Dalam kegiatan pengajian umum yang diadakan oleh Forum Komunikasi Santri (FKS) Jember, KH. Tsabit Abdul Hadi (Pengasuh Ponpes Nahdlatul Ulum, Jember) bercerita soal humor. Yang isinya tentunya dakwah dan ajaran agama Islam.
Beliau mengungkapkan bahwa, selain “corona”, penyakit yang ada pada diri kita namun tidak kita sadari adalah penyakit “corokna” (sebuah istilah plesetan dalam bahasa Madura, red). Penyakit ini adalah istilah bagi orang yang tidak mau atau sulit dinasihati. Kalau diarahkan malah balik ceramah.
Kiai Tsabit Abdul Hadi menceritakan kisah yang berasal dari guru saya, Alm. KH. Moh. Romzi Al-Amiri Mannan terkait orang-orang yang mengidap penyakit “corokna”. Istilah Maduranya, “Ebhelein Malaen”, artinya dikasih tahu malah balik ngasih tahu.
Kisahnya begini: ada Fulan yang mandi di sungai. Ketika setelah wudhu dan hendak mengambil pakaian, kebetulan dilihat oleh salah seorang. Ketika hendak mengambil pakaian itu, Fulan malah menyentuh kemaluannya. Ia langsung berpakaian dan tidak mengambil wudhu lagi.
Ketika ditanya oleh salah seorang tersebut, yang kebetulan melihat Fulan, apakah ia hendak melaksanakan sholat atau tidak, Fulan menjawab “iya”.
Orang tersebut bertanya balik, “kok tidak wudhu lagi cak? menyentuh kemaluan itu membatalkan wudhu lho”.
Eh, si Fulan malah menjawab begini, “sampean ini cak cak. Jangankan menyentuh kemaluan, membawa kemaluan ketika sholat itu tidak apa-apa.”
Sontak jamaah langsung tertawa. Hahaha. Secara nalar memang masuk akal. Orang sholat tentu kemaluannya tetap berada di tempat. Tapi secara fikih, orang yang menyentuh kemaluan itu membatalkan wudhu. Kalau tidak wudhu lagi, lalu sholat, sholatnya tentu tidak sah.
Begitulah orang yang tidak bisa dinasehati. Dikasih tahu malah balik ceramah. Kita semua perlu banyak belajar memang.