Surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa.
Dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa yang selalu menjaga diri dari kemaksiatan, agar terhindar dari murka Allah. Surga diperlihatkan kepada mereka, sehingga mereka bisa menikmati pemandangan yang sangat indah di dalamnya. Inilah kenikmatan permulaan sebelum mereka masuk ke dalamnya.
Surga itu didekatkan sedemikian rupa kepada orang-orang yang bertakwa, sehingga dapat dilihat dengan nyata. Bagaimana surga itu didekatkan, diterangkan pada ayat lain: Sedangkan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Qaf/50: 31) Mendekatkan surga kepada orang-orang bertakwa akan menggembirakan mereka karena ketaatan yang telah mereka kerjakan selama di dunia, segera akan membuahkan hasil. Mereka akan segera memasukinya.
(Neraka) Jahim diperlihatkan dengan jelas kepada orang-orang yang sesat.
Dan sebaiknya neraka Jahim yang sangat panas dan menakutkan diperlihatkan dengan jelas kepada orang-orang yang memilih jalan sesat,” yaitu jalan kehidupan yang tidak diridai oleh Allah seperti kekafiran dan kesyirikan.
Sebaliknya, neraka juga diperlihatkan kepada orang-orang yang sesat. Mereka menyaksikan kedahsyatan kobaran apinya. Dalam Al-Qur'an dilukiskan bahwa kobaran api neraka itu dari jauh saja sudah terdengar gejolaknya. Itulah yang akan menjadi tempat kediaman mereka, tanpa dapat mengelak lagi. Ayat itu menggambarkan betapa cepat siksaan tersebut menimpa mereka. Sungguh hal itu tidak pernah mereka bayangkan ketika masih ada di dunia ini, karena mereka tidak peduli dengan azab Allah, seperti dijelaskan dalam ayat ini: Dan kepada mereka dikatakan, "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini; dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tidak akan ada penolong bagimu. (al-Jatsiyah/45: 34)
Dikatakan kepada mereka, “Di mana berhala-berhala yang selalu kamu sembah
Dan pada saat itu dikatakan kepada mereka, “Di mana berhala-berhala yang dahulu kamu sembah. Mestinya berhala-berhala itu berada di sini untuk menolongmu dari siksaan api neraka.
Kemudian pada saat menghadapi neraka yang siap menerima orang-orang kafir dan musyrik, dilontarkan pertanyaan untuk mencemoohkan mereka, "Di manakah tuhan-tuhan berhala yang kamu sembah itu kini berada? Sanggupkah mereka menyelamatkan kamu dari siksaan Allah?" Jangankan untuk menyelamatkan orang lain, melepaskan diri mereka saja, tuhan-tuhan berhala itu tidak sanggup.
Maka, datanglah berdua kepada Fir‘aun dan katakanlah, ‘Sesungguhnya kami adalah utusan Tuhan semesta alam.
Maka datanglah kamu berdua kepada Fir‘aun tanpa dihinggapi rasa takut dan katakanlah dengan kesungguhan hati dan kepercayaan diri, “Sesungguhnya kami berdua adalah para rasul Tuhan seluruh alam.
Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa a.s. bahwa semua yang dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan dapat dibunuh oleh Fir'aun karena Fir'aun tidak akan dapat berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Adapun permintaan Musa agar saudaranya, Harun, diangkat menjadi rasul telah dikabulkan oleh Allah. Dengan begitu, perintah untuk pergi berdakwah kepada Fir'aun dan kaumnya dibebankan kepada Musa dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa permintaan Musa itu dikabulkan yaitu: Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa! (thaha/20: 36). Allah menceritakan kepergian Musa dan Harun menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada agama tauhid dengan membawa mukjizat yang akan menguatkan seruannya yaitu tongkat Musa yang dapat menjadi ular, dan tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya akan menjadi putih bercahaya. Untuk menghilangkan segala was-was dan kekhawatiran dalam hati Musa dan Harun, Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan mendengar dan memperhatikan apa yang akan terjadi di kala keduanya telah berhadapan dengan Fir'aun. Hal ini dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu: Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46). Allah menyuruh Musa dan Harun agar mengatakan dengan tegas kepada Fir'aun bahwa mereka datang menghadap kepadanya untuk menyampaikan bahwa mereka berdua adalah rasul yang diutus Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya dan kaumnya. Selain itu keduanya harus meminta kepada Fir'aun agar membebaskan Bani Israil yang telah diperbudak selama ini. Keduanya ingin membawa mereka kembali ke tanah suci Baitul Makdis, tanah tumpah darah mereka, di mana nenek moyang mereka semenjak dahulu kala telah berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas memeluk agama tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari siapa pun. Dalam Tafsir al-Maragi diterangkan bahwa menurut riwayat, Bani Israil yang tinggal di Mesir diperbudak oleh Fir'aun dan kaumnya dalam waktu yang lama, yaitu selama 400 tahun. Fir'aun memang sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, terutama Bani Israil. Menurut al-Qurtubi, sebagaimana dikutip oleh al-Maragi, Musa dan Harun harus menunggu satu tahun untuk dapat menghadap Fir'aun.
Lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama kami (menuju Baitulmaqdis).’”
Lepaskanlah bangsa kami yaitu Bani Israil biarkan mereka pergi bersama kami ketempat yang kami kehendaki. Jangan lagi kau perbudak mereka.
Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa a.s. bahwa semua yang dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan dapat dibunuh oleh Fir'aun karena Fir'aun tidak akan dapat berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Adapun permintaan Musa agar saudaranya, Harun, diangkat menjadi rasul telah dikabulkan oleh Allah. Dengan begitu, perintah untuk pergi berdakwah kepada Fir'aun dan kaumnya dibebankan kepada Musa dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa permintaan Musa itu dikabulkan yaitu: Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa! (thaha/20: 36). Allah menceritakan kepergian Musa dan Harun menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada agama tauhid dengan membawa mukjizat yang akan menguatkan seruannya yaitu tongkat Musa yang dapat menjadi ular, dan tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya akan menjadi putih bercahaya. Untuk menghilangkan segala was-was dan kekhawatiran dalam hati Musa dan Harun, Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan mendengar dan memperhatikan apa yang akan terjadi di kala keduanya telah berhadapan dengan Fir'aun. Hal ini dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu: Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46). Allah menyuruh Musa dan Harun agar mengatakan dengan tegas kepada Fir'aun bahwa mereka datang menghadap kepadanya untuk menyampaikan bahwa mereka berdua adalah rasul yang diutus Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya dan kaumnya. Selain itu keduanya harus meminta kepada Fir'aun agar membebaskan Bani Israil yang telah diperbudak selama ini. Keduanya ingin membawa mereka kembali ke tanah suci Baitul Makdis, tanah tumpah darah mereka, di mana nenek moyang mereka semenjak dahulu kala telah berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas memeluk agama tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari siapa pun. Dalam Tafsir al-Maragi diterangkan bahwa menurut riwayat, Bani Israil yang tinggal di Mesir diperbudak oleh Fir'aun dan kaumnya dalam waktu yang lama, yaitu selama 400 tahun. Fir'aun memang sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, terutama Bani Israil. Menurut al-Qurtubi, sebagaimana dikutip oleh al-Maragi, Musa dan Harun harus menunggu satu tahun untuk dapat menghadap Fir'aun.
Kami selamatkan Musa dan semua orang yang bersamanya.
Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersamanya sebagai balasan atas kesabaran mereka dalam mengahadapi Fir’aun dan kekejamannya, dan atas kesabaran taat kepada ajakan Nabi Musa untuk berhijrah dari negeri Mesir.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Fir'aun melihat Bani Israil dari dekat berjalan mengarungi lautan itu, ia dan tentaranya pun mengikuti jejak mereka dan memasuki lautan. Ketika Fir'aun dan tentaranya berada di tengah-tengah laut, sedang Musa dan Bani Israil sudah sampai di seberang lautan dan semuanya selamat sampai di darat, air laut pun bertaut kembali seperti biasa. Dengan demikian, Fir'aun yang sedang meniti jalan yang sama terjebak air dan tenggelam bersama tentaranya, sehingga tidak ada seorang pun yang selamat.
