Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”
Isa mengakhiri perkataanya dengan doa, “Keselamatan dan kesejahteraan semoga selalu dilimpahkan kepadaku. Semoga aku terhindar pula dari aib dan kekurangan, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali di Padang Mahsyar.”
Selanjutnya Isa berdoa, Semoga kesejahteraan dan keselamatan dilimpahkan kepadanya pada tiga peristiwa yaitu pada hari ia dilahirkan, pada hari ia wafat dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali pada hari Kiamat. Maka tidak ada seorang pun yang dapat memberi mudarat kepadanya dalam tiga peristiwa ini yang merupakan peristiwa-peristiwa paling sulit dan kritis bagi setiap hamba Allah yang hidup di dunia. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengingkari bahwa Isa a.s. pernah berbicara ketika masih bayi dan masih dalam gendongan. Mereka mengemukakan bahwa seandainya hal ini betul-betul terjadi tentu beritanya tersebar luas di kalangan masyarakat ramai, karena peristiwa itu merupakan hal yang sangat aneh dan sangat menarik perhatian. Mereka telah mengadakan penyelidikan ke mana-mana dan tidak menjumpai keterangan itu dalam kitab-kitabnya. Bagi kaum Muslimin peristiwa ini tetap menjadi suatu keyakinan karena tersebut di dalam Al-Qur'an yang pasti kebenarannya karena seandainya Isa a.s., tidak berbicara waktu kecilnya dan membersihkan ibunya dari segala tuduhan yang kotor tentu orang Yahudi akan melaksanakan hukuman rajam kepada Maryam, besar kemungkinan bahwa yang menyaksikan ucapan bayi itu beberapa orang saja yang jumlahnya terbatas sehingga tidak sampai tersebar luas di kalangan mereka.
Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan.
Demikianlah proses kelahiran Isa dan tanggapannya atas keraguan Bani Israil. Pada ayat ini, Allah lalu menerangkan kedudukannya sebagai hamba Allah.;Itulah;sifat dan ucapan;Isa putra Maryam;yang mengungkap semuanya dengan;perkataan yang benar.;Namun demikian, kaum Yahudi itu tetap tidak memercayainya karena menganggapnya sebagai hal yang tidak wajar dan merupakan bukti;yang mereka ragukan kebenarannya, kendati semuanya merupakan fakta yang sangat nyata.
Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Isa adalah seorang hamba Allah yang akan menjadi nabi dan akan diturunkan kepadanya Al-Kitab, yang mempunyai sifat-sifat dan akhlak yang mulia bukan sebagaimana yang dituduhkan oleh kaumnya, bukan anak zina dan bukan pula anak Allah sebagaimana yang diucapkan dan dipercayai oleh kaumnya di belakang hari. Apa yang diucapkannya sewaktu ia masih bayi dalam gendongan itulah ucapan yang benar dan tak dapat diragukan lagi meskipun kaumnya masih meragukan ucapan-ucapan itu dan menuduhnya sebagai tukang sihir. Dia bukan tukang sihir sebagaimana dikatakan orang Yahudi, bukan putra Allah sebagaimana didakwahkan oleh kaum Nasrani dan bukan pula Tuhan sebagaimana dikatakan golongan yang lain. Dia adalah hamba Allah yang akan diangkat menjadi nabi dan rasul.
Kāf Hā Yā ‘Ain Ṣād.
Bila Surah al-Kahf ditutup dengan penegasan tentang luasnya ilmu Allah dan perintah untuk berbuat kebajikan dan bertauhid dalam ibadah kepada-Nya, maka Surah Maryam mengingatkan kembali manusia tentang ilmu Allah lainnya yang terkandung dalam berbagai ayat Al-Qur’an, seperti Kàf Hà Yà ‘Ain Sàd. Makna sesungguhnya dari ayat ini hanya diketahui oleh Allah. Tujuannya adalah menggugah perhatian manusia tentang Al-Qur’an yang penuh hikmah dan tuntunan.
