Sedang Membaca
Jalan Tobat Pemuda Tersesat (2): Al-Qa’nabi, dari Langganan Pesta Miras Jadi Ahli Hadis Berkelas

Ketua Perpustakaan Pondok Pesantren Langitan Tuban Jawa Timur

Jalan Tobat Pemuda Tersesat (2): Al-Qa’nabi, dari Langganan Pesta Miras Jadi Ahli Hadis Berkelas

Whatsapp Image 2021 06 22 At 10.59.20 Pm

Beliau adalah al-Qa’nabi. Bernama lengkap Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab al-Haritsi. Beliau merupakan salah satu tokoh ahli hadis penting dalam Islam. Beliau merupakan salah seorang murid utama dari Imam Malik. Bahkan kedekatannya itulah yang membuat riwayat Kitab Muwatha’ Imam Malik yang diriwayatkannya menjadi paling kuat menurut sebagian Ulama’. Sebagaimana pernah dituturkan oleh Ad-Dzahabi dalam Al-Ibar fi Tarikh Man Ghabar:  

وهو أوثق من روى الموطأ

“Al-Qa’nabi merupakan perawi yang paling dapat dipercaya dalam meriwayatkan Kitab Muwatha’.”

Namun siapa sangka, jika dulu ia bukanlah siapa-siapa. Bahkan dikenal sebagai tukang mabuk yang sangat disegani oleh kalangannya. Di Kalangan orang Bashrah, tidak ada lagi yang tidak mengenal al-Qa’nabi dalam masalah dunia malam. Semua akan tunduk padanya.

Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam Kitab al-Tawwabin menceritakan, suatu ketika ia mengadakan pesta miras besar-besaran di kediamannya. Berbagai jenis miras telah disiapkan. Semuanya siap untuk memuaskan hasratnya dan teman-temannya itu. Ketika ia sudah selesai menyiapkan semuanya. Ia kemudian duduk santai di depan rumahnya. Ia mulai membuka satu botol, sambil menunggu koleganya datang.

Satu gelas telah  ia minum. Glek, kemudian seseorang lewat. Kedatangannya sangat mengganggu pandangannya. Ia tidak pernah melihat seseorang tersebut sebelumnya. Dari wajahnya jelas ia bukanlah penduduk sekitar. Ia kembali mengamati sambil berfikir mencari tahu. Ternyata ia juga tidak datang sendirian. Di belakangnya, bergerombol banyak orang yang mengikutinya.

Baca juga:  Munajat Ulama Nusantara (2)

Ia pun semakin penasaran.

“Siapa orang yang baru datang itu?” tanya Qa’nabi kepada salah seorang koleganya.

“Ia adalah Syu’bah,” jawab sang kolega.

“Siapa itu Syu’bah? kok baru dengar aku nama itu?,” tanyanya kembali.

“Ia adalah seorang ahli hadis,jawab koleganya.

Mendengar ahli hadis, Ia terkaget. Ia mulai beranjak bangun dari tempat duduknya. Botol miras di tangannya ditanggalkan. Ia cepat-cepat menghampirinya. Dengan wajah kesal ia mengatakan:

“Sampaikan kepadaku satu hadis dari Rasulullah,” pinta al-Qa’nabi.

“Hmm tidak! tidak akan kusampaikan. Engkau bukanlah orang yang pantas mendengar hadis Rasulullah,” jawab Syu’bah tegas.

Semakin kesal dengan jawaban yang diberikan oleh Syu’bah, Al-Qa’nabi buru-buru menghunus pedang di balik punggungnya. Lantas mengarahkannya tepat di leher Syu’bah. Imam Syu’bah tertegun. Takut akan kehilangan nyawanya, para pengikut Imam Syu’bah pun hanya bisa terdiam melihat Imam Syu’bah terintimidasi. Sedangkan Al-Qa’nabi menegaskan kembali pemintaanya tersebut.

“Sampaikan saja, tidak usah berbasa-basi. Kalau tidak, lehermu ini yang akan menjadi gantinya.”

“Faham!,” bentak al-Qa’nabi seraya mendekatkan pedangnya lebih dekat.

Tak punya pilihan lain Imam Syu’bah kemudian menyampaikan satu hadits Rasulullah.

حَدَّثَنى مَنصور عَنْ ربعى عَنْ أَبِى مسعود قال: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ ، فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

Baca juga:  Sajian Khusus: Fikih Lingkungan

Diriwayatkan dari Manshur dari Rib’i, dari Abi  Mas’ud RA ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Jika engkau tidak punya rasa malu, maka berbuatlah sesuka hatimu!”.

Seketika pedang yang tadinya begitu kuat mengancam nyawa Syu’bah terjatuh. Bukan karena kekuatan Al-Qa’nabi sirna. Akan tetapi hatinya luluh dengan apa yang dikatakan oleh Imam Syu’bah. Relung hati yang selama ini kosong tak tersentuh, seakan mendapat pemantiknya.

Ia teringat begitu banyak dosa yang telah diperbuatnya. Ia paham malu yang disebut Imam Syu’bah dalam hadis tersebut tidak lain sedang menyindir dirinya. Ia selama ini telah berbuat sesuka hati. Tak pernah punya malu kepada Allah yang telah memberi semua dalam kehidupan ini.

Ia pun kembali ke rumah dengan penuh penyesalan. Ia kemudian membuang semua miras yang ia siapkan. Tak peduli berapa biaya yang telah ia keluarkan untuk mempersiapkannya. Ia lantas menemui sang ibu. Menceritakan semua yang telah ia alami. Ia menumpahkan segala penyesalannya dan mengutarakan niatnya untuk merantau di Madinah untuk mengubah jalan hidupnya.

Di sana, ia ingin belajar kepada Imam Malik bin Anas. Mempelajari dasar-dasar ilmu kepadanya. Sang ibu pun merestui. Sebelum pergi, ia berpesan kepada sang ibu untuk memberikan jamuan kepada koleganya yang akan datang. Dan tak lupa untuk memberitahu mereka bahwa bos mereka kini sudah menuju jalan yang lurus. Dan sedang berhijrah menuju kota Madinah.

Baca juga:  Muslim dan Dunia Sains (3): Ibnu Haitsam dan Renaissance di Eropa

Benar saja, Al-Qa’nabi benar-benar membuktikan komitmennya untuk berubah. Ia sangat tekun mengikuti kajian dari Imam Malik bin Anas. Bahkan ia menjadi salah satu murid kinasih dari Imam Malik. Setelah puas mencicipi lautan ilmu dari Imam Malik, al-Qa’nabi teringat sosok yang mengubah dirinya dahulu. Ia teringat Imam Syu’bah. Ia kemudian menuju kota Bashrah untuk menemuinya. Namun sayang, Imam Syu’bah telah terlebih dahulu meninggal.

Al-Qa’nabi kemudian fokus mengajar dan meriwayatkan hadis. Dinantara murid-murid al-Qa’nabi adalah Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud dan lain sebagainya. Al-Qa’nabi Wafat pada tahun 221 H. Wallahhu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top