Dalam beberapa tahun terakhir, musik pop telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan generasi muda, termasuk Gen Z dan milenial. Musik ini bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga menjadi media ekspresi emosi, identitas, dan pencarian makna hidup bagi mereka yang hidup di tengah era digital yang serba cepat. Salah satu karya yang memiliki pengaruh mendalam adalah lagu “Gala Bunga Matahari” karya Sal Priadi, yang liriknya menyentuh berbagai aspek emosional dan spiritual yang relevan dengan kondisi psikologis anak muda masa kini. (Nabila et al., 2024)
Pengaruh musik pop, seperti karya Sal Priadi, kerap membawa nuansa introspektif dan reflektif yang sejalan dengan pengalaman batin para pendengarnya. Di sinilah musik pop berperan tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bentuk dukungan emosional dan bahkan spiritual, di mana nilai-nilai seperti kesabaran, keikhlasan, dan pencarian kedamaian batin yang dekat dengan ajaran sufistik dalam Islam dapat ditemukan dan dihayati.
Dalam lagu ini, elemen-elemen emosional dan pencarian makna yang mendalam ini menjadi cerminan kegelisahan serta kerinduan akan ketenangan yang dirasakan banyak generasi muda saat ini. Melalui perkembangan musik pop yang sarat dengan lirik penuh makna, generasi muda menemukan ruang untuk merenungi hidup mereka, sekaligus memperoleh kekuatan batin di tengah kompleksitas dunia modern.
Dalam sesi lain, Suzanne Langer mengenai seni dalam hal ini adalah musik, dapat dipahami sebagai penciptaan bentuk-bentuk ekspresif yang bertujuan untuk merepresentasikan perasaan dan emosi manusia. Menurut Langer, seni bukan hanya sekadar produk estetika, tetapi juga simbolisasi yang menggambarkan pengalaman batin, perasaan, dan gagasan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Dengan kata lain, seni berfungsi sebagai medium untuk menyalurkan dan menyampaikan perasaan manusia yang mendalam melalui berbagai bentuk ekspresi, seperti lukisan, musik, dan seni pertunjukan. (Salenussa et al., 2023)
Mengenai musik “Gala Bunga Matahari” bagi Gen Z sering kali menjadi jawaban dalam menghadapi kecemasan yang dipicu oleh tekanan sosial, ketidakpastian masa depan, dan harapan yang tinggi terhadap diri sendiri. Di tengah dunia yang penuh distraksi, seperti media sosial dan standar yang tidak realistis, mereka sering merasa kesulitan untuk menemukan kedamaian batin. Salah satu cara yang bisa membantu mengatasi kecemasan ini adalah dengan mendengarkan lagu-lagu atau musik yang membangun kembali mental yang memiliki semangat kepasrahan dan keikhlasan.
Gala Bunga Matahari dan Nilai Sufistik
“Gala Bunga Matahari”, lagu yang diciptakan oleh Sal Priadi, membawa lirik-lirik dengan makna yang sangat mendalam. Dalam liriknya, Sal Priadi menggambarkan perasaan rindu dan kehilangan yang begitu dalam ketika seseorang yang dicintainya telah tiada. Meskipun rasa rindu itu tak mungkin terjawab, ia berusaha untuk menerima dan berserah pada semua yang telah ditetapkan.
Dalam lirik selanjutnya, ia tampak ingin menunjukkan bahwa ia terus menjalani hidup dengan lebih baik, sesuai dengan harapan dari orang yang dicintainya. Berikut penggalan lirik lagunya:
“Bagaimana hidupku tanpamu
Kangennya masih ada disetiap waktu
Kadang aku menangis bila aku perlu
Tapi aku sekarang sudah lebih lucu
Jadilah menyenangkan seperti katamu
Jalani hidup dengan penuh suka cita
Dan percaya kau ada dihatiku selamanya”
Menghayati lirik lagu tersebut sepertinya ada nilai-nilai diadopsi dari konsep sufistik seperti tawakkal (berserah diri) dan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa). Seperti yang tercermin dalam lagu “Gala Bunga Matahari” karya Sal Priadi, yang mengajak pendengarnya merenungi pencarian makna dan ketenangan, musik pop ini mungkin cukup relate dengan generasi muda dan siapa saja yang ditinggal orang terkasihnya bisa kekasih, kerabat, pertemanan atau orang tua.
Sal Priadi mencoba mengajak kita terutama Gen Z dan milenial untuk merenungkan hidup dan menyadari bahwa tidak semua hal bisa dikendalikan. Dengan sikap tawakkal, mereka dapat melepaskan kecemasan yang berlebihan dan mempercayakan hasil dari setiap usaha kepada Allah swt.
Selain itu, ada prinsip dzikir, dalam sufisme dzikir mengajarkan pentingnya mengingat Allah sebagai cara untuk menemukan ketenangan batin. Lagu “Gala Bunga Matahari”, dengan liriknya yang penuh dengan pencarian dan kerinduan, bisa menjadi pengingat bagi Gen Z untuk lebih introspektif dan mindful.
Dzikir, yang pada dasarnya adalah bentuk pengingat kepada Allah (tidak hanya membaca wirid), dapat diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari, membantu mereka menenangkan pikiran yang cemas dan merasa lebih terhubung dengan diri mereka yang sejati. Dengan meluangkan waktu untuk merenung dan berdzikir, mereka bisa menemukan kedamaian yang mungkin sulit ditemukan dalam kesibukan dunia modern.
Sementara itu, musik juga dapat menjadi cara untuk mengekspresikan emosi dan melepaskan tekanan yang ada. Banyak generasi muda yang merasa lebih terhubung dengan perasaan mereka melalui musik, yang seperti halnya puisi dalam sufisme, dapat menjadi sarana untuk menyampaikan perasaan terdalam.
Dalam lagu “Gala Bunga Matahari”, Sal Priadi menyampaikan perasaan tentang harapan, kerinduan, dan pencarian, yang sangat relevan dengan pengalaman banyak orang muda. Dengan mengekspresikan emosi mereka melalui seni, baik itu musik, lukisan, atau tulisan, Gen Z dapat menemukan cara untuk meredakan kecemasan dan kebingungan, serta mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri, sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran sufistik.