Orang yang beriman itu berkata, “Wahai kaumku, ikutilah aku! Aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
Dan orang yang beriman yang menyembunyikan keimanan di hadapan Fir’aun itu berkata, “Wahai kaumku! Ikutilah aku dengan sungguh-sungguh, niscaya aku nanti akan menunjukkan kepada kalian jalan yang benar yang diridai Allah.
Sekalipun kaum Fir'aun menentangnya, namun orang yang beriman kepada Musa itu tetap menyeru kaumnya agar mengikuti Nabi Musa. Ia berkata, "Wahai kaumku, jika kamu mengikuti seruanku dan kamu memercayai apa yang telah aku sampaikan, berarti kamu mengikuti jalan yang lurus yang menuju kepada kebahagiaan hidup abadi di akhirat nanti dan berarti pula kamu telah memeluk agama Allah yang disampaikan oleh Musa. Ayat ini memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman agar selalu menyampaikan agama Allah kepada manusia dan mengajak mereka ke jalan yang lurus dengan cara yang baik, sekalipun orang-orang kafir mengingkarinya. Hal ini termasuk salah satu tugas yang dipikulkan Allah kepada setiap orang yang beriman. Mereka hendaklah tabah dan sabar melakukan dakwah itu seperti yang telah dilakukan oleh orang yang beriman yang mengikuti seruan Musa.
Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia yang fana ini hanyalah kesenangan sementara yang mudah didapat dan mudah pula lenyap, dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang tidak akan pernah lenyap dan kekal selama-lamanya.”
Pada ayat ini diterangkan bahwa orang yang beriman kepada Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang fana, di mana kesenangan serta kebahagiaan yang diperoleh di dalamnya adalah kesenangan dan kebahagiaan yang tidak sempurna serta tidak kekal. Adapun kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal, kesenangan dan kebahagiaan yang diperoleh adalah kesenangan dan kebahagiaan yang sempurna. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali kamu mengingkari Allah dalam kehidupan dunia ini agar kamu terhindar dari siksa-Nya di akhirat nanti."
Ḥā Mīm.
Hà Mìm, hanya Allah yang mengetahui maksudnya.
Penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiyah pada awal beberapa surah dalam Al-Qur'an seperti pada awal surah ini, telah diuraikan dengan panjang lebar pada awal Surah al-Baqarah. (Lihat "Al-Qur'an dan Tafsirnya" Jilid I)
Diturunkannya Kitab (Al-Qur’an) ini dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
Di ayat-ayat terakhir Surah az-Zumar, Al-Qur’an menggambarkan bagaimana perlakuan yang ditetapkan oleh Allah terhadap orang-orang kafir dan orang-orang mukmin. Salah satu penyebab dari terjadinya dua bentuk perlakukan tersebut adalah sikap mereka terhadap Al-Qur’an. Oleh sebab itu, ayat-ayat berikut di awal surah ini menegaskan kembali kebenaran Al-Qur’an itu. Kitab ini yakni Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, benar-benar dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Kitab Suci Al-Qur'an yang merupakan kitab suci bagi Nabi Muhammad dan umatnya wajib diamalkan isi dan petunjuknya. Ia merupakan kitab suci terakhir yang membenarkan kitab-kitab suci yang sebelumnya, dan benar-benar diturunkan dari Allah, Tuhan sekalian alam, Tuhan Yang Mahaperkasa, tak ada satu makhluk pun yang dapat mengalahkan-Nya, Tuhan Yang Maha Mengetahui, tiada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah bagaimanapun kecil dan halusnya. Firman Allah: Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (al-A.hqaf/46: 2) Kitab Suci Al-Qur'an tidak mungkin dibuat oleh selain Allah dan tidak mungkin juga dibuat oleh Muhammad saw sebagaimana yang dituduhkan oleh musuh-musuh Islam. Hal ini telah ditegaskan Allah di dalam Al-Qur'an dengan firman-Nya: Dan tidak mungkin Al-Qur'an ini dibuat-buat oleh selain Allah. (Yunus/10: 37) Dan firman-Nya: Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang telah membuat-buatnya? (Yunus/10: 38) Bahkan, Kitab Suci Al-Qur'an itu diturunkan dengan latar belakang yang beraneka ragam, berisi petunjuk bagi manusia untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang. Firman Allah: (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. (Ibrahim/14: 1)
(Dia) Pengampun dosa, Penerima tobat, Pemberi hukuman yang keras, (dan) Pemilik karunia. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nyalah (semua makhluk) kembali.