Kemudian, Kami tenggelamkan kelompok yang lain.
Kemudian Kami tenggelamkan golongan yang lain yaitu Fir’aun dan bala tentaranya, sebagai balasan atas kesombongan dan kekafiran mereka.
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa setelah Fir'aun melihat Bani Israil dari dekat berjalan mengarungi lautan itu, ia dan tentaranya pun mengikuti jejak mereka dan memasuki lautan. Ketika Fir'aun dan tentaranya berada di tengah-tengah laut, sedang Musa dan Bani Israil sudah sampai di seberang lautan dan semuanya selamat sampai di darat, air laut pun bertaut kembali seperti biasa. Dengan demikian, Fir'aun yang sedang meniti jalan yang sama terjebak air dan tenggelam bersama tentaranya, sehingga tidak ada seorang pun yang selamat.
selain Allah? Dapatkah mereka menolongmu atau menolong dirinya sendiri?”
Selain Allah? Dapatkah mereka menolong kamu atau menolong diri mereka sendiri?” Mereka sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan berhala-berhala itu dan yang menyembahnya akan masuk neraka bersama-sama.
Kemudian pada saat menghadapi neraka yang siap menerima orang-orang kafir dan musyrik, dilontarkan pertanyaan untuk mencemoohkan mereka, "Di manakah tuhan-tuhan berhala yang kamu sembah itu kini berada? Sanggupkah mereka menyelamatkan kamu dari siksaan Allah?" Jangankan untuk menyelamatkan orang lain, melepaskan diri mereka saja, tuhan-tuhan berhala itu tidak sanggup.
Mereka (sesembahan itu) dijungkirbalikkan di dalamnya (neraka) bersama orang-orang yang sesat.
Maka mereka, sesembahan itu, dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang yang sesat, berkali-kali.
Kemudian orang-orang yang sesat dan telah ditetapkan sebagai penghuni neraka dijungkirkan bersama-sama pimpinan mereka dan tentara iblis seluruhnya. Tentara iblis dalam ayat ini dimaksudkan ialah orang-orang yang suka mengikuti perbuatan maksiat. Baik mereka yang mengikuti atau pemimpin yang diikuti sama-sama dilemparkan ke dalamnya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
Sungguh, pada yang demikian itu, yaitu binasanya orang yang durhaka dan selamatnya orang yang beriman, terdapat suatu tanda kekuasaan Allah yang demikian besar, tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
Keberhasilan Musa dan semua pengikutnya sampai ke daratan seberang dengan selamat, dan tenggelamnya Fir'aun bersama seluruh tentaranya di tengah lautan merupakan satu tanda yang nyata atas kekuasaan Allah dan kebenaran Nabi Musa sebagai rasul-Nya. Allah senantiasa memberikan pertolongan dan kemenangan kepada para hamba-Nya yang beriman dengan sungguh-sungguh. Allah juga selalu membinasakan dan menyiksa orang-orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya terutama di akhirat kelak. Firman Allah: Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Maha Perkasa. (al-hajj/22: 40) Demikianlah balasan (terhadap) musuh-musuh Allah (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai balasan atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Kami. (Fussilat/41: 28) Manusia yang keras dan hatinya telah membatu seperti Fir'aun dan kaumnya tidak akan mau beriman, meskipun melihat dengan nyata kebenaran sesuatu. Peristiwa ini juga menjadi penghibur bagi Rasulullah karena dengan hal itu, beliau mengetahui bahwa bukan hanya dia yang mengalami cobaan seperti itu, tetapi juga para nabi dan rasul Allah yang terdahulu. Semuanya berakhir dengan kemenangan bagi para nabi dan rasul Allah, dan kekalahan bagi musuh-musuh mereka.