Mbah Salam Kajen adalah seorang alim hâmilul qur’ân (penghafal Al-Qur’an). Beliau ayah Kiai Abdullah Salam. Mbah Salam sering diketahui orang suka ke pasar. Hampir setiap hari ke pasar. Kadang-kadang sambil berbelanja. Kadang-kadang hanya terlihat jalan-jalan. Padahal, di dalam tradisi tasawuf, berjalan-jalan di pasar adalah “pantangan”.
Akan tetapi, tiba-tiba kebiasaan itu berhenti. Mbah Salam tidak lagi terlihat di pasar. Seorang tetangga yang biasa ikut bersama-sama Mbah Salam ke pasar suatu saat datang kepada beliau, mengajak beliau untuk ke pasar.
Mbah Salam menjawab, “Untuk apa ke pasar?”
Tetangga ini pun kaget. “Biasanya suka ke pasar. Kok sekarang diajak ke pasar bilang ‘untuk apa’?”
“Dulu saya suka ke pasar karena ada perlunya. Sekarang saya sudah tidak ada perlu lagi.”
Tetangga ini pun penasaran lagi. “Keperluannya apa?”
“Saya ke pasar untuk melancarkan hafalan Qur’an. Sekarang sudah lancar, jadi tidak perlu ke pasar lagi.”
Ternyata, metode Mbah Salam melancarkan hafalan Qur’an itu dengan mengujinya di tengah-tengah keramaian pasar. (Sumber: Tawa Show di Pesantren oleh Akhmad Fikri AF)