Ketetapan Allah pasti datang. Maka, janganlah kamu meminta agar dipercepat (kedatangan)-nya. Mahasuci dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Allah menegaskan bahwa ketetapan Allah, yaitu hari kiamat dan masa ketika para pendurhaka akan menerima azab, pasti datang, maka janganlah kamu, wahai para pendurhaka, meminta agar dipercepat kedatangan-nya. Mahasuci Allah dari segala aib, kesyirikan, dan kekurangan, dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka sembah, berupa berhala atau apa pun juga yang mereka persekutukan dengan Dia.
Allah menegaskan bahwa ketetapan Allah pasti datang. Maksud ketetapan Allah dalam ayat ini ialah hari kiamat yang telah diancamkan kepada kaum musyrik dan orang-orang kafir. Mereka secara berolok-olok meminta kepada Nabi agar azab hari kiamat itu segera didatangkan. Itulah sebabnya, maka Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan bahwa azab Allah yang akan dijatuhkan kepada mereka pasti terjadi. Allah swt melarang mereka agar tidak meminta azab itu disegerakan datangnya, karena azab hari kiamat itu akan datang pada waktu yang telah ditentukan dan diputuskan-Nya. Dalam ayat ini, Allah swt memberitakan datangnya hari kiamat dengan menggunakan kata kerja bentuk lampau (fi'il madhi) padahal azab itu belum terjadi. Hal ini memberikan pengertian bahwa azab itu betul-betul akan terjadi. Ayat ini mengandung ancaman bagi orang-orang kafir dan sekaligus mengandung pemberitahuan kepada mereka bahwa azab yang akan ditimpakan kepada mereka dan kehancuran mereka telah dekat dan pasti datang. Allah swt menyatakan bahwa Dia Mahasuci dari apa yang mereka persekutukan. Dia tidak memerlukan sekutu dan pembantu untuk menjatuh-kan azab kepada mereka. Bantahan ini sebagai jawaban terhadap pernyataan mereka bahwa mereka akan meminta bantuan (syafa'at) kepada patung-patung yang mereka sembah.
Dia menurunkan para malaikat membawa wahyu atas perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu (dengan berfirman), “Peringatkanlah (hamba-hamba-Ku) bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka, bertakwalah kepada-Ku.”
Menjelaskan kesempurnaan ketetapan dan penciptaan-Nya, Allah berfirman, "Dia menurunkan para malaikat, yakni Malaikat Jibril, membawa wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki untuk diberi wahyu di antara hamba-hamba-Nya yang taat dan suci jiwanya. Inti wahyu itu ialah pesan yang berisi, "Peringatkanlah oleh kalian, wahai hamba-hamba yang Aku beri wahyu, bahwa tidak ada tuhan, penguasa alam raya, pencipta langit dan bumi yang berhak disembah selain Aku Yang Mahaesa dan Mahakuasa, tidak ada sekutu bagi-Ku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku. Berimanlah kepada-Ku, laksanakanlah semua perintah-Ku, dan tinggalkanlah segala laranganKu." (Lihat: Surah Ga;fir/40: 15 dan asy-Syura;/42: 52)
Setelah ayat tersebut turun, orang-orang Quraisy menanyakan, "Seandainya Allah memang berkuasa untuk mengazab para hamba-Nya yang lain, maka siapakah yang mengetahui hal yang sangat gaib ini yang tidak diketahui oleh siapa punjuga kecuali hanya Dia? Pertanyaan ini hanya menunjukkan pengingkaran mereka terhadap kejadian hari kiamat. Oleh sebab itu, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan bahwa berita itu diketahui dari wahyu yang diturunkan Allah melalui malaikat. Dari wahyu itulah berita-berita gaib dapat diketahui. Wahyu itu dibawa oleh malaikat dengan perintah Allah kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Penjelasan itu dikemukakan agar mereka dapat mengetahui bahwa seseorang yang menerima wahyu berarti telah menerima tugas kenabian. Yang dimaksud dengan roh dalam ayat ini ialah wahyu sebagai-mana tampak jelas artinya di ayat yang lain: ¦Yang menurunkan wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,¦ (al-Mu'min/40: 15) Dan firman-Nya lagi: Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Qur'an) dengan perintah Kami¦ (asy-Syura/42: 52) Wahyu itu dibawa oleh para malaikat kepada para nabi semata-mata karena perintah Allah dan bukan kemauan malaikat itu sendiri. Seperti ditegaskan dalam ayat-ayat yang lain sebagai berikut: Dan tidaklah kami (Jibril) turun kecuali atas perintah Tuhanmu. (Maryam/19: 64) Dan firman Allah swt: Mereka tidak berbicara mendahului-Nya dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (al-Anbiya'/21: 