Ini adalah kitab Risalah fi Kaifiyyah Shalatit Tarawih karangan ulama perempuan Nusantara asal Betawi, yaitu Nyai Hj. Siti Zubaidah, yang merupakan istri dari KH. Hasbiyallah, pengasuh Pesantren al-Wathoniyyah, Klender, Jakarta Timur.
Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu-Indonesia aksara Arab. Sesuai dengan judulnya, kitab ini berisi tuntunan melakukan Salat Tarawih sebanyak 20 rakaat secara terperinci, mulai dari niat salat, bacaan yang harus dibaca ketika salat, bacaan yang harus dibaca di sela-sela pergantian salat, hingga do’a yang dibaca setelah selesai rakaat ke-20 dan setelah selesai Salat Witir.
Dalam kolofon, didapati informasi jika kitab ini diselesaikan pada Jumat 11 Juni 1976 (bertepatan dengan 13 Jumadil Akhir 1396 H). Kitab ini pun selesai ditashih oleh suami pengarang, yaitu KH. Hasbiyallah Klender.
Dalam kata pengantarnya, pengarang menulis:
أما بعد. مك دغن اني بغكيتله هاتي كامي انتوق ميوسون سبواه رسالة تنتاغ كيفية تراويح. كرتا مغيغت بتافا فنتيغن فدا قوم مسلمين دان مسلمات اكر منجادي ترتيب عمل عبادة كيت دان منجادي سماغت ددالم مغرجاكن عبادة تراويح
Amma ba’du. Maka dengan ini bangkitlah hati kami untuk menyusun sebuah risalah tentang kaifiyyat (tata cara) tarawih. Karena mengingat betapa pentingnya pada kaum muslimin dan muslimat agar menjadi tertib amal ibadah kita dan menjadi semangat di dalam mengajarkan ibadah tarawih.
Terkait jumlah rakaat tarawih, Nyai Hj. Zubaidah Hasbiyallah mengikuti pendapat ulama jumhur Ahlussunnah wal Jama’ah di Nusantara dan dunia Islam pada masa itu, yaitu sebanyak 20 (dua puluh) rakaat, dengan sepuluh salam, lalu ditambah 3 (tiga) rakaat Salat Witir dengan dua salam. Beliau menegaskan pendapat ini pada pembahasan pertama kitabnya. Beliau menulis:
إني سواتو فائدة يغ لاكي دتونتوت فدا ميتاكن كيفية سمبهيغ تراويح فدا بولن رمضان يائت دوا فوله ركعة دغن سفوله سلام. دان سمبهيغ وتر تيكا ركعة دغن دوا سلام.
Ini suatu faedah yang lagi dituntut pada menyatakan kaifiyyat sembahyang tarawih pada bulan Ramadan, yaitu dua puluh rakaat dengan sepuluh salam. Dan sembahyang witir tiga rakaat dengan dua salam.
Kitab ini tampaknya diterbitkan secara mandiri oleh pengarangnya dan disebarkan kepada jemaah pengajian dan majelis taklim yang diasuh oleh pengarang. Tebal keseluruhan kitab adalah 18 (delapan belas) halaman.
Saya mendapatkan fotokopian naskah kitab ini dari seseorang yang tiba-tiba menyodorkannya kepada saya setelah selesai pada sebuah acara yang digelar pada hari Sabtu, 7 April 2018 di rumah Menteri Agama Indonesia, Lukman Hakim Syaifuddin. Saat itu, saya menjadi pembicara dalam diskusi bertema “Manuskrip dan Keragaman Keagamaan di Nusantara” bersama Pak Menteri, juga bersama Prof. Dr. Oman Fathurrahman (staf ahli menteri agama dan guru besar filologi UIN Jakarta), Dr. Zainul Milal Bizawie, dan Dr. Muhammad Zain (Kapus Lektur Kemenag).
Kitab yang dikarang oleh Nyai Hj. Siti Zubaidah Hasbiyallah ini berkerabat dengan kitab Kasyfut Tabarih fi ‘Adad Raka’atit Tarawih yang dikarang oleh ulama Nusantara asal Senori, Tuban (Jawa Timur), yaitu KH. Abdul Fadhal b. Abdul Syakur. Kitab Kaysfut Tabarih ditulis dalam bahasa Arab dan menjelaskan jumlah bilangan shalat tarawih, yaitu 20 (dua puluh) rakaat, ditambah witir tiga rakaat.
Itu gambarnya bukannya perpustakaan di Stockholm ya? saya pernah ke sana dan punya fotonya