“Saya gak apal salawatannya.” Begitu bisik orang di sebelahku di acara mauludan itu, saat hadirin bersama-sama menyanyikan salawat untuk Rasulullah.
“Gak apa-apa. Gak semua hadirin apal kok. Lihat polisi dan tentara itu, kan cuma mantuk-mantuk karena gak apal.” Aku menjawab sambil menjunjuk dengan daguku ke arah dua orang perwira menengah di seberang ruangan.
“Oh iya.”
“Lagian santai saja. Rasulullah sendiri tidak familiar kok dengan syair ini.”
Orang di sebelahku senyum ditahan. Kami berhenti ngobrol dan aku lanjut salawatan bersama hadirin. Dia lanjut mantuk-mantuk seperti polisi dan tentara itu.
Tapi pikiranku sudah pindah fokus gara-gara ucapaanku bahwa Rasulullah sendiri tidak familiar dengan syair ini.
Aku malah lanjut merenung sambil rengeng-rengeng salawatan.
Betapa banyak hal dalam pelembagaan agama yang para pendirinya pasti tidak familiar. Kebanyakan ritual, liturgi, struktur, hierarkhi, pembilahan dan pernak-pernik keagamaan adalah produk “after the prophet.”
Pembilahan Barat dan Timur di agama Kristen (a.k.a. “the grand schism”) itu sama sekali bukan perintah Jesus. Perpecahan lanjutan berupa Protestan dan Katholik di cabang Barat, apalagi. Struktur kepausan dalam agama Katholik juga bukan. Andai Jesus bangkit sekarang, dan tiba di Vatican saat pemilihan Paus, Dia pasti akan diusir saat berusaha masuk ke Sistine Chapel, sebab wajahnya beda dari yang digambarkan oleh hasil hayalan orang Eropa itu. Mungkin Swiss Guard akan menangkapNya.
Dalam Islam, pembilahan Sunni dan Syiah juga bukan dibuat oleh Nabi Muhammad. Imperium demi imperium yang terbentuk setelah para khulafaurrasyidin juga tak didesain oleh dia, meski kini sebagian orang meromantisir itu sebagai konsep khilafah yang disakralkan. Kemewahan di istana para khalifah pasti akan sangat asing dalam pandangan Nabi yang tajir-melintir namun zuhud itu. Kalau Nabi Muhammad bangkit hari ini dan jalan-jalan ke Masjidil Haram, dia pasti heran melihat masjid megah itu. Dan Ka’bah? Bukan seperti itu yang dia lihat terakhir kali. Atau kalau dia tiba-tiba hadir di sebuah acara Bahtsul Masail, misalnya, Nabi Muhammad mungkin kalah debat dengan para kiai lulusan Al Azhar yang bacaannya segudang itu.
Jadi karena semua ini cuma fenomena yang bahkan tidak familiar bagi para pendiri agama, maka santai-santai sajalah dalam beragama. Jangan serius berlebihan.
Serius lho ini.
Bro, artikelnya gua share ya.
Gua kristen.
Kalo gak percaya, bisa search nama gua.
Semua artikel mengenai kristen, postingannya berbobot, tidak menyinggung kristen dan tidak mencederai dari sudut pandangan islam.
https://alif.id/, site ini udah direkomdendasikan udah lama sama teman muslim gue yang tadinya gua aman dia suka cekcok di kolom komentar bahas soal agama, sekarang malah jadi temenan,haha
Ini artikel terakhir yang gua baca dari hasil searching “kristen”.
Dan itu menyadarkan, dalam konteks kalangan umum, agama itu jangan serius berlebihan biar bisa diterima semua kalangan.
Serius lho ini
Mantaplah