27) Wahyu itu diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang terpilih dan mempunyai kesiapan mental untuk menerimanya. Gunanya sebagai sarana untuk memberikan peringatan kepada para hamba Allah. Antara lain, untuk menyampai-kan ajaran tauhid dan meyakinkan mereka tentang keesaan Allah, bahwa tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah dan Dialah Tuhan bagi segala makhluk, sedang tuhan-tuhan yang lain adalah tuhan ciptaan mereka yang jauh dari kebenaran. Dengan demikian, wajib bagi manusia untuk menghambakan diri semata-mata kepada-Nya karena dengan jalan demikian manusia akan selamat dari kehancuran dan terlepas dari kesesatan. Dalam ayat itu terdapat petunjuk bahwa wahyu itu turun dari Allah kepada nabi-Nya dengan perantaraan para malaikat. Dalam ayat yang lain disebutkan: Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (al-Baqarah/2: 285) Malaikat disebut lebih dahulu daripada rasul-rasul untuk menyatakan bahwa malaikat itu menerima wahyu dari Allah tanpa perantara. Sedangkan yang dimaksud dengan kitab-kitab ialah wahyu yang disampaikan oleh para malaikat kepada para nabi-Nya. Di akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa hendaklah manusia bertakwa hanya kepada-Nya. Ini adalah seruan yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman agar tetap bertakwa kepada-Nya. Juga ditujukan kepada orang-orang kafir Quraisy yang menentang akan terjadinya hari kiamat agar mereka menghentikan kemusyrikannya dan meninggalkan sifat-sifat yang menentang terhadap ketentuan yang datang dari Allah dikarenakan sifat tergesa-gesa menolak sesuatu yang belum diyakini kebenarannya.
Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Allah mengingatkan manusia bahwa Dia adalah Tuhan yang telah menciptakan langit tempat kalian berteduh bersama benda-benda yang menghiasinya, dan menciptakan bumi tempat kalian berpijak bersama apa saja yang terhampar di atasnya dan terkandung di dalamnya. Semua itu Allah ciptakan dengan kebenaran, yaitu sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya. Mahatinggi Allah dalam segala hal, sifat, dan perbuatan-Nya, dari apa yang mereka persekutukan dengan-Nya berupa berhala-berhala itu.
Allah swt menjelaskan bahwa Dia menciptakan benda-benda yang ada di langit dan benda-benda yang ada di bumi dengan benar. Maksudnya ialah sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan-Nya dan tidak ada yang sia-sia. Dia menciptakan semuanya tanpa bantuan dan pertolongan siapa pun. Dia cukup menciptakan benda-benda dan hukum yang berlaku baginya, sehingga benda-benda itu berfungsi sesuai dengan hukumnya. Tidak ada zat yang lain yang berkuasa untuk mencipta, mengatur, dan mengendalikan langit, bumi dan semua isinya. Sebagai konsekuensinya, tidak layak apabila ada orang yang menghambakan dirinya kepada tuhan-tuhan yang lain selain-Nya. Oleh karena itu, Allah menyatakan di akhir ayat ini bahwa Dia Mahasuci dari apa yang mereka persekutukan. (Keterangan lebih lanjut bisa dilihat dalam tafsir Surah Ibrahim/14: 19). Penciptaan langit dan bumi dengan haq (benar) juga bisa bermakna bahwa Tuhan menciptakan bumi bukan dengan main-main. Semuanya begitu tepat untuk mulainya kehidupan di bumi ini. Bagaimana kenyamanan bumi dibandingkan dengan beberapa planet lain yang ada dalam tatasurya yang sama dapat kita lihat pada uraian di bawah ini. Dalam perbandingan yang dilakukan, terutama pada jarak antara matahari dan masing-masing planet, tampak akan efek jarak dengan masing-masing planet. Apa yang tertulis di atas hanya sebagian dari "keputusan rancangan" yang dibuat Allah agar kehidupan di bumi dapat eksis dan bertahan. Namun yang sedikit ini pun sudah cukup untuk menunjukkan bahwa keberadaan bumi bukan karena kebetulan. Tidak juga terbentuk oleh serangkaian kejadian acak. Hal tersebut dan detail lain yang tak berhingga meyakinkan kembali kebenaran yang sederhana dan murni. Allah dan hanya Allah yang menciptakan alam semesta, bintang, planet, pegunungan, dan laut dengan sempurna, memberikan kehidupan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, dan menempatkan ciptaan-Nya di bawah kendali manusia. Allah dan hanya Allah, sumber pengampunan dan kekuasaan, cukup berkekuatan untuk menciptakan sesuatu dari kehampaan.
Dia telah menciptakan manusia dari mani, lalu ternyata dia menjadi pembantah yang nyata.
