Sedang Membaca
Prie GS dan Kepergian yang Berkesan
Akbar Malik
Penulis Kolom

Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro. Menyukai isu-isu seputar keberagaman, kemanusiaan, dan kebudayaan. Sesekali menulis esai di sejumlah media online.

Prie GS dan Kepergian yang Berkesan

Prie Gs (suara.com)

Hari Jumat yang sarat akan keberkahan dan keutamaan, di saat yang bersamaan ternyata berselimut dengan kesedihan. Hujan yang belakangan selalu mengguyur Kota Semarang, Jumat pagi itu tidak terlewatkan darinya, semakin menandaskan kesenduan yang disuguhkan dari hujan. Saya yang tinggal di satu titik kota Semarang, mendengar berita duka dari satu titik lainnya.

Adalah budayawan kesohor kelahiran Kendal telah berpulang. Mas Prie GS, sang kartunis, esais, pembicara publik itu mengembuskan napas terakhirnya. Kesedihan menjalar dari kepala hingga dada. Melihat unggahan Instagram dari Pakde Sudjiwo Tejo dan Mbah Kakung Gus Mus, dalam waktu yang sangat berdekatan, membuat hati saya remuk. Awalnya tentu tidak menyangka, karena terakhir kali saya masih melihat beliau aktif di Instagram dan Youtube-nya. Namun, kalau sudah dua tokoh memberi kabar, ditambah tokoh-tokoh tersebut adalah karibnya, perasaan tidak menyangka itu beralih menjadi mengikhlaskan.

Pertama kali mendengar nama Prie GS barangkali ketika SMP atau SMA, ketika beliau masih wara-wiri di televisi. Namun tentu tidak mengenali lebih jauh, hanya sebatas mendengar dan membaca namanya. Perkenalan lebih khidmat justru terjadi ketika saya sudah kuliah di Semarang. Pernah dalam satu kesempatan bertemu beliau di acara syukuran ulang tahun Mbah Kakung Gus Mus. Beliau menjadi pewara kala itu.

Baca juga:  Ulama Banjar (200): KH. Muhammad Bakhiet

Perjumpaan secara fisik, melihat dan bertemu secara langsung hanya terjadi satu kali, tetapi pendalaman saya terhadap beliau terus berlangsung. Saya mendengar petuahnya dari akun Youtube-nya, saya menyimak dengan saksama acara ngobrolnya bersama Gus Candra Malik, hingga saya membaca esai-esainya yang bertebaran di internet. Menyelami lebih dalam sosok Prie GS, saya menyadari dan meyakini suatu hal, bahwa selain beliau multitalent, beliau pun tokoh yang sangat cerdas sekaligus saleh.

Kecerdasan intelektual dan spiritual pada beliau ada dalam satu tarikan napas. Beliau berceramah dengan sangat baik, memiliki pembendaharaan kata yang kaya disertai vibrasi suara yang nyaman didengar. Dengan kata lain, kemampuan retorika beliau begitu menggugah, tidak hanya pilihan katanya yang indah, tapi juga didukung oleh suaranya yang renyah.

Walaupun tidak berinteraksi secara tatap muka, apalagi dalam intensitas yang tinggi, saya tetap menganggap beliau guru. Setidaknya guru dalam medium spiritual. Saya selalu ingat perkataan Cak Nun, bahwa mencari guru atau mentor itu tidak selalu harus bertemu, bertatap muka, dan mengobrol secara langsung. Bisa pula guru itu dicari dalam satu preferensi dan frekuensi batin. Saya menyebutnya barangkali guru spiritual; orang yang kita jadikan guru melalui pendalaman terhadap karya-karyanya, petuah-petuahnya, rekam jejak dan kiprah kemasyarakatannya.

Baca juga:  Pak Sa’ad, Muhammadiyah, dan Petuah-Petuahnya

Saya mengagumi Mas Prie GS. Kelakarnya yang penuh makna dan perenungan seolah-olah mengingatkan kita dengan sangat halus bahwa hidup walaupun banyak masalah tetap bisa ditertawakan. Atau, hidup yang penuh lika-liku dalam perjalanannya tetap bisa dinikmati, sesekali beristirahat dahulu untuk menarik napas panjang.

Mas Prie GS mengajarkan kesederhanaan yang amat kaya; keadaan apa adanya yang diperjuangkan dengan penuh kesungguhan. Beliau seringkali mengatakan bahwa pencapaian hidupnya saat ini bukanlah karena penampilan fisiknya, tapi berkat keberuntungan dan kepercayaan diri. Pernyataan tersebut, walau mungkin orang-orang yang mendengarnya akan tertawa, dalam tafsir saya memiliki arti yang lain sekaligus dalam. Mas Prie GS, dalam bahasa yang lain sesungguhnya berkata bahwa kemampuannya mengemas diri terlampau apik, sehingga nama dan karyanya bisa harum dan manis.

Mas Prie GS meninggalkan sejumlah karya yang akan membuatnya dikenang dan jariyahnya terus mengalir. Kepergian beliau sungguhlah sangat mengena di hati saya, memberikan kesan yang sangat mendalam. Walau bukan termasuk orang yang sering berjumpa atau berada dalam lingkaran pergaulannya, saya sangat merasa kehilangan atas kepergian beliau.

Sugeng tindak, Mas Prie GS.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top