Setelah kelompok militan Taliban berhasil menduduki ibu kota Afghanistan, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam PBNU) menggelar diskusi publik secara daring pada hari Kamis (19/8) dengan mengangkat tema “Kemenangan Taliban di Afghanistan dan Implikadinya”.
Salah satu narasumber acara tersebut adalah Zacky Khairul Umam seorang pemerhati dunia Islam dan mahasiswa program doktoral di Freie University Berlin Jerman. Dalam pemaparan materinya ia mengatakan masa depan Afghanistan di bawah Taliban belum begitu terlihat secara jelas. Namun setidaknya perlu membaca dua hal yang menjadi kemungkinan dimasa mendatang.
Dua hal tersebut adalah deterministik artinya nasib warga Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban akan sama dengan masa kepemimpinan Taliban pada tahun 1990-an. Melihat identitas sebuah bangsa dapat ditelusuri melalui analisis keadaan beberapa tahun kebelakang. Taliban yang dulu cenderung keras dalam hukum dan ekstrim dalam beragama. Menurut Zacky konsep ini dapat dianalisis melalui gaya setiap kelompok yang selalu menanamkan ideologi untuk regenerasi.
Selain itu dapat dianalisis melalui teori politik kekuasaan yang digunakan oleh kelompok Taliban. Ada dua pola transisi dalam kekuasaan pertama trans-placement dan kedua replacement. Sedangkan peralihan kekuasaan Afghanistan kemarin menggunakan pendekatan pola yang kedua. Artinya pemerintahan Afghanistan sekarang benar-benar baru dengan menghilangkan aktor-aktor pemerintahan sebelumnya. Pada akhirnya semangat moderat dalam sebuah negara akan terbilang sulit.
Namun pada hari Rabu kemarin (18/8) Zabihullah Mujahid Juru bicara Taliban secara tegas menyatakan dalam konferensi pers pertama kali di kota Kabul, bahwa Taliban berjanji akan menampilkan wajah moderat di mata dunia. Mereka akan membentuk negara yang inklusif dan membolehkan perempuan untuk aktif di ruang publik. Berangkat dari semangat ini kemudian Zacky membagikan pandangan kedua yaitu penerapan konsep pemrintahan yang dinamis. Menurutnya, pemerintahan Taliban sekarang bisa jadi berubah dengan menerapkan konsep moderat.
Dalam pandangan kedua ini muncul sikap optimis, karena ada banyak perubahan yang bisa kita lihat bahwa Afghanistan perlu dianggap sebagai wilayah yang aktor-aktornya memiliki agensi yang punya kecenderungan untuk berkepentingan secara dinamis.
Berbicara soal pemerintahan Taliban yang dinamis, ada beberapa faktor yang memungkinkan dinamis pertama kemungkinan untuk berubah bagi Taliban sangat besar setelah menyimak pernyajaan janji-janjinya. Kedua Taliban yang berkuasa sekarang adalah adalah generasi muda yang sangat militan mereka menguasai beberapa bahasa asing dan memahami geo politik dengan baik. Mereka adalah generasi muda yang muncul sejak runtuhnya Taliban dulu pada tahun 2000-an awal.
Menimbang Janji Moderat Taliban
Membahas soal kekuatan kelompok militan Taliban sangat menarik sekali. kelompok Taliban adalah bagian yang sangat ekstrim dari madzhab Hanafi lebih spesifiknya berasal dari gerakan deobandi Islam di India Utara. Mereka memiliki kekuatan yang efektif sehingga dapat mengumpulkan banyak massa dengan cepat dan berhasil mempengaruhi politik secara luas sehingga dalam waktu singkat sekitar 4 atau 5 tahun mereka berhasil mendapatkan kemenangan pada tahun 1996.
Namun disamping itu kemenangan Taliban di tahun 1996 tidak hanya karena kekuatan kelompoknya saja melainkan juga karena lemahnya pihak lawan. Misalnya disebutkan dua alasan pertama karena maraknya korupsi di Afghanistan dan banyaknya faksional yang saling sikut sehingga sangat menguntungkan bagi kelompok Taliban dalam merebut peluang ini.
Kembalinya Taliban dalam kekuasaan Afghanistan memunculkan banyak perdebatan yang serius. Terutama setelah pimpinan Taliban menyampaikan beberapa janji saat konferensi pers di kota Kabul. Salah satu janjinya adalah membuat pemerintahan yang moderat, dan membebaskan semua warganya untuk berekpresi, khususnya bagi kaum perempuan diperbolehkan untuk tidak memakai burka dan diperbolehkan sekolah.
Sepintas janji ini adalah langkah yang sangat baik untuk pondasi dari sebuah negara, namun beberapa pengamat politik Timur Tengah menilai janji Taliban ini sebagai batu lonjatan ditataran elite saja untuk bernegosiasi dengan dunia internasional. Sedangkan penerapan terhadap warganya tetap menyesuaikan ideologi dan doktrin Taliban.
Faktor utama yang sangat mengganjal adalah proses pengambilalihan kekuasaan Taliban melalui perang, sehingga akan sangat sulit untuk mengharapkan merka mampu merangkul fraksi-fraksi lain yang jelas bersebrangan dengan ideologi Taliban. Oleh sebab itu, berharap Afghanistan menjadi negara moderat sangatlah sulit.
Peran Indonesia
Berbicara menganai perdamaian dunia Indonesia adalah salah satu negara muslim terbesar di dunia, dengan demikian ia sangat perlu berbagi peran untuk meredam konflik islamisme di Afghanistan. Dalam istilah lain Indonesia harus siap untuk jihad kemanusiaan dengan melebarkan sayap ke dunia internasional. Meskipun secara implisit Indonesia memiliki peluang yang sangat besar dalam mengawal perdamaian dunia. Namun baru sebagian kecil yang kontinyu menyambung hubungan dengan Afghanistan. misalnya Nahdlatul Ulama yang sudah lama mengawal perdamaian di sana melalui cabang istimewanya.
Peran Indonesia secara konkrit ini akan lebih baiknya terus berjalan sampai kapanpun dan apapun yang terjadi. Selain NU, juga diharapkan ormas besar lainya ikut berkontribusi dalam menyikapi persoalan kemanusiaan ini. Se-minimal mungkin Indonesia masih berkontribusi dalam pembangunan manusia yang ada di sana yang pada intinya adalah aliansi perdamaian dan kemanusiaan.
Kejadian politik kekuasaan di Afghanistan ini tidak boleh disebut dengan narasi zombie seperti yang disebutkan oleh salah satu profesor ternama dari Stanford University yang mengaggap bahwa Afghanistan ini tidak bisa berubah artinya ekstrim seperti ideologinya. Melainkan sedikit mungkin kita perlu optimis dan membuat aliansi perubahan untuk masa depan dunia yang damai.