Dosen di UNU Jakarta. Selain itu, menulis buku dan menerjemah

Kasidah Pujian Orang Morisko untuk Nabi

Pada tahun 1884, di sebuah desa di Almonacid de la Sierra, Spanyol, sebuah rumah tua dibongkar untuk dibangun ulang. Rumah itu telah berusia ratusan tahun. Para pekerja pembongkar rumah tua itu dikejutkan dengan penemuan sebundel manuskrip yang disimpan dengan cara ditimbun di sebalik dinding rumah tua itu.

Manuskrip tersebut ternyata berasal dari abad ke-17 Masehi, ditulis dalam bahasa Aljamiado, yakni bahasa orang-orang Spanyol yang masih memeluk Islam secara sembunyi-sembunyi pasca keruntuhan Kesultanan Granada pada 1492, sebuah negara Muslim terakhir di Spanyol (Andalus).

Peristiwa keruntuhan Granada pada 1492 dikenal dalam sejarah Spanyol dengan babakan puncak “reconquista”.

Pasca masa reconquista 1492, penguasa Spanyol memaksa orang-orang muslim Andalus untuk memeluk agama Kristen jika masih mau tinggal di wilayah Andalus. Jika mereka tetap menghendaki memeluk agama Islam, maka pilihannya hanya dua: enyah dari tanah Andalus, atau dibunuh. Kebijakan ini terekam dalam keputusan Dua Ratu Spanyol, yaitu Fernando II dari Aragon dan Isabella I dari Castilla, yang tertanggal pada 14 Februari 1502.

Atas keputusan tersebut, banyak di antara muslim Andalus dan keturunannya yang kemudian memilih jalan tengah: tetap tinggal di Andalus, menampakkan diri sebagai seorang Kristen, namun dalam batin kehidupan mereka yang tersembunyi tetap menjadi sebagai seorang muslim yang menjalankan ajaran agama mereka. Mereka inilah yang dalam sejarah kemudian dikenal dengan orang “Morisko” (Moriscos).

Baca juga:  Ilmuwan Muslim Cum Musisi (5): Ikhwan al-Shafa Mengatakan, Musik Itu Barang Curian dari Surga

Orang-orang Morisko ini memiliki bahasa tersendiri, yaitu bahasa Aljamiado. Bahasa Aljamiado ditulis dalam aksara Arab bercampur Latin, pun bahasa tersebut adalah campuran antara bahasa Arab dialek Andalus dengan bahasa Spanyol.

Bahasa Aljamiado adalah salah satu ikhtiar orang-orang Morisko untuk menjaga identitas mereka sebagai seorang pemeluk Islam. Beberapa literatur sastra Aljamiado (kebanyakan masih berupa manuskrip) kini banyak tersimpan di pelbagai perpustakaan dan museum Spanyol.

Pada 9 April 1609, penguasa Spanyol, Raja Philip III, mengeluarkan sebuah kebijakan baru yang menjadi salah satu penanda babakan sejarah terpenting dan terbesar bangsa Spanyol. Kebijakan dan peristiwa ini dikenal dengan Expulsión de los Moriscos atau pengusiran orang-orang Morisko secara total dari Spanyol. Kebijakan tersebut diambil, salah satu penyebabnya, pasca ditandatanganinya traktat kerjasama antara Kerajaan Maghrib (Maroko) dengan Kerajaan Belanda, yang pada saat itu sedang berperang dengan Spanyol. Belanda menganut madzhab Kristen Protestan, sementara Spanyol menganut madzhab Kristen Katolik. Dua mazhab ini sejak awal abad ke-16 hingga pada masa itu (abad ke-17) saling berseteru.

Nah, manuskrip yang dibicarakan di muka itu adalah manuskrip yang ditulis oleh seorang Morisko pasca peristiwa Expulsión de los Moriscos, yang “lolos” dari sisiran dan kejaran pihak pemerintahan Spanyol.

Baca juga:  Sejarah Tradisi Ie Bu Kanji Aceh Bulan Ramadan (01)

Manuskrip tersebut berisi memoar penulisnya (anonim) yang melaksanakan perjalanan ibadah haji secara sembunyi-sembunyi yang kemudian kembali lagi ke Spanyol dengan selamat.

Di antara petikan manuskrip tersebut adalah “madah”, ungkapan kerinduan penulisnya akan sosok Nabi Muhammad SAW yang kuburnya telah diziarahinya di Madinah. Lirik madah tersebut kemudian dimusikalisasi oleh grup musik sufi Spanyol kontemporer, Al Firdaus Ensemble, dan diberi judul “Madha Morisco” atau “Madah Kerinduan Seorang Morisko”.

Adapun petikan (hasil dari edisi) teks dari manuskrip tersebut yang dimusikalisasi oleh Al Firdaus Ensemble adalah sebagai berikut:

سنر بسته أصله شبرال (//) فينش

امر كنال (//) سكنش انشترابال (//)

شلشانه دا محمد

يا حبيبي يا محمد

والصلاة على محمد

بشاد أصله داكنسانسيه (//)

شبرا للز دالكاراناشيه (//) شللد

كن راباناشيه (//) ؟؟ السلام شبرا

محمد

Adapun transliterasi Latin dari teks Aljamiado di atas adalah sebagai berikut:

“Señyor, fes tu assalá sobr’él,

i fesnos amar con-él,

sácanos en su tropel,

jus la señya de Muḥammad.

 

Façed assalá de conçençia

sobre la luz de la creyençia

e sillaldo con revenençia

i dad a’ççalám sobre Muḥammad”.

 

(untuk transliterasi di atas, bisa dirujuk pada buku “Medieval Iberian Peninsula Texts and Studies”, suntingan James T. Monre dan diterbitkan di Leiden oleh penerbit Brill pada tahun 1979, pada halaman 111).

Baca juga:  Wali Santri Kota dan Filosofi Kiai Tamim Irsyad

Adapun terjemah bahasa Indonesia dari petikan teks kasidah berbahasa Aljamiado di atas, kurang lebih sebagai berikut:

“Tuhanku, berkatilah kami

Tumbuhkanlah rasa cinta di hati kami kepadanya (Kanjeng Nabi Muhammad)

Gabungkanlah kami bersama para pengikutnya

Agar sampai pada cahaya petunjuk Muhammad

 

Yâ habîbî yâ Muhummad (wahai kekasihku wahai Muhammad)

Wa al-Shalât ‘alâ Muhammad (salawat ke atas Nabi Muhammad)

 

Berkatilah kami dalam akal budi kami

Juga cahaya keimanan

Cap-lah kami bersama kesucian

Dan sampaikanlah salam kami kepada Muhammad”

 

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
2
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top