Sedang Membaca
Kitab Fathul Mu’in: Karakteristik, hingga Sanjungan Para Ulama’ yang Jarang Diketahui
Alfan Jamil
Penulis Kolom

Alumni PP. Nurul Jadid dan Ma'had Aly Nurul Jadid Jurusan Fiqh dan Ushul Fiqh. Telah menyelesaikan S2 di Universitas Nurul Jadid. Aktifitas: Dosen Kajian Fiqh Ulama Nusantara di Ma'had Aly Nurul Jadid dan pengajar di PP. Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan.

Kitab Fathul Mu’in: Karakteristik, hingga Sanjungan Para Ulama’ yang Jarang Diketahui

fathul mu'in

Fathul Mu’in merupakan kitab yang sangat fenomenal. Hampir seluruh pesantren yang ada di bumi nusantara mengkaji kitab ini, bahkan di beberapa pesantren kitab ini menjadi kajian utama. Kitab Fathul Mu’in merupakan syarah dari sebuah kitab berjudul Qurratul ‘Ain. Kedua kitab tersebut dikarang oleh seorang ulama’ besar dari negara India yang bernama Syekh Abu Bakr Ahmad Zainuddin bin Muhammad al-Ghazzali bin Zainuddin bin Ali bin Ahmad  al-Ma’bari al-Malibari al-Fannani asy-Syafi’i al-‘Asy’ari.

Beliau dilahirkan di sebuah kota yang bernama Chompal (menurut pendapat yang mu’tamad) pada tahun 938 H, sedangkan mengenai tahun wafatnya ada 3 pendapat. Versi pertama mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 978 H, versi kedua pada tahun 991 H, sedangkan versi ketiga pada tahun 1028 H. Namun, pendapat yang kuat dan diunggulkan oleh Dr. Abdun Nashir Ahmad al-Malibari—disampaikan dalam muqoddimah tahqiqnya atas kitab al-Ajwibah al-‘Ajibah ketika menjelaskan biografi Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari—yaitu pendapat yang menyatakan bahwa Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari wafat pada tahun 1028 H dan ini juga dinyatakan oleh Syekh Muhammad Ali Musliyar an-Nalkati dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Akhyar fi Tarikhi Ulama’i Malibar.

Ada hal yang cukup menarik sekaligus mengungkap sebuah fakta, yaitu ketika kebanyakan orang menyangka Syekh Abdul Aziz merupakan nama ayah dari Syekh Ahmad Zainuddin. Penyebabnya adalah karena mereka berpedoman pada beberapa cetakan kitab Fathul Mu’in yang sudah banyak beredar seperti cet. Dar al-Ilm Surabaya, cet. Toko Kitab Imam Surabaya, cet. Maktabah Imarotullah Surabaya, dan cet. Dar Ibn Hazm Lebanon dan pada cover kitab tersebut tertulis nama pengarangnya adalah “Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari”.

Tetapi uniknya, justru hal tersebut sudah jauh dibantah oleh beliau sendiri dalam muqoddimah salah satu kitabnya yang berjudul al-Ajwibah al-‘Ajibah ‘an al-As’ilah al-Gharibah—kitab yang berisi pertanyaan-pertanyan beliau kepada guru-gurunya beserta jawabannya—pada halaman 2 cetakan Jami’ah Markaz ats-Tsaqofah as-Sunniyyah India. Dalam kitab tersebut Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari menuliskan nama ayahnya yaitu Syekh Muhammad al-Ghazzali dengan redaksi sebagai berikut:

فيقول أضعف العباد وأفقرهم إلى رحمة الجواد أحمد زين الدين بن محمد الغزالي المعبري الشافعي الخ…

“Berkata paling lemahnya hamba dan paling butuhnya hamba akan rahmat Allah SWT yang Maha Dermawan Ahmad Zainuddin bin Muhammad al-Ghazzali al-Ma’bari asy-Syafi’i…..”

