Sedang Membaca
Tutorial Belajar Berpikir Kritis
Ahmad Solkan
Penulis Kolom

Alumnus PP At-Taslim Soditan Lasem Rembang, kini menempuh kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan aktif di LPM Paradigma UIN Sunan Kalijaga.

Tutorial Belajar Berpikir Kritis

Media Sosial

Kemampuan yang penting namun jarang dimliki orang zaman sekarang yakni berpikir kritis. Di era kebebasan informasi ini, tsunami informasi sedang terjadi. Meski begitu kita harus memilah dan memilih mana informasi yang perlu kita serap dan mana yang perlu kita abaikan.

Tidak semua informasi perlu kita ketahui. Dan terkadang kita juga tidak perlu tahu semua hal. Kata orang Jawa: ora kabeh-kabeh kudu ngerti. Maka, kita harus memfilter segala informasi yang hendak masuk ke benak kita.

Selain itu juga, ada yang perlu kita tahu dan pahami ketika berhadapan dengan informasi. Perlunya kita mencari tahu kebenaran dan berpikir kritis atas informasi dan wacana yang beredar. Mencari kebenaran dilakukan dengan mencari sumber lain terkait konten berita yang sama. Hal ini terjadi bila kita mau berpikir kritis.

Berpikir kritis berarti menanyakan kembali perihal suatu persoalan dan tidak cepat percaya bila ada motif apa yang terjadi di balik suatu fenomena atau persoalan. Bisa saja sebuah fenomena yang sedang terjadi ada tujuan tertentu atau ada persoalan yang sengaja di tonjolkan (framing). Seperti pengalihan isu yang lazimnya digunakan oleh penguasa untuk mengalihkan fenomena politik yang terjadi.

Sebab itu, penulis menekankan kepada pembaca untuk meragukan segala sesuatu. Termasuk dalam konteks pemilihan pemimpin, ajang lima tahunan (pemilu). Menjadi bagian dari pemilu dengan menyalurkan aspirasi tidak hanya sekadar memilih semata, apalagi memilih karena diiming-imingi uang. Kita bisa saja menjadi korban politik atau pelaku politik.

Baca juga:  Haji Misbach Bersejarah Merah

Menjadi korban politik bila kita tidak mengetahui skema dan jalan perpolitikan. Apatis dan tidak mampu berpikir kritis. Kita bisa seperti keledai bila tak mengerti politik sama sekali. Dalam lingkup terkecil sekalipun seperti dalam RT/RW, karang taruna,  atau panita dalam lingkup kecil apapun itu, terdapat proses politik.

Jika kita tak mengerti politik sama sekali kita akan dijadikan atau disetir, mudah dibohongi dan dimanfaatkan. Maka dari itu penting kiranya pendidikan politik. Apalagi saat menjadi mahasiswa. Kita harus mengerti apa itu politik. Politik dalam KBBI bisa diartikan (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti sistem pemerintahan, dasar pemerintahan) atau juga bisa diartikan segala urusan dan tindak (kebijakan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain. Hal tersebut bisa disesuaikan dengan konteks kita, baik dalam ranah desa, kota, kabupaten, provinsi atau nasional. Bahkan bisa dalam lingkup RT atau RW dan lainnya yang berhubnngan dengan kedudukan.

Tadi, sudah penulis singgung sedikit terkait korban politik pada skala nasional. Kalau kita tidak menegetahui peta politik baik nasional dan daerah kita bisa keledai yang tinggal ikut ketika opini digiring, dengan narasi-narasi tertentu. Padahal, khususnya politik praktis, di setiap tindakan atau narasi yang disebar mempunyai tujuan dan kepentigan tertentu. Kita tidak boleh menutup mata akan hal tersebut. Bagaimana kita bisa mengawal kebijakan publik dalam skala nasional, daerah atau minimal dalam kampus bila Anda sekalian, mahasiswa tidak mempunyai paradigma berpikir kritis dan tidak mengenal politik.

Baca juga:  Gus Dur dan Kakeknya (Bagian 2)

Dalam konteks saaat ini, terjadi kenaikan harga BBM dari mulai pertalite, solar dan pertamax. Tentu ini sangat memberatkan masyarakat, apalagi masyarakat kecil. Dengan segala alasan yang dinilai logis untuk menaikkan harga BBM, apakah betul demikian? Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti itu yang perlu kita pertajam setiap hari, supaya mendapatkan gambaran secara utuh. Coba praktikkan hal ihwal yang terjadi di sekitarmu, pertanyakan berulang-ulang, pertajam keraguanmu, sesederhana itu.

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
1
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top