Saya punya satu cerita yang saya dengar langsung dari abah saya, Ustaz H. Husni Nurin. Abah saya tidak sengaja bertemu Gus Dur secara kebetulan. Ceritanya, pada suatu hari di sebuah bandara di Samarinda, Kalimantan Timur, oleh salah satu sahabatnya, Ustaz Husni Nurin dipertemukan dengan Gus Dur. Dalam obroralan ringan Gus Dur bertanya, “Ada kegiatan apa datang ke Samarinda?”
“Ceramah, Gus. Tidak tahu, buat apa jauh-jauh undang saya ya, padahal di Samarinda banyak ulama juga,” sahut abah.
Lantas Gus Dur menanggapi, “Wah, ya tidak mengapa. Terima saja. Insya Allah, nanti Anda juga akan mengisi ceramah di Jakarta. Lebih jauh lagi.”
Barangkali, apa yang diutarakan Gus Dur tersebut awalnya tidak begitu diindahkan oleh Ustaz Husni. Dia mengerti betul, dirinya hanya mubalig biasa yang sering memberikan ceramah di seputaran kota Banjarmasin, dan hanya sesekali mendapat undangan ke luar daerah.
Namun tentu berbeda dalam terawangan Gus Dur saat itu, dan setelah hampir beberapa tahun kemudian dan Gus Dur pun telah wafat, apa yang dikatakan Gus Dur itu benar-benar terjadi. Di tahun 2013, Ustaz Husni dari Banjarmasin itu, yang biasanya cermah di daerah, tiba-tiba mendapat undangan untuk memberikan tausiah di Jakarta.