Selain itu, Syekh Ahmad Zainuddin dalam kitab yang sama—al-Ajwibah al-‘Ajibah ‘an al-As’ilah al-Gharibah—halaman 75 cetakan Jami’ah Markaz ats-Tsaqofah as-Sunniyyah India juga menyebutkan nama pamannya yaitu Syekh Abdul Aziz yang juga merupakan salah satu gurunya, berikut redaksinya:

فأجاب شيخنا شيخ الإسلام مفتي الأنام مخدومنا العم عز الدين عبد العزيز بن زين الدين المعبري……إلخ

Telah menjawab guru kami Syaikhul Islam, Muftil Anam Makhdumuna (tuan kami) Paman Izzuddin Abdul Aziz bin Zainuddin al-Ma’bari…”

Dr. Abdul Hakim bin Abdurrohim al-Kanafali as-Sa’di dalam kitabnya yang berjudul Fathul Mu’in baina al-Muallafaat fi al-Fiqh asy-Syafi’i—kitab yang menjadi sumber rujukan utama al-faqir dalam menulis artikel ini—pada halaman 7 menukil perkataan Syekh Ahmad bin Syekh Zainuddin al-Makhdum al-Akhir bin Mahin Hasan yang menuliskan dan menjelaskan biografi Syekh Ahmad Zainuddin dalam beberapa kitab Fathul Mu’in yang dicetak di beberapa percetakan Malibar. Berikut ungkapan Syekh Ahmad bin Syekh Zainuddin al-Makhdum al-Akhir bin Mahin Hasan:

Baca juga:  Dua Buku Salat Era Kolonial

وأما ما يذكر من أن اسم والده عبد العزيز فليس بصحيح وإن جرى عليه المحشي تبعا لأهل مطابع مصر. وقد صرح الشيخ رحمه الله اسمه واسم والده في أول كتابه الأجوبة العجيبة وبعض خطوطه وذلك كما كتبناه وأن الشيخ عبد العزيز عمه لا والده كما صرحه في الأجوبة أيضا فلا اعتماد على ما يذكر اللهم إلا أن يقال أنه عدّ العم من الأب لشهرته منه تأمل.

“Penyebutan nama ayah beliau dengan nama Abdul Aziz adalah kurang tepat sekalipun hal ini diungkapkan oleh para penulis Hasyiyah (Muhasysyi). Syekh Ahmad Zainuddin telah menegaskan namanya dan nama ayahnya di permulaan kitabnya yang berjudul al-Ajwibah al-‘Ajibah dan itu sebagaimana yang telah kami tulis, dan sesungguhnya Syekh Abdul Aziz adalah pamannya bukan ayahnya sebagaimana yang ditegaskan beliau di dalam al-Ajwibah juga, maka kekeliruan yang ada dan tersebar itu tidak bisa dijadikan pedoman, terkecuali dikatakan bahwa paman juga dianggap sebagai ayah karena lebih populer pamannya. Renungkanlah”

Guru-Guru dan Karya-Karyanya

Prestasi yang gemilang tidak pernah luput dari guru yang hebat, ungkapan ini sangat pantas bagi Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari yang keberhasilannya dalam berbagai disiplin keilmuan tidak lepas dari bimbingin para guru yang kapabilitas dan kapasitas keilmuannya tak perlu diragukan lagi. Setelah Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari berhasil menuntaskan hafalan al-Qur’an dan beberapa ilmu agama dasar di bawah bimbingan Ulama’ Malibar seperti Syekh Muhammad al-Ghazzali yang merupakan ayahnya sendiri, Syekh Abdul ‘Aziz yang merupakan paman beliau, dan Syekh Isma’il as-Syukri, beliau kemudian melakukan pengembaraan keilmuan ke Makkah al-Mukarromah.

Ketika melakukan pengembaraan keilmuan di Makkah, Syam, dan Mesir, Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari banyak menuai berbagai disiplin keilmuan dari beberapa ulama’ besar antara lain Imam Ibnu Hajar al-Haitami, Syekh ‘Izzuddin Abdul Aziz az-Zamzami, Mufti Hijaz Syekh ‘Abddurrohman bin Ziyad, Sayyid ‘Abdurrohman as-Shofwi, Syekh Abdul Aziz bin Zainuddin al-Ma’bari, dan Syekh Zainul Abidin Abu Bakr Muhammad bin Abi al-Hasan al-Bakri ash-Shiddiqi. Masih belum berhenti di sini, beliau juga meminta fatwa terkait berbagai problematika kepada beberapa Ulama’ besar yang lain seperti Syekh Muhammad bin Ahmad ar-Romli (Romli Shoghir), Syekh Muhammad bin Khotib asy-Syirbini, Syekh Abdullah bin ‘Umar Ba Makhromah, dan Syekh Abdurrouf bin Yahya.