Dia Allah Yang Maha Pengampun, mengampuni dosa dan menerima tobat bagi orang yang mau memohon ampunan dan bertobat, dan pada waktu yang bersamaan juga sangat keras hukuman-Nya; serta Dia juga yang memiliki karunia. Tidak ada tuhan yang berhak untuk disembah selain Dia. Hanya kepada-Nya saja-lah semua makhluk kembali.
Pada ayat ini dijelaskan lima macam sifat Allah yang menurunkan Al-Qur'an: 1. Pengampun Dosa Sifat Allah ini ditegaskan pula pada ayat yang lain, sebagaimana firman Allah: Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (al-hijr/15: 49) Dan firman-Nya: Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (az-Zumar/39: 53) Bagaimana pun banyaknya dosa seseorang apabila ia meminta ampun kepada Allah dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengampuni semua dosanya sebagaimana dijelaskan dalam hadis Qudsi sebagai berikut: Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kamu melakukan kesalahan di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun pada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. (Riwayat Muslim dari Abu dzarr) Di dalam hadis Qudsi yang lain, Allah menegaskan pula: Allah berfirman, "Wahai anak Adam! Selagi kamu meminta dan mengharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosa-dosa yang ada padamu dan tidak Aku pedulikan lagi. Wahai anak Adam! Andaikata dosamu (bertumpuk) dan telah sampai ke awan langit, kemudian kamu meminta ampun kepada-Ku niscaya Aku mengampuninya dan tidak Aku pedulikan lagi. (Riwayat at-Tirmidzi dari Anas bin Malik) 2. Penerima Tobat Sifat Allah ini ditegaskan pula pada ayat yang lain di dalam Al-Qur'an: Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya. (at-Taubah/9: 104) Seseorang yang telah berbuat kejahatan seperti penganiayaan dan lain-lain, kemudian ia bertobat, menyesali perbuatannya itu, mempertebal imannya, berbuat baik, dan tetap di jalan Allah, maka Allah akan menerima tobatnya, sebagaimana firman-Nya: Tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. (al-Ma'idah./5: 39) Dan firman-Nya: Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk. (thaha/20: 82) Dan firman-Nya lagi: Kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (al-Baqarah/2: 160) 3. Hukuman-Nya Sangat Berat. Mengenai hal ini Allah berfirman: ¦Bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal). (al-Baqarah/2: 165) Orang-orang yang berbuat jahat, bergelimang dosa seperti mendustakan dan memungkiri ayat-ayat Allah, menempuh jalan yang sesat yaitu selain jalan yang telah ditunjukkan dan digariskan-Nya, mereka itulah yang mendapat siksa Allah yang berat dan keras, sebagaimana firman-Nya: Mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Allah sangat berat hukuman-Nya. (ali 'Imran/3: 11) Pada ayat lain Allah menegaskan: Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman. (ali 'Imran/3: 4) Dan firman-Nya pula: Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (shad/38: 26) 4. Pemberi Karunia. Setiap karunia dan nikmat yang kita peroleh adalah dari Allah sebagaimana firman-Nya: Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (al-hujurat/49: 8) Dan firman-Nya: Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (an-Nahl/16: 53) Tidak ada seorang manusia, dengan jalan apa pun, yang dapat memberi angka yang pasti mengenai banyaknya karunia dan nikmat yang telah diberikan Allah padanya, sebagaimana firman-Nya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. (an-Nahl/16: 18) 5. Allah Maha Esa Salah satu sifat Allah yang wajib diimani yaitu bahwa Dia Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, tiada sekutu bagi-Nya, tiada sesuatu yang serupa dengan Dia, sebagaimana firman Allah: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (asy-Syura/42: 11) Sekiranya Ia mempunyai sekutu, ada tuhan lain yang berkuasa sama dengan kekuasaan-Nya, maka dunia ini akan hancur sebagaimana firman Allah: Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan. (al-Anbiya'/21: 22) Orang-orang yang mengatakan bahwa Allah itu adalah salah satu dari yang tiga termasuk golongan yang ingkar dan kafir, karena sebenarnya Allah itu Esa, tiada Tuhan selain Dia, firman Allah: Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan, bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih. (al-Ma'idah./5: 73) Ayat ini diakhiri dengan suatu ketegasan bahwa semua makhluk akan kembali kepada Allah dan di sanalah nanti disempurnakan balasan bagi mereka menurut perbuatan mereka masing-masing sebagaimana firman Allah: Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan). (al-Baqarah/2: 281)
Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kufur. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) tertipu oleh bolak-balik perjalanan mereka di seluruh negeri.
Adalah suatu keniscayaan bahwa tidak ada orang yang memperdebatkan tentang kebenaran dari ayat-ayat Allah dengan tujuan memperolok-olokkan atau menimbulkan keraguan terhadapnya, kecuali apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah engkau wahai Nabi Muhammad tertipu oleh keberhasilan usaha mereka yang menghasilkan berbagai kesenangan yang mereka peroleh di seluruh negeri.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa hanya orang-orang kafir yang tidak senang kepada kebenaran, suka mendebat, menentang, dan mendustakan isi Al-Qur'an serta menuduhnya yang bukan-bukan. Di antara perkataan mereka adalah bahwa Al-Qur'an itu hanya syair, sihir, dongeng orang-orang dahulu, atau tuduhan lainnya yang meremehkan. Padahal, sudah jelas dan diketahui oleh umum bahwa semua isi Al-Qur'an itu adalah benar. Suatu perdebatan yang sifatnya mempertanyakan isi Al-Qur'an adalah perbuatan yang sangat tercela dan merupakan suatu kekafiran, sebagaimana sabda Nabi Muhammad: Memperdebatkan isi Al-Qur'an adalah kekafiran. (Riwayat A.hmad dari Abu Hurairah) Adapun perdebatan yang mempersoalkan sesuatu dengan maksud untuk mencari dan menguatkan sesuatu yang hak, menjelaskan yang masih samar-samar, mengambil suatu pengertian hukum, menolak paham-paham dan kepercayaan yang menyimpang dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, serta menentang pengertian yang meremehkan isi Al-Qur'an, adalah perbuatan yang baik dan terpuji. Bahkan, yang demikian itu adalah perbuatan yang menjadi tugas para nabi. Pada akhir ayat ini, Allah memperingatkan Nabi Muhammad supaya jangan teperdaya dengan kemewahan yang diperoleh para penentangnya, kebebasan gerak mereka dari satu kota ke kota yang lain, berjual-beli dan berdagang seenaknya sehingga memperoleh kekayaan yang bertumpuk-tumpuk. Bagaimanapun juga, kesemuanya itu mempunyai batas, dan sifatnya sementara paling lama sama dengan umurnya. Sesudah itu mereka akan mendapat siksaan yang amat pedih di akhirat. Firman Allah: Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal. (ali 'Imran/3: 196-197)
Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu setelah mereka mendustakan (rasul). Setiap umat telah merencanakan (tipu daya) terhadap rasul mereka untuk membunuhnya. Mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran. Maka, Aku menyiksa mereka. Bagaimanakah (pedihnya) azab-Ku?
Sebelum mereka, orang-orang musyrik Mekah, mendustakan wahyu Allah, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu setelah mereka telah terlebih dahulu melakukan hal yang sama, yakni mendustakan rasul-rasul Allah, dan setiap umat ketika itu juga telah merencanakan tipu daya terhadap rasul mereka untuk menawannya bahkan sampai mencelakakannya, dan mereka membantah dengan alasan yang batil untuk melenyapkan kebenaran yang dibawa oleh para rasul itu. Karena itu, Aku, Allah Yang Mahaperkasa, tawan dan siksa mereka dengan azab. Maka camkanlah dengan sungguh-sungguh bahwa betapa pedihnya azab-Ku?
Pada ayat ini, Allah menghibur Nabi Muhammad agar jangan cemas dan gusar menghadapi kaumnya yang selalu menentang dan mendustakannya. Hal demikian adalah sunatullah yang berlaku pada setiap nabi dan rasul yang diutus Allah. Kaum Nuh mendustakan Nabi Nuh, begitu pula umat-umat yang lain, telah mendustakan para nabi dan rasul yang diutus kepada mereka, seperti kaum 'Ad, Samud, dan lain-lain. Bahkan, selain mendustakan para rasul, mereka juga merencanakan makar terhadap para rasul. Mereka berusaha melawan para rasul mereka dan menganiaya sekehendak hati. Mereka tidak henti-hentinya menentang, mendustakan, dan mendebat rasul-rasul dengan alasan yang batil dan tak berdasar. Di antara perkataan mereka adalah rasul-rasul itu manusia-manusia biasa seperti mereka juga, dengan maksud untuk melepaskan kebenaran, mengaburkan yang hak yang datangnya dari Allah, serta senantiasa mematikan dan memadamkan cahaya (agama) Allah, sebagaimana firman Allah: Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai. (at-Taubah/9: 32) Allah tidak tinggal diam melihat perbuatan jahat yang menunjukkan kebejatan akhlak mereka itu. Mereka diazab dengan siksaan yang amat pedih dan dibinasakan oleh Allah, bahkan ada yang dimusnahkan sehingga mereka seakan-akan tak pernah ada di bumi ini. Umat Muhammad saw, terutama penduduk Mekah, dapat menyaksikan bekas-bekas kehancuran mereka sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur'an: Dan sesungguhnya kamu (penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka pada waktu pagi, dan pada waktu malam. Maka mengapa kamu tidak mengerti? (ash-shaffat/37: 137-138)
Demikianlah (sebagaimana berlaku kepada umat terdahulu), ketetapan Tuhanmu itu berlaku pula bagi orang-orang yang kufur bahwa mereka adalah para penghuni neraka.
Dan sebagaimana telah dijatuhkan sanksi kepada umat terdahulu yang durhaka, demikianlah juga telah pasti berlaku ketetapan Tuhanmu dalam bentuk azab yang pedih terhadap orang-orang kafir dari umatmu, wahai Nabi Muhammad, yaitu sesungguhnya mereka, orang-orang musyrik Mekah, itu adalah penghuni neraka.
Ayat ini menunjukkan bagaimana umat-umat dahulu telah diazab dan dibinasakan karena perlakuan mereka yang tidak wajar kepada para nabi dan rasul mereka. Dengan demikian, hal itu berlaku pula bagi umat Nabi Muhammad yang tetap membangkang, mengingkari, dan mendustakan ayat-ayat Allah. Di akhirat, mereka akan dimasukkan ke dalam neraka. Firman Allah: Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah/2: 39)
(Para malaikat) yang memikul ʻArasy dan yang berada di sekelilingnya selalu bertasbih dengan memuji Tuhannya, beriman kepada-Nya, dan memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman. (Mereka berkata,) “Wahai Tuhan kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu. Maka, berikanlah ampunan kepada orang-orang yang bertobat serta mengikuti jalan-Mu dan lindungilah mereka dari azab (neraka) Jahim.
Pada ayat-ayat yang lalu telah digambarkan bagaimana bentuk permusuhan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap para rasul dan orang-orang beriman. Maka, untuk mengimbangi hal itu, ayat-ayat berikut menggambarkan bagaimana bentuk kasih sayang para malaikat terhadap para rasul dan orang-orang beriman. Ketahuilah bahwa malaikat-malaikat yang memikul ‘Arsy dan juga malaikat yang berada di sekelilingnya, bertasbih dengan memuji Tuhannya, dan mereka semua senantiasa beriman kepada-Nya, serta memohonkan ampunan untuk orang-orang yang beriman seraya bermohon, “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu sangatlah luas, dan meliputi segala sesuatu. Maka, atas perkenan-Mu, ya Allah, berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat kembali ke jalan-Mu dan orang yang sejak awal telah mengikuti jalan agama-Mu, dan peliharalah mereka dari azab dan siksa neraka yang apinya menyala-nyala.
Ayat ini menerangkan bahwa para malaikat yang memikul 'Arsy dan para malaikat yang ada di sekelilingnya senantiasa menyucikan Allah, mengucapkan syukur atas nikmat-Nya beriman, dan mengakui bahwa tiada Tuhan yang disembah selain Dia. Para malaikat itu juga memohonkan ampun bagi orang yang mengakui keesaan dan kesucian Allah dari sembahan selain-Nya. Mengenai cara malaikat itu memikul 'Arsy dan berapa jumlah mereka yang memikulnya, cukup kita percaya sebagaimana adanya dan mengembalikannya kepada ilmu Tuhan, karena yang demikian termasuk hal-hal yang tidak didapati perinciannya, baik dalam Al-Qur'an maupun dalam hadis-hadis yang mutawatir. Di samping menyucikan dan memuji Allah, para malaikat juga senantiasa mendoakan orang-orang mukmin. Doa-doa tersebut antara lain menggambarkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu. Rahmat Allah meliputi pengampunan dosa-dosa dan kesalahan mereka dan ilmu Tuhan meliputi perbuatan, ucapan, dan gerak mereka. Mudah bagi Allah mengampuni dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan karena rahmat-Nya lebih luas dan lebih besar dari dosa-dosa dan kesalahan. Tiada suatu perbuatan sekalipun di tempat yang gelap, tiada suatu kata atau ucapan, sekalipun kata hati atau bisikan sukma, tiada suatu tindak-tanduk atau gerak-gerik kecuali diketahui oleh Allah. Kedua, memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang yang bertobat, menghentikan perbuatan dosa yang telah dilakukan, mengikuti apa yang diperintahkan kepada mereka, mengamalkan yang baik, dan meninggalkan hal-hal yang mungkar. Ketiga, malaikat pun memohon agar orang-orang mukmin itu dilindungi dari siksa neraka Jahanam sesuai dengan janji Allah.
Wahai Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka serta orang yang saleh di antara nenek moyang, istri, dan keturunan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Para malaikat meneruskan permohonan mereka kepada Allah, “Ya Tuhan kami Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, masukkanlah mereka, orang-orang mukmin itu, ke dalam surga ‘Adn, yang sebelumnya telah Engkau janjikan kepada mereka, dan yang juga telah Engkau janjikan kepada orang yang saleh di antara nenek moyang, istri-istri, dan keturunan mereka. Sungguh, Engkaulah Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Dalam ayat ini dijelaskan doa malaikat selanjutnya bagi orang-orang yang beriman: Keempat, para malaikat memohon agar orang-orang mukmin dimasukkan ke dalam surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Allah melalui ucapan rasul-Nya. Para malaikat juga memohon agar bersama mereka itu dimasukkan juga orang-orang saleh di antara bapak-bapak, istri-istri, dan keturunan mereka semua, supaya mereka merasa senang karena berkumpul dengan keluarga di tempat yang dapat memberi kegembiraan dan kesenangan, menimbulkan rasa riang dan suka yang amat berkesan. Sa'id bin Jubair menjelaskan bahwa ketika seorang laki-laki masuk surga ia berkata, "Ya Tuhan! Di mana ayah, nenek, dan ibuku? Di mana anak dan cucuku? Di mana istriku?" Dijawab bahwa mereka itu tidak beramal seperti amalan yang telah dilakukannya. Ia lalu berkata, "Ya Tuhan! Saya beramal untuk diriku dan mereka." Maka mereka disamakan kedudukannya di surga dan ia lalu membaca ayat ini. Sejalan dengan ayat ini firman Allah: Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya. (ath-thur/52: 21) Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah itu Mahaperkasa tiada sesuatu yang dapat menghalangi kehendak-Nya, Mahabijaksana, tiada sesuatu yang dikerjakan-Nya, kecuali sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya.