Sedang Membaca
Untuk Apa Kita Berdebat?

Untuk Apa Kita Berdebat?

Imam asy-Syafi'i: Tak Usah Berdebat yang Tak Penting

Tiap kita berdiskusi atau berdebat kita memiliki dua kepentingan. Kepentingan pertama bersifat pribadi, yakni keinginan agar lawan diskusi taslim atas pendapat kita.

Untuk kepentingan prinadi ini seringkali kita “ngotot” dan melakukan penyerangan-penyerangan tertentu. Kita ingin diri kita tampak lebih pintar dan pendapat kita kelihatan lebih canggih serta lebih islami.

Kepentingan kedua bersifat sosial, yakni keinginan kita agar kawan diskusi tetap menjadi seorang sahabat dan berukhuwah islamiyah.

Sayangnya, dalam diskusi, baik untuk kepentingangan pribadi ataupun kepentingan sosial, sering kali kita kehilangan kearifan dan kelembutan dalam bertutur kata.

Idealnya kita mampu memperoleh keduanya: pendapat kita bisa diterima oleh kawan diskusi dan kita tetap bisa bersahabat dengannya. Akan tetapi keberhasilan seperti ini sering kali sulit diraih.

Ada kalanya kita hanya mampu meraih yang pertama, yakni dia bisa menerima pendapat kita akan tetapi persahabatan dan ukhuwah tercabik-cabik karena diskusi yang meninggalkan sejumlah luka.

Ada kalanya pula kita memang tidak mampu menjadikan dia taslim atas pendapat kita, akan tetapi ukhuwah dan persahabatan tetap terjalin dengan baik.

Menurut hemat saya, terutama akhir-akhir ini, yang ketiga ini lebih baik daripada yang kedua. Umat Islam lebih membutuhkan ukhuwah ketimbang kepentingan pribadi yang bernafsu agar semua umat seperti diri kita.

Baca juga:  Idul Fitri dan Apresiasi Liyan

Yang lebih buruk adalah dengan berlangsungnya diskusi dan debat-debat di medsos kita justru kehilangan keduanya. Kawan diskusi tidak lagi menjadi seorang kawan dan dia sama sekali tidak taslim dengan pendapat kita.

Tiap tahun kita berdiskusi soal menjaga gereja dan mengucapkan selamat natal. Apakan diskusi tahunan ini berakhir dengan hasil yang pertama, kedua, ketiga, atau keempat? Saya khawatir hasil keempatlah yang dominan. Yang rugi tentu umat Islam itu sendiri. Akibatnya, betapa sulitnya satu kelompok bertemu dengan kelompok lainnya.

Ayat 14 dari Surat Al-Hasyr turun untuk menjelaskan orang-orang Yahudi. (Jalalayn)

تحسبهم جميعا وقلوبهم شتى ذلك بأنهم قوم لا يعقلون

“Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.”

Kalau ayat ini turun kembali mungkin paling pas adalah untuk menjelaskan umat Islam. Wallaahu A’lam

Penginapan PBNU, Jakarta, 27 Desember 2017

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
2
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top