Selain terkenal dengan kealiman dan ketokohannya, Syekh Ahmad Zainuddin al-Malibari juga merupakan ulama yang produktif. Di antara karya-karyanya yang tersebar yaitu kitab Qurratul ‘Ain bi Muhimmati ad-Din, Fathul Mu’in, Tuhfatul Mujahidin fi Ba’dl Akhbar al-Burtughaliyyin, Irsyadul ‘Ibad ila Sabil ar-Rasyad, Ihkamu Ahkam an-Nikah, al-Manhaj al-Wadlih Syarh Ahkam an-Nikah, al-Ajwibah al-‘Ajibah ‘an al-As’ilah al-Gharibah, Mukhtashor Syarh ash-Shudur fi Ahwal al-Mauta wa al-Qubur, al-Jawahir fi ‘Uqubati Ahli al-Kabair, al-Fatawa al-Hindiyyah.

Sanjungan beberapa tokoh

               Seorang ulama’ besar fiqh Islam penyair Yamani mengatakan bahwa ketika seseorang ingin beruntung dan futuh (terbuka hati) untuk menerima ilmu, maka hendaklah dia menekuni kitab Fathul Mu’in. Perkataan  tersebut dirangkai olehnya dalam sebuah gubahan sya’ir yang dikutip oleh Syekh Muhammad Ali Musliyar an-Nalkati dalam Kitabnya yang berjudul A’yanu Malibar  halaman 29 dan Syekh Ahmad Kuya asy-Syaliyati dalam kitabnya al-Bayan al-Mautsuq li Mahallintidzor al-Masbuq halaman 30 berikut:

Baca juga:  Catatan Fahruddin Faiz untuk Manusia Modern: Menjadi Manusia, Menjadi Hamba

يا من يريد النجاحا * وللعلوم افتتاحا

فتح المعين فلازم * له مساء وصباحا

واجعله خير سمير * تعط الهدى والفلاحا

غص في معانيه تلق * كنوز فتوى صحاحا

Wahai orang yang ingin beruntung dan futuh dalam ilmu

Maka tekunilah Kitab Fathul Mu’in, sore dan pagi hari

Jadikanlah ia teman ngobrol, maka engkau akan mendapat petunjuk dan keberuntungan

Selamilah makna-maknanya, maka akan kau temukan banyak simpanan fatwa

Selain syi’ir di atas, ada pula syi’ir yang dikarang al-Alim asy-Syaikh Farid bin Muhyiddin al-Barbari (w. 1300 H). Beliau mengatakan dalam syi’irnya bahwa kitab Fathul Mu’in adalah kitab yang menakjubkan dan menghimpun pembahasan fiqh yang tidak dihimpun kitab-kitab lain. Berikut teksnya:

فتح المعين كتاب شأنه عجب * حوى من الفقه ما لم يحوه كتب

وقد رقى في اختصار اللفظ ذروته * حتى تهون على حفاظه الكرب

كم من لآلي حسان فيه كامنة * عن غير أهل لها تخفى وتحتجب

وقد حوى من نصوص الشافعي ومن * منصوص أصحابه ما كان ينتخب

أحكام مذهبنا فيه مبوبة * أثنى على حسن تأليف له العرب

فلا تبال بمن زاغت بصيرته * عن قدره فهو أعمى فاته الشنب

فيه الغنى غالبا عن سائر الكتب * وذاك فضل علينا شكره يجب

Fathul Mu’in adalah kitab yang menakjubkan,

ia menghimpun pembahasan fiqh yang tidak dihimpun kitab-kitab lain

Kitab Fathul Mu’in sangatlah ringkas,

sehingga kesukaran bagi para penghafalnya menjadi mudah

Betapa banyak mutiara-mutiara indah terpendam di dalamnya,

Mutiara-mutiara itu bersembunyi dari orang yang bukan ahlinya

Kitab Fathul Mu’in menghimpun nash-nash yang sudah terpilih dari Imam Syafi’i,

dan juga ashab Syafi’i

Hukum-hukum madzhab Syafi’i dikategorisasi di dalamnya,

ia mendapat sanjungan orang-orang Arab karena penyusunannya yang baik

Jangan engkau pedulikan orang yang matahatinya tidak bisa melihat kedudukan fathul mu’in,

karena pada hakikatnya dia buta dan telah kehilangan sebuah keindahan

Kitab fathul mu’in mencukupkan dari kitab-kitab lain sebagai pedoman, dan itu merupakan anugerah yang wajib disyukuri

Sayyid ‘Alawi bin Ahmad as-Saqqof dalam kitabnya Tarsyih al-Mustafidin halaman 2 juga menyanjung dan memuji-muji kitab Fathul Mu’in, beliau mengatakan bahwa “sesungguhnya kitab Fathul Mu’in karya Syekh Abdul Aziz al-Malibari (nama ini merupakan kekeliruan sebagaimana keterangan sebelumnya) ini merupakan kitab yang banyak manfaatnya, kitab yang agung di kalangan ahli ilmu, kitab ini merupakan inti sari/pokok dari madzhab syafi’i dan merupakan pilihan dari kalam mutaakhirin, serta menjauhi kata-kata asing dan bahasa yang menyimpang dari aturan”. Berikut redaksinya:

