Penjara secara definitif baru ada sejak zaman kepemimpinan Umar ibnu Khathab. Sahabat Umar membangun rumah tahanan dalam bangunan tersendiri, ini berbeda di zaman Rasulullah dan sahabat Abu Bakar yang mencukupkan penjara dengan rumah dan masjid untuk menahan pelaku kejahatan maupun hanya sekedar untuk mentakzir.
Wilayah Islam yang kian meluas dan pemerintahan yang semakin besar menjadikan pemerintahan tidak kuasa mengatur rakyatnya dengan baik. Akhirnya Umar memutuskan untuk membeli rumah Shafwan ibnu Umayah untuk dijadikan sebagai penjara. Dari sinilah Islam kemudian memiliki rumah tahanan (rutan) secara definitif.
Kairo memiliki banyak rutan. Di antara yang paling bengis adalah “Khazanah Syamail” (ini bukan nama kitab/buku, tapi nama penjara) yang terletak di samping gerbang beteng paling selatan Old Cairo yang dikenal dengan gerbang Zuweyla (Bab Zuwayla).
Sejarawan terkemuka Mesir, al-Maqrizi (W.1442 M), dalam al-Khithath mengatakan bahwa rutan Khazanah Syamail (خزانة شمائل) adalah di antara rutan yang mengerikan dan paling buruk seantero Mesir kala itu. Ia rutan khusus untuk terpidana mati, mulai dari pencuri, begal hingga pejabat yang mendapat murka dari sultan. Nama “Syamail” nisbat pada Alimuddin Syamail, Gubernur Kairo pada pemerintahan Sultan al-Kamil ibn al-Adil dari Daulah Ayubiyah.
Penjara yang didirikan pada tahun1218 M/615 H pada masa daulah besutan Sultan Shalahuddin Ayub itu kelak menjadi simbol dan saksi kekacauan masa Daulah Mamlouk, khususnya Mamlouk Jiraksyi. Jika rakyat terlihat ada gelagat revolusi maka pemerintahan akan mengambil beberapa narapidana rutan Khazanah dan digantung di Bab Zuweyla agar reaksi rakyat melembek.
Mereka meyakinkan pada masyarakat bahwa yang dieksekusi itu adalah orang-orang yang dulunya juga menginginkan revolusi. Para terpidana mati tersebut digunakan sebagai ancaman kesadaran rakyat dan sebagai peredam fitnah saat bergejolak.
Kawasan ini memang kawasan lalu lalang orang ketika hendak keluar masuk Old Cairo yang paling dekat dengan benteng dan istana yang dibangun oleh Sultan Shalahuddin yang kemudian dikenal dengan Citadel Saladin itu. Ia menjadi pintu utama dan menjadi pemandangan pertama, jika masyarakat berjalan dari arah selatan.
Tidak heran jika kemudian Bab Zuweyla itu menjadi saksi bisu kejumawaan Kairo dan kekejaman para penguasa terdahulu. Kepala-kepala utusan Mongol digantung di Gerbang untuk menunjukkan kekuatan Mesir saat diancam oleh Mongol.
Terakhir ia menjadi saksi bisu kekejaman Sultan Selim I saat menaklukkan Mesir dengan menggantung sultan terakhir Mamlouk Mesir Sultan Tomambey selama tiga hari di Gerbang. Dua menara kembar di atas menambah kian jumawanya gerbabg tersebut. Menara indah ini dibangun Sultan Moayed Sheikh. Jika kita naik ke atap masjid Moayed, masjid Mohamed Ali Pasha, dua menara itu tampak menjulang di atas bukit Mukatam yang kramat itu.
Moayed Sheikh, salah seorang yang pernah dipenjara di rutan Khazanah pernah melangitkan nazar bahwa kalau saja nanti ia bebas dan menjadi sultan maka rutan itu akan diratakan dengan tanah. Angannya tersambut dan pada tahun 815 H ia diangkat menjadi sultan, 3 tahun kemudian ia mulai mewujudkan nazarnya merobohkan rutan yang merenggut sebagian umurnya itu.
Sultan yang gila pembangunan itu merobohkan dan membangun ulang menjadi masjid megah di atasnya. Saat proses pembangunan masjid, pekerja menemukan banyak tulang belulang jenazah yang mati di penjara!
Sebagaimana kecenderungan para sultan Mamlouk yang cinta kesenian, demikian juga yang terjadi pada Moayed Sheikh. Ia membangun salah satu menara di al-Azhar, merenovasi masjid Nilo Meter di Raudhah, membangun banyak sabil (bangunan tempat air minum untuk para pejalan ) dan kutab (tempat ngaji anak-anak), khanqah (zawiyah para sufi), masjid dan lain sebagainya, baik di Syam maupun di Mesir sendiri.
Masjid yang begitu megah adalah yang dibangun di atas tanah penjara Khazanah Syamail yang dikenal dengan nama pendirinya. As-Sakhawi sampai berkomentar:
“Tidak ada masjid yang begitu memukau secara seni dan nilai marmernya dari masjid Moayed. Ia yang terbaik setelah masjid al-Umawi”.