banyak anak didiknya yang berhasil dalam didikan beliau. Selain kesibukan mengajar dan memberikan faedah kepada para pelajar, beliau juga menyibukkan dirinya dalam menulis dan mengarang kitab yang berhubungan dengan ilmu dan sastra.
Kitab paling agung yang beliau karang adalah Syarh al-Yaqut an-Nafis atau ath-Thariqah al-Haditsah li at-Tadris fi kitab al-Yaqut an-Nafis sebuah kitab syarah terhadap kitab al-Yaqut an-Nafis yang dikarang oleh ayahnya dan sering menjadi rujukan dalam berbagai forum bahtsul masail. Selain Syarh al-Yaqut an-Nafis, beliau juga memiliki beberapa karya lainnya yaitu kitab Tadrib al-Rawi fi ar-Radd ‘ala asy-Syaikh ath-Thanthawi, kitab Sirah as-Salaf min Bani ‘Alawiyyin al-Husainiyyin, kitab Adwar at-Tarikh al-Hadrami, kitab al-Wahdah al-Islamiyyah, kitab Dawa’ al-Ma’lul, kitab Mandzumah al-Yawaqit min Fann al-Mawaqit, dan kitab al-Mu’jam al-Lathif.
Selain seorang muarrikh (pakar sejarah) dan faqih (pakar fiqh), al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri juga ahli dalam bidang sastra, tak heran jika al-Habib Ahmad bin Umar asy-Syathiri orang tua beliau sendiri memberikan sanjungan terhadap beliau. Al-Habib Ahmad berkata:
إنّ ابني محمّدا هو أوسع منّي في العلوم العربيّة والأدبيّة
“Sesungguhnya putraku yang bernama Muhammad, ia lebih luas pengetahuannya dalam ilmu linguistik Arab dan Kesusastraan dari pada diriku”
Dedikasi beliau terhadap ilmu sangat patut untuk dijadikan sebuah keteladanan. Hari demi hari beliau habiskan untuk menghafal dan muthola’ah berbagai kitab, mulai dari kitab yang berhubungan dengan ilmu tafsir, hadits, fiqh, ushul fiqh, sirah nabawiyyah, tarikh (sejarah), nahwu, sastra arab, bayan, sampai ilmu falak.
Sedangkan hafalan beliau juga sangat banyak, antara lain: Nadzom Jauharah at-Tauhid karya Syaikh Ibrahim bin Ibrahim bin Hasan bin Ali al-Laqqani al-Maliki al-Misri dalam bidang ilmu tauhid, Nadzom Alfiyyah karya Syaikh Jamaluddin Muhammad bin Abdullah bin Malik al-Andalusi (Ibn Malik) dalam bidang ilmu nahwu, Nadzom as-Sullam al-Munawroq fi Ilmi al-Mantiq karya Syaikh Abdurrahman al-Akhdlori dalam bidang ilmu mantiq, Nadzom Zubad (Shofwah az-Zubad/Alfiyyah az-Zubad) karya Syaikh Ahmad bin Husain bin Hasan bin Ali bin Yusuf bin Ali bin Arsalan/Ruslan (Ibn Ruslan) dalam bidang ilmu fiqh. Sampai akhirnya beliau wafat pada tanggal 4 Ramadlan 1422 H di Jeddah, Kerajaan Arab Saudi sebagai seorang pecinta dan pelayan ilmu.