Baca juga:  Kisah Cak Rusdi: Lelaki yang Tak Berhenti Menangis

إن كتاب فتح المعين للإمام العلامة والحبر الفهامة الشيخ عبد العزيز المليباري رحمه الله تعالى مما كثر نفعه وعظم عند أهل العلم وقعه ولإتيانه من مذهب الإمام الشافعي بالزبدة ومن كلام المتأخرين بالصفوة مع تجنبه النوادر واقتناصه الشوارد.

Karakteristik Kitab Fathul Mu’in

               Kitab Fathul Mu’in terkenal dengan kerumitannya atau kesukaran dalam memahami teks-teksnya, baik secara susunan kalimatnya maupun gramatikanya. Hal ini sudah jamak terdengar di kalangan intelektual pesantren, bahkan bisa dikatakan sebagai asumsi publik. Tetapi, menurut pandangan al-faqir pribadi, sebenarnya tidak ada sesuatu yang sulit dan rumit apabila didasarkan pada kesungguhan dan ketekunan dalam mempelajarinya.

Menurut Dr. Abdul Hakim bin Abdurrohim al-Kanafali as-Sa’di, tradisi ulama’ Malibar sendiri dalam mengajarkan dan membacakan Kitab Fathul Mu’in bisa menghabiskan waktu sekitar 6 tahun lebih dengan metode mengurai Ibaroh serta membacakan Hawasyi (Jama’ Hasyiyah) dan Hawamisy (Jama’ Hamiys) nya Fathul Mu’in, selain itu juga berbagai kitab yang mempunyai hubungan/ikatan dengan Fathul Mu’in seperti Kitab-kitabnya Syekh Ibn Hajar al-Haitami, Imam Muhammad ar-Romli (Romli Shoghir), Syekh Khotib asy-Syirbini, dan Syekh Zakariya al-Anshori beserta Hasyiyah kitab tersebut.

Tak khayal lagi, Kitab Fathul Mu’in ini menjadi rujukan utama di Malibar termasuk adanya tradisi Ulama’ Malibar di mana mereka saling menasehati untuk merujuk kembali Kitab ini ketika terjadi suatu problematika. Oleh karena itu, Dr. Abdul Hakim bin Abdurrohim al-Kanafali as-Sa’di menyebutkan setidaknya empat belas karakteristik Kitab Fathul Mu’in yang menjadikan kitab ini memiliki keunikan tersendiri yaitu; Uslub Mantiqi (gaya/metode mantik) dalam penyusunannya, sangat memperhatikan terhadap sebagian masalah yang di ungkapkan dengan kata Far’un dan Tanbihun, menentang keras terhadap ahli bid’ah dan fasiq, mengingkari terhadap praktik Hilah untuk meninggalkan ibadah, mengingkari adat yang mungkar, memperhatikan terhadap banyak hajat manusia, menyesuaikan kondisi pada masa itu, memikat orang untuk lebih giat beribadah dengan menjelaskan keutamaan-keutamaan ibadah, mempertimbangkan kelalaian manusia, mempermudah manusia dengan menyebut qoul marjuh dalam beberapa masalah, corak tashowwuf dan waro’, memperhatikan adab dalam penyusunannya, memperhatikan terhadap masalah-masalah kedokteran, menjelaskan mufrodat/kosa kata yang asing.

Terakhir, apabila pembaca ingin mengetahui keterangan atau informasi lebih lanjut seputar kitab Fathul Mu’in maka pembaca bisa merujuk beberapa referensi berikut ini: Kitab Fathul Mu’in baina al-Muallafaat fi al-Fiqh asy-Syafi’i karya Dr. Abdul Hakim bin Abdurrohim al-Kanafali as-Sa’di, kitab al-Masaail allati Khaalafa fiha Shohibu Fathil Mu’in Syaikhohu Ibn Hajar Rahimahullah wa Sababu Khilafihi fiha karya al-Hafidz Abdus Syakur bin Muhammad Kutti Musliyar al-Ahsani, dan kitab Fathul Mu’in yang sudah ditahqiq semisal kitab Fathul Mu’in terbitan Maktabah at-Turmusy Litturots. Wallahu A’lam bis Showab

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top