Telah diterangkan dalam tafsir permulaan Surah al-Baqarah bahwa permulaan Surah-surah yang dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah seperti Alif Lam Mim, Kaf Ha Ya 'Ain shad dan sebagainya termasuk ayat "Mutasyabihat" yang arti sesungguhnya hanya diketahui oleh Allah tujuannya agar jadi peringatan dan menambah perhatian tentang Al-Qur'an yang banyak mengandung hikmah dan rahasia yang mendalam.
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria,
Wahai Nabi Muhammad, apa yang dibacakan kepadamu ini adalah;penjelasan tentang rahmat Tuhanmu;Yang Maha Pengasih;kepada hamba-Nya, Zakaria, insan pilihan yang saleh dan taat beribadah.
Yang dibaca ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu yang dilimpahkan kepada seorang hamba-Nya yang sudah tua, yaitu Nabi Zakaria a.s. ketika beliau berdoa supaya diberi seorang anak yang saleh. Nabi Zakaria berasal dari keturunan Bani Israil yang menjadi nabi setelah Nabi Yunus untuk memimpin kaumnya.
(yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lirih.
Yaitu rahmat Tuhanmu kepadanya ketika dia berdoa dengan khusyuk kepada Tuhannya dan mengajukan permohonan yang disampaikannya dengan suara yang lembut dan penuh pengharapan.
Yaitu tatkala beliau berdoa dengan suara lembut lagi menyendiri dalam mihrabnya, supaya diberi keturunan yang akan melanjutkan tugas kerasulan. Doanya itu sengaja diucapkan dengan suara yang lembut dan dalam keadaan sunyi, supaya terasa lebih ikhlas dan terkabul. Kemudian Al-Qur'an menyebutkan bagaimana bunyi doanya itu. Berdoa memang diperintahkan Allah kepada kita semua dengan tawadhu, yaitu rendah hati serta dengan suara yang lembut, tidak menjerit-jerit, seperti disebutkan dalam firman Allah: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (al-A'raf/7: 55)
Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku.
Dengan santun dan suara yang lembut;dia berkata, “Ya Tuhanku;Yang Maha Pengasih dan Maha Pemelihara,;sungguh;kini;tulang;belulangku telah;menjadi;lemah;sehingga aku sering merasa letih,;dan;rambut;kepalaku telah;memutih seperti perak karena;dipenuhi uban, pertanda bahwa aku telah berusia senja. Namun, aku tidak pernah putus asa;dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. Engkau adalah Zat yang tidak pernah mengecewakan siapa pun.
Nabi Zakaria dalam doanya antara lain mengemukakan, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memohon terkabulnya doaku ini, karena beberapa sebab yang aku yakini akan membuka rahmat karunia-Mu. Pertama, aku telah mencapai usia yang sangat tua yaitu hampir sembilan puluh tahun, di mana aku sudah merasa tulang-tulangku sudah lemah, dan kelemahan kerangka badan itu mengakibatkan pula kelemahan yang menyeluruh dalam seluruh tubuhku, dan seorang yang sudah tua seperti aku ini, sangat pantas untuk disayangi dan dikasihani. Kedua, di kepalaku sudah penuh dengan uban, sehingga siapapun yang memandang kepadaku pasti menaruh belas kasihan dan tergerak hatinya untuk memenuhi permohonanku. Ketiga, aku selama ini belum pernah dikecewakan dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhan, sejak aku masih muda, apalagi sekarang di mana kelemahanku telah nampak secara keseluruhan." Nabi Zakaria sendiri mengetahui bahwa jika doanya dikabulkan, akan membawa banyak perbaikan dalam bidang agama dan kemasyarakatan. Karena itu beliau melanjutkan doanya seperti disebutkan pada ayat berikut ini.
Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.
Dan sungguh, di masa tuaku ini aku selalu merasa khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku kelak bila Engkau memanggilku, padahal istriku seorang yang mandul sejak masa mudanya, maka anugerahilah aku dengan rahmat dan kasih sayang-Mu seorang anak dari sisi-Mu yang akan melanjutkan keturunanku dan menggantikanku menyebarkan hukum dan ajaran-Mu.
