Siapa yang tidak mengenal Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari? Bagi akademisi, santri dan para tokoh tentunya mengetahui siapa beliau. Meskipun belum tentu semuanya mengetahui secara spesifik.
KH. M. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Sebuah ormas keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan ada yang menyebutnya se-dunia. Lalu, sebagai pemuda apalagi santri, apakah kita mengenal serta mengetahui warisan KH. M. Hasyim Asy’ari ?
Buku Menjaga Warisan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini akan menjawabnya. Buku karya cucu beliau sekaligus adik dari mendiang KH. Abdurrahman Wahid ini merupakan kumpulan tulisan artikel Dr. (HC) Ir. KH. Salahuddin Wahid. Gus Sholah, panggilan akrab beliau, adalah sosok yang cukup produktif dalam bidang tulis-menulis.
Buku ini berisi lima bab pembahasan. Bab pertama menjelaskan terkait biografi singkat Kiai Hasyim Asy’ari, berupa orang tua hingga putra-putrinya. Bab kedua, fokus mengenal kiai Hasyim Asy’ari lebih dekat lagi. Di Bab ini, kita akan diajak untuk mengetahui karya-karya, khutbah-khutbah, esensi Qonun Asasi NU kiai Hasyim Asy’ari.
Tak hanya itu, kita akan mengenal kiai Hasyim Asy’ari tidak hanya sebagai tokoh keagamaan saja, tapi akan mengenal beliau sebagai pendidik, pendidik pesantren Tebuireng, pendiri NU, hingga pemimipin umat dan bangsa.
Pada bab ketiga, lebih mengarah pada perjuangan kiai Hasyim Asy’ari ditingkat nasional. Pada bab ini kita akan berselancar menelusuri gagasan kiai Hasyim Asy’ari terkait persatuan bangsa, resolusi jihad, kajian Indonesia dan islam hingga pemikiran kiai Hasyim Asy’ari untuk berjihad melawan lima masalah terbesar Indonesia.
Sebenarnya, judul buku Menjaga Warisan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini disarikan dari salah satu artikel Gus Sholah. Sehingga, inti sari dari buku ini ada di artikel tersebut. Akan tetapi, judul-judul artikel lain sangat menggoda untuk dibaca. Gus Sholah memang sangat pandai membuat judul yang menarik pembaca. Khususnya saya pribadi.
Pada bab keempat, kita akan dibawa oleh penulis terkait nasihat, dakwah dan serta artikel bebas keagamaan kiai Hasyim Asy’ari. Disitu kita akan menemukan tulisan tentang mensyukuri nikmat Allah, keteguhan iman, khutbah Kiai Hasyim Asy’ari, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan judul-judul lainnya.
Sebuah artikel-artikel ringan dengan tema kesahari-harian. Uniknya, pada bab ini, Gus Sholah menulis artikel berjudul Keutamaan Bercocok Tanam dan Bertani. Tampaknya Gus Sholah memiliki perhatian lebih pada kesejahteraan petani dan bercocok tanam.
Anjuran memperbanyak hasil bumi dan menyeburkan tanah serta anjuran mengusahakan tanah untuk menegakkan keadilan. Saya kira, pada mulanya semua artikel ini merupakan utuh pemikiran kiai Hasyim Asy’ari. Akan tetapi, setelah membaca artikel demi artikel di dalam buku ini, tampaknya tidak semua murni pemikiran kiai Hasyim. Sebagian justru pemikiran dan refleksi dari Gus Sholah itu sendiri.
Contoh konkritnya ya pada artikel tentang keutamaan Bercocok Tanam dan Bertani. Gus Sholah tidak menulis dan menjelaskan sama sekali tentag sepak terjang kiai Hasyim Asy’ari memberdayakan para petani dan mengajak masyarakat untuk sadar bahwa kekuatan pangan bangsa ini ditopang oleh petani.
Bab terakhir adalah bab ke lima, yang lebih menjelaskan pada pesantren dan masa depan. Bab lima ini hanya terdiri daru 3 tulisan saja: Pesantren dari Zaman ke Zaman, Sumbangsih Pesantren Bagi Indonesia dan Pesantren Menjawab Tantangan Zaman.
Bagi saya pribadi, dengan judul-judul yang sangat menarik seperti di atas, seharusnya buku ini menjadi buku yang kaya-berbobot, kaya referensi dan menjadi salah satu rujukan utama dalam mengkaji sosok pendiri pesantren Tebuireng tersebut.
Tapi yang menjadi kekurangan dan sangat disayangkan bagi saya adalah ketebalan dan ukuran buku ini. Dengan ukuran buku 12 x 18 cm dengan ketebalan sebanyak 220 halaman, barangkali buku ini layak disebut buku saku. Membaca sinopsis di cover belakang, kita sebenarnya sudah mengetahui bahwa intisari dari nilai-nilai warisan Mbah Hasyim yang tersebar dalam banyak kitab maupun pidato, diringkas oleh Gus Sholah dalam lima butir nilai, yaitu ikhlas, jujur, tanggung jawab, kerja keras dan tasamuh (toleran). Akan tetapi, kajian menjabar terhadap lima butir nilai tersebut-bagi saya pribadi-masih kurang mendalam.
Memang tidak bisa dipungkiri sebuah karya dari kekurangan. Tapi kita pun juga tidak bisa menutup mata bahwa hadirnya buku ini merupakan tanda khazanah pesantren, khususnya pesantren Tebuireng. Barangkali buku ini akan menjadi pintu pembuka bagi para akademisi, santri dan para peneliti untuk mengkaji lima butir nilai warisan Mbah Hasyim lebih dalam lagi.
Judul: Menjaga Warisan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
Penulis: Dr. (HC) Ir. KH. Salahuddin Wahid
Penerbit: Pustaka Tebuireng
Cetak: Agustus, 2020
Ukuran: 12 x 18 cm
ISBN: 978-602-8805-93-3