Dia Yang Mahaesa dan Mahakuasa itu juga telah menciptakan manusia dari setetes mani yang secara lahiriah tampak remeh, tidak berarti, dan tidak berdaya, ternyata dia berubah menjadi manusia yang kuat dan tangguh, bahkan dia berubah menjadi pembantah yang nyata tentang Tuhan dan hakikat dirinya.
Kemudian dalam ayat ini, Allah menjelaskan proses kejadian diri manusia bahwa Dia menciptakannya dari nuthfah. Dalam ayat yang lain dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari air yang lemah. Kejadian itu melalui proses perkembangan. Di dalam kandungan, mani berubah menjadi 'alaqah (sesuatu yang menggantung di dinding rahim), kemudian menjadi gumpalan daging. Setelah mengalami jangka waktu 4 bulan mulai terwujud janin yang sempurna, dan setelah 9 bulan kejadian, bayi itu dikeluarkan dari kandungan ibunya ke alam dunia. Setelah itu, bayi masih memerlukan bantuan dan perawatan ibunya untuk disusui, dirawat, dan dididik sampai dewasa dan dapat berpikir secara sempurna. Manusia yang mengalami proses penciptaan yang rumit dan bertahap, dari makhluk yang lemah menjadi yang perkasa ini, tiba-tiba mengingkari keesaan penciptanya dan terjadinya hari kebangkitan, serta memusuhi para rasul Allah, padahal ia diciptakan hanya sebagai hamba. Manusia bahkan melupakan asal kejadiannya bahwa ia diciptakan dari setetes air yang tidak mempunyai kemampuan sedikit pun. Mereka berkata dengan terus-terang, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah: Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah di dunia ini, dan kita tidak akan dibangkitkan." (al-An'am/6: 29) Mereka juga mengingkari kebangkitan kembali manusia setelah mati dan menjadi tulang-belulang. Firman Allah: ¦Dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?" (Yasin/36: 78)
Dia telah menciptakan hewan ternak untukmu. Padanya (hewan ternak itu) ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat, serta sebagian (daging)-nya kamu makan.
Dan tidak saja menciptakan langit, bumi, dan manusia, hewan ternak juga telah diciptakan-Nya, untuk kamu padanya ada bulu dan kulit yang dapat kamu jadikan pakaian yang menghangatkan badan kamu dan berbagai manfaat lain yang dapat kamu ambil dalam kehidupan kamu, dan sebagian dari-nya juga dapat kamu makan.
Pada ayat ini, Allah swt menjelaskan aneka ragam kenikmatan yang disediakan untuk para hamba-Nya berupa binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan lain sebagainya. Nikmat yang diperoleh dari binatang itu seperti bulunya yang dapat dibuat kain wool, berguna untuk melindungi tubuh dari gangguan udara dingin, dan kulitnya dapat dijadikan sepatu dan peralatan lainnya. Begitu pula susu dan dagingnya bermanfaat bagi kesehatan manusia. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa binatang ternak itu diciptakan untuk manusia agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Kamu memperoleh keindahan padanya ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika melepaskannya (ke tempat penggembalaan).
Dan selain manfaat-manfaat tersebut kamu juga dapat memperoleh keindahan padanya, yakni pada hewan ternak itu, ketika kamu membawanya kembali ke kandang pada sore hari dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan pada pagi hari.
Allah swt menjelaskan bahwa manusia memperoleh kepuasan batin dan pemandangan yang indah pada binatang ternak ketika mereka melepas dan menggiringnya di pagi hari menuju tempat penggembalaan. Perasaan yang sama juga dirasakan pada sore hari ketika mereka menghalau dan menggiring binatang ternak itu kembali ke kandangnya. Keindahan yang diperoleh manusia dari binatang ternak itu termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.
Ia mengangkut beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dan kamu pun bisa memperoleh manfaat lain dari hewan ternak itu karena ia sanggup mengangkut beban-bebanmu yang berat dan tidak mampu kamu pikul sendiri ke suatu negeri nun jauh yang kamu tidak sanggup mencapainya, kecuali dengan susah payah. Sungguh, Tuhanmu yang telah menciptakan hewan ternak itu dan menyediakan berbagai manfaat darinya adalah Tuhan Yang Maha Pengasih kepada hamba yang taat dan mendekatkan diri kepada-Nya, Maha Penyayang kepada semua makhluk-Nya.
Kemudian Allah menyebutkan nikmat-Nya yang lain yang diperoleh manusia dari binatang ternak, yakni mengangkut barang atau beban manusia yang berat dari satu tempat ke tempat yang lain dimana mereka tidak sanggup untuk membawanya sendiri. Allah berfirman: Dan sesungguhnya pada hewan-hewan ternak, terdapat suatu pelajaran bagimu. Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang ada dalam perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya kamu makan. (al-Mu'minun/23: 21) Dan firman-Nya: Allahlah yang menjadikan hewan ternak untukmu, sebagian untