Jika ada seorang pemimpin yang bertanya cara menjadi seorang pemimpin yang baik, maka jawabannya adalah: bacalah sirah nabawi. Sebab semua karakter pemipin yang baik, ada di dalam diri Nabi Muhammad.
Salah satu karakter yang membuat saya sangat tersentuh adalah sikap Nabi Muhammad kepada tamunya, meskipun tamu itu kafir (kafir dzimmi, bukan kafir harbi). Kisah ini diceritakan di dalam kitab al-Matsnawi karya Jalaluddin Rumi. Berikut kisah lengkapnya.
Dikisahkan beberapa orang kafir memohon dengan sangat merendah kepada nabi Muhammad agar diberikan penginapan dan makanan. Permohonan mereka yang sangat merendah membuat hati Nabi Muhammad tersentuh. Nabi Muhammad memutuskan memanggil para sahabatnya dan meminta mereka untuk menyambut orang-orang kafir ini sebagai tamu. Tuan rumah yang baik akan memberikan tempat dan makanan terbaik untuk tamunya.
Setiap sahabat memilih satu orang kafir untuk diajak menginap di rumah mereka, namun ada satu orang kafir yang tidak dipilih oleh para sahabat. Orang kafir tersebut berperawakan besar seperti raksasa. Ini mungkin membuat para sahabat takut (atau mungkin juga takut menghabiskan jatah makan di rumah).
Akhirnya Nabi Muhammad sendiri yang menyambutnya sebagai tamu. Sikap ini yang perlu dicontoh oleh pemimpin saat ini. Nabi Muhammad sebagai pemimpin memutuskan mengambil tugas yang paling berat (menjamu orang kafir yang tidak dipilih oleh para sahabat).
Di rumah, Nabi Muhammad memiliki tujuh ekor kambing betina untuk memenuhi kebutuhan susu sehari-hari keluarganya. Orang kafir yang menjadi tamu nabi Muhammad, menyedot habis semua susu dari tujuh ekor kambing tanpa sisa setetes pun untuk keluarga Nabi Muhammad.
Setelah kekenyangan, orang kafir tersebut memutuskan langsung tidur di kamar. Nabi Muhammad juga menyiapkan kamar terbaik untuk tamunya. Ketika orang kafir telah tertidur dengan pulas, salah satu pelayan perempuan mengunci kamar tempat orang kafir tidur.
Di pertengahan malam, orang kafir terbangun karena merasakan perutnya mulas dan ingin buang air besar. Sialnya pintu telah terkunci dan Ia sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi. Tanpa rasa malu, ia keluarkan kotorannya di selimut yang diberikan Nabi Muhammad.
Esok paginya saat Nabi Muhammad membuka pintu kamar, orang kafir merasa sangat malu dan segera melarikan diri tanpa permisi dan berterima kasih.
Nabi Muhammad menyadari hal yang telah terjadi dan memilih membiarkannya pergi untuk menjaga harga dirinya. Sikap Nabi inilah yang membuat saya tersentuh. Tuan rumah yang seharusnya marah karena makanan telah dihabiskan tanpa sisa dan rumah yang dikotori dengan kotoran bekas buang air besar, tetapi justru memilih mementingkan harga diri tamunya. Betapa mulia sikap seorang pemimpin umat Islam ini.
Hal yang paling mencengangkan adalah Nabi Muhammad memilih membersihkan sendiri kotoran orang kafir tersebut. Para sahabat yang melihat kejadian itu berusaha menawarkan diri dan mencegah Nabi membersihkannya sendiri, namun beliau tetap bersikeras untuk melakukannya.
Tatkala Nabi Muhammad sedang bersih-bersih, orang kafir yang melarikan diri karena malu ternyata kembali lagi untuk mengambil jimat (berhala kecil) yang tertinggal di kamar nabi Muhammad. Saat itulah orang kafir melihat dengan mata dan kepalanya sendiri, tuan rumah (nabi Muhammad) yang seharusnya marah-marah ternyata justru membersihkan kotoran tamunya dengan wajah yang sangat tulus.
Melihat kejadian tersebut, orang kafir langsung menitikkan air mata dan seketika ingin beriman kepada nabi Muhammad dan Allah. Dengan penuh penyesalan, Ia menangis di hadapan nabi Muhammad. Nabi pun berkata, “tangisan dan penyesalan akan membersihkan kejahatan”. Wallahu A’lam