Dosen di UNU Jakarta. Selain itu, menulis buku dan menerjemah

Nasruddin Hoja Menyebar Hoaks

Suatu hari, Nasruddin Hoja meminjam sebuah panci dari tetangganya. Menurut penuturan orang-orang desa, sang tetangga terkenal pelit. Jarang-jarang ia mau meminjamkan barang perabotannya kepada orang lain. Tapi hari itu Nasruddin Hoja berhasil mengambil hati si tetangga agar mau meminjamkan sebuah pancinya.

“Ya aku mau pinjamkan panci ini, tapi dengan satu syarat,” kata si tetangga.

“Apa itu?” tanya Nasruddin Hoja.

“Saat kau mengembalikan panci ini, kau harus mengisinya dengan hasil masakanmu,” kata si tetangga.

“Ya, baiklah,” kata Nasruddin Hoja sambil menggerutu dalam hati. “Dasar bakhil”.

Keesokan harinya, Nasruddin Hoja pun mengembalikan panci itu kepada tetangga pemiliknya. Panci itu pun sudah terisi masakan yang dibuat oleh istri Nasruddin Hoja. Tak hanya itu, Nasruddin Hoja juga membawa satu buah panci yang lebih kecil.

Tentu bukan senang kepalang si tetangga yang bakhil itu. Tapi ia juga bertanya kepada Nasruddin Hoja, mengapa ia memberinya sebuah panci yang lebih kecil?

“Oooo. Itu kemarin panci milikmu beranak di rumahku. Nah, ini anak pancimu itu, aku berikan juga untukmu.”

Si tetangga bertambah girang.

Kemudian, Nasruddin Hoja kembali meminjam panci kepada si tetangganya yang bakhil itu. Si tetangga pun meminjamkannya dengan senang hati.

“Dengan syarat isi kembali panci ini dengan hasil masakanmu ya. Oh ya, semoga kali ini si panci yang kau pinjam kembali beranak. Syukur-syukur kalau kembar,” kata si tetangga.

Baca juga:  Mengenal Sufi Perempuan Mu'adzah

Sehari, dua hari, hingga seminggu lamanya, Nasruddin Hoja belum juga mengembalikan panci itu kepada si empunya. Si tetangga pun mendatangi rumah Nasruddin Hoja untuk menanyakan barang miliknya.

“Hoja, mana panciku?” tanya si tetangga pemilik panci.

“Ah, kabar duka. Celaka. Kabar duka,” kata Nasruddin Hoja dengan muka sedih.

“Apa maksudmu?” tanya si tetangga.

“Pancimu mati, meninggal dunia,” kata Hoja.

“Aku belum paham maksudmu,” kata si tetangga.

“Iya. Saat kemarin pancimu hendak beranak lagi, dia mati karena pendarahan,” timpal Hoja.

“Apa kamu gila? Mana ada panci bisa mati?” kata si tetangga mulai kesal.

“Lha Anda ini bagaimana? Minggu lalu waktu aku bilang ke Anda kalau panci ini beranak dan anaknya aku kasih ke Anda. Anda percaya saja dan menerima dengan girang. Sekarang saat saya kasih tahu Anda jika panci itu mati saat beranak (melahirkan) kedua kalinya, A da tidak percaya?” jelas Nasruddin Hoja.

Si tetangga pemilik panci yang kikir itu pun terbengong-benong. Nasruddin telah berhasil membuat hoaks dan mengenai sasaran orang yang tepat.

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top