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap orang-orang yang akan mengendalikan dan memimpin umatku, karena tidak ada seorang pun yang dapat dipercaya di antara mereka itu, oleh sebab itu aku mohon dianugerahi seorang anak. Walaupun istriku mandul dan aku sendiri telah sangat tua, tetapi hal ini tidak menyebabkan aku berputus asa, karena percaya atas kebijaksanaan dan kekuasaan Allah Yang Mahaagung. Berputus asa memang dilarang oleh Allah, seperti pada beberapa firman-Nya, yaitu: "¦dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir." (Yusuf/12: 87) Dan firman Allah: "Dia (Ibrahim) berkata, "Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang yang sesat." (al-hijr/15: 56)
(Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.”
Ya Tuhanku, aku berharap anak itu kelak menjadi penerusku;yang akan mewarisi aku;dalam tugas-tugasku sebagai penyeru umat;dan mewarisi dari keluarga Yakub;yang melanjutkan tradisi dan agama Nabi Ibrahim. Kabulkanlah doaku;dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang;selalu;diridai;dan dirahmati.”
Ayat ini menyebutkan isi doa Nabi Zakariya, Ya Tuhan, berikanlah kepadaku keturunan yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Yakub dan jadikanlah ia seorang yang patut lagi taat dan diridai oleh-Mu, karena mempunyai akhlak dan budi yang luhur lagi mulia, dapat dijadikan suri tauladan oleh sekalian pengikutnya. Doa memohon keturunan yang saleh dan kelak menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa memang diperintahkan Allah, seperti pada firman-Nya: Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (al-Furqan/25 :74)
(Allah berfirman,) “Wahai Zakaria, Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki yang bernama Yahya yang nama itu tidak pernah Kami berikan sebelumnya.”
Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria. Allah berfirman, “Wahai Zakaria, Kami memperkenankan doamu. Melalui perantaraan Jibril, Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan menganugerahimu seorang anak laki-laki yang namanya Yahya. Nama ini merupakan sebutan yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya kepada siapa pun.”
Dalam ayat ini Allah memberitahukan tentang dikabulkannya doa Zakaria a.s. dan pemberian nama putranya langsung dari Allah sendiri. Allah berfirman kepada Zakaria, bahwa sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepadanya, bahwa permohonannya untuk dianugerahi seorang putra akan terkabul, dan telah disiapkan pula supaya anaknya itu jika lahir diberi nama Yahya dan nama itu belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelum dia.
Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana (mungkin) aku akan mempunyai anak, sedangkan istriku seorang yang mandul dan sungguh aku sudah mencapai usia yang sangat tua?”
Mendengar berita gembira itu Nabi Zakaria heran dan bertanya pada diri sendiri tentang kemungkinannya.;Dia berkata, “Ya Tuhanku;Yang Maha Pemurah,;bagaimana;mungkin;aku akan;bisa;mempunyai anak;seperti yang Engkau beritakan,;padahal istriku;sejak masa mudanya dahulu adalah;seorang yang mandul dan aku;sendiri;sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua;yang pada lazimnya tidak mungkin memperoleh anak lagi?”
Nabi Zakaria a.s. setelah diberitahu akan mempunyai seorang putra bertanya kepada Allah. Pertanyaan itu timbul bukan karena keragu-raguan tentang kekuasaan Allah, akan tetapi untuk mendapat penjelasan tentang caranya, karena beliau merasa sudah tidak mampu lagi untuk memiliki putra, dan istrinya mandul. Apakah beliau akan dijadikan seperti seorang pemuda lagi dengan kekuatan fisik yang cukup, atau istrinya akan dikembalikan menjadi seorang perempuan muda yang dapat melahirkan seorang anak, ataukah beliau harus kawin lagi dengan seorang perempuan lain yang tidak mandul? Karena Zakaria sangat gembira dengan berita akan mendapat seorang anak itu, dan beliau penuh dengan rasa keheranan tentang cara-cara pelaksanaannya, maka beliau tidak dapat menahan diri untuk menanyakan hal itu kepada Tuhannya. Maka dijawab dengan firman Allah pada ayat berikut ini: