Namanya Ikrimah, ia laki-laki, bukan perempuan. Namanya jika didengar sekilas, apalagi oleh orang Indonesia, tampak seperti nama perempuan. Melihat teman sebayanya yang lebih dulu masuk Islam, harusnya ia juga masuk Islam. Tetapi hal itu tak kunjung terwujud. Penyebabnya, sang ayah adalah sosok utama penentang dakwah nabi, penolak utama seruan nabi dan orang terdepan yang menyakiti nabi. Bapaknya adalah Abu Jahl yang sudah masyhur kisahnya.
Ikrimah tak jauh dari tindak tanduk sang Ayah, Abu Jahl. Ia begitu tidak senang terhadap nabi dan agama baru yang ia bawa. Sejak awal hingga beberapa kali terlibat perang antara kaum Muslimin dan kaum Quraish, Ikrimah selalu di posisi sebagai lawan nabi. Itu berjalan cukup lama sekali.
Waktu terus berjalan, meski sering dihalangi Islam terus mendapat ruang di hati banyak orang, bukan hanya kaum Arab tetapi kaum non Arab. Puncaknya, rasul dan kaum muslimin berkehendak untuk menaklukkan kota Mekkah, kota asal kaum muslimin yang akhirnya mereka dulu terusir. Kabar itu tersiar begitu cepat hingga menimbulkan ketakutan bagi beberapa orang Mekkah yang menjadi musuh nabi, salah satunya adalah Ikrimah.
Ikrimah kemudian kabur ke Yaman, sementara istrinya, Ummu Hakim tetap di Mekkah berpasrah diri. Ketika nabi berhasil mengepung Mekkah beberapa perempuan salah satunya Ummu Hakim menemui nabi di sebuah rumah. Ia menyatakan keislaman di hadapan nabi. Ketika kondisi mulai tenang, Ummu Hakim menyampaikan kondisi suaminya yang kabur ke Mekkah. Mendengar cerita itu nabi menjawab:
“Tenang, suamimu aman”.
Setelah mendapat jaminan dari nabi, Ummu Hakim kemudian berniat mencari dan menemui suaminya. Ia berjalan menyusuri beberapa daerah. Sesampainya di Tihamah, ia kemudian bertemu dengan suaminya.
Ikrimah meminta suaminya bersyahadat. Awalnya Ikrimah tidak mau. Ia seperti gengsi. Namun istrinya menyampaikan apa adanya bahwa ia datang menemui Ikrimah atas restu nabi dan bahkan nabi sendiri memberi jaminan kepada Ikrimah.
Keduanya kemudian pulang. Ketika hendak sampai ke Madinah, kabar kedatangan Ikrimah, yang masih kerabat nabi, terdengar kepada nabi. Beliau dengan segera memberi imbauan kepada sahabat-sahabatnya yang lain. Nabi bersabda:
Sebentar lagi Ikrimah akan datang dalam keadaan beriman dan berhijrah, maka janganlah kalian mencela ayahnya yang sudah meninggal. Karena mencela orang mati bisa menyakiti keluarganya yang masih hidup dan celaan itu tak sampai kepada yang mati.
Tak disangka, ketika Ikrimah sampai di Madinah sambutan nabi luar biasa. Beliau tampak begitu bahagia dengan kedatangan Ikrimah. Sebelum mengikrarkan keislamannya, Ikrimah konfirmasi kepada nabi ihwal cerita istrinya tadi. Nabi menjawab dengan singkat.
“Cerita itu benar dan engkau termasuk orang yang aman”.
Setelah itu Ikrimah kemudian menyatakan keislamannya. Di hadapan nabi, orang yang dulu ia benci luruh semua kebenciannya. Nabi betapapun mendapat banyak cobaan dari dirinya dan ayahnya tetap memiliki dada yang lapang. Ikrimah tak bisa menahan rasa haru pada nabi. Sesaat setelah ia menyatakan keislamannya, nabi berpesan kepadanya:
“Sejak hari ini engkau jangan meminta apapun dariku kecuali aku akan memberinya,”ujar nabi.
Dengan tangkas Ikrimah menjawab:
“Jika begitu, aku meminta kepadamu agar mendoakan ampunan atas segala dosa permusuhan antara aku dan kamu, tiap perang yang aku denganmu dan tiap perkataan buruk yang aku katakan padamu baik secara langsung atau tidak langsung”.
Rasulullah dengan kelapangan hatinya menuruti keinginan Ikrimah. Beliau mendoakan Ikrimah sesuai apa yang ia minta. Sejak itu, Ikrimah orang yang paling membenci nabi seketika menjadi orang yang mencintai nabi. Ia masuk Islam di samping karena hidayah juga karena budi pekerti yang luar bisa. Nabi mendakwahkan Islam lebih dulu dengan perbuatannya sebelum dengan perkataannya. []