Sedang Membaca
Mengunjungi Lapak Buku Bekas Milik Pak Takim Jember: Saya Bersyukur Jika Ada Mahasiswa yang Gemar Membaca
Akmal Khafifudin
Penulis Kolom

Menempuh pendidikan di UIN KH. Achmad Shiddiq Jember prodi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah. Kini ia mengajar di Ponpes Darul Amien Gambiran, Banyuwangi. Penulis bisa disapa di akun Instagram @akmalkh_313

Mengunjungi Lapak Buku Bekas Milik Pak Takim Jember: Saya Bersyukur Jika Ada Mahasiswa yang Gemar Membaca

Mengunjungi Lapak Buku Bekas Milik Pak Takim Jember: Saya Bersyukur Jika Ada Mahasiswa yang Gemar Membaca

Selasa lalu (18/2) kami berkunjung sekaligus bersilaturahmi kepada Pak Mustakim atau biasa disapa Pak Takim di Jl. Kenanga II, Gebang, Jember. Pak Takim merupakan salah satu penjual buku dan majalah bekas yang masih bertahan di tengah minimnya angka literasi dan masifnya media elektronik di negeri kita.

Beberapa waktu yang lalu, lapak buku beliau yang berada di kediamannya sempat lewat di FYP instagram penulis. Sehingga menimbulkan rasa penasaran kami untuk mengunjungi lapak miliknya. Ketika pertama datang, kami disambut dengan hangat layaknya orang tua yang dikunjungi oleh cucunya. Dalam ruangan yang  kira-kira berukuran 3 X 5 meter, semua sudutnya penuh dengan buku dan majalah. Semua buku dan majalah tersebut berjajar rapi sesuai dengan genrenya masing-masing. Pak Takim bercerita kepada kami bahwa beliau memulai usaha berjualan buku dan majalah bekas tersebut sejak tahun 1963 yang kala itu usia beliau sehabis tamat dari SR (Sekolah Rakyat / setingkat SD).

Dikarenakan orang tua Pak Takim tergolong kurang mampu, sehingga beliau tidak meneruskan jenjang pendidikannya dan fokus membantu ekonomi keluarga dengan berjualan Koran secara keliling dari Gebang ke Patrang. Hingga pada suatu hari seorang pemilik toko buku yang telah gulung tikar memberikan sisa buku dagangannya untuk dijualkan oleh Pak Takim.

Baca juga:  Gerakan Islam dalam Politik Indonesia

Awalnya beliau agak bimbang bagaimana akad jual beli yang akan diterapkan dan tercapailah kesepakatan pembayaran di akhir. Dengan modal bonek (bondho nekat) akhirnya Pak Takim menggelar lapaknya di Pasar Kawat yang kala itu berada diatas jembatan jompo dan sebelum para pedagang yang ada tersebut di kemudian hari dipindahkan lokasinya di Pasar Tanjung.

Ketika lapaknya masih berada di Pasar Kawat, Pak Takim juga mengenal baik sesama kawannya yang sama – sama menjual buku. Seperti Sayyid Saleh Salim Bafareij yang kala itu berdagang kitab kuning dan al-Qur’an, namun ketika beberapa kawannya dipindahkan ke Pasar Tanjung. Pak Takim lebih memilih berjualan di kediamannya, dikarenakan ongkos sewa kios di Pasar Tanjung kala itu masih mahal.

Meskipun saya enggan pindah (ke Pasar Tanjung) dan memilih berjualan di rumah karena tidak ada modal untuk sewa toko, akan tetapi yang namanya rejeki toh tidak akan kemana”, ujar beliau. Tahun 1994, usaha pak Mustakim sempat mengalami kejumudan. Karena pada saat itu terjadi pergantian kurikulum. Untuk menutupi kebutuhan hariannya, sampai-sampai beliau menjual segala perabot rumah sehingga anak istrinya harus tidur di lantai.

Memasuki tahun 2000, Pak Takim bangkit kembali dengan berjualan buku dan koran bekas yang dulu sempat vakum. Setelah istrinya wafat pada tahun 2019, Pak Takim diuji kembali di tahun 2020 dengan merebaknya pandemi Covid 19. Dampak yang ia rasakan adalah sehari-hari tokonya sepi dari para pengunjung. Ketika penulis berkunjung dan berbincang-bincang dengan beliau seraya membeli dua buku bekas yang bertemakan Nahdlatul Ulama’, Pak Takim bercerita kepada penulis bahwa beberapa tahun belakangan ini beliau habis terkena gejala stroke ringan. Namun kini penyakitnya berangsur pulih berkat terapi yang dibiayai oleh pengusaha dan pemilik butik Riens Collection yang tokonya berdiri megah di belakang jalan rumahnya.

Baca juga:  Ngaji Kitab Rawai’ul Bayan: Hikmah Poligami Nabi

Walaupun usia sudah tak muda lagi, Pak Takim masih ingat betul letak genre buku dan majalah yang ia pilah dan ia tata. Ditengah derasnya arus informasi yang dapat dinikmati melalui gadget, sampai saat ini beliau tetap berlangganan media cetak Kompas dan Jawa Pos yang selalu ia nikmati di teras rumahnya sembari meneguk secangkir kopi.

Kepada penulis, Pak Takim bercerita bahwa sampai saat ini dia optimis bersyukur jika masih ada mahasiswa yang gemar membaca. “Beberapa mahasiswa dari UNEJ, UIN Jember, Poltek, dan IKIP PGRI Jember seringkali mampir ke lapak saya dan saya bersyukur jika ada mahasiswa yang gemar membaca. Karena wahyu pertama yang diturunkan Allah untuk Nabi kita saja adalah perintah untuk membaca”, ujar beliau.

Whatsapp Image 2025 02 28 At 01.11.00 (2)
Pigura koleksi pribadi Pak Takim.

Bahkan Pak Takim pun memiliki kolega dari kalangan dosen di UIN KH. Achmad Shiddiq Jember, termasuk dengan rektornya terdahulu Prof. Dr. Babun Suharto. “Ada mas dosen sosiologi di UIN Jember yang kenal baik dengan saya, terus beberapa hari setelahnya dia mengajak kawan dosennya yang lain kesini untuk cari buku. Setelah tahu dan menemukan buku-buku yang mereka cari. Akhirnya mereka nyeletuk, tahu gini gak usah jauh-jauh nyari buku ke Jogja”, cerita beliau kepada penulis. Pak Takim selain itu berpesan kepada penulis agar selalu belajar dimanapun tempatnya, kemudian jangan lupa salat berjama’ah, dan berbakti kepada kedua orang tua selagi masih ada.

Baca juga:  Sabilus Salikin (24): Taubat

Waba’du, kisah pak Takim sebagai penjual buku dan majalah bekas tadi setidaknya menjadi i’tibar (pelajaran) bagi kita semua agar teruslah belajar dan perkaya bacaan di segala genre. Agar kita menjadi manusia yang tidak gampang dibodohi dan gampang termakan oleh berita viral yang ternyata hoax. Wallahu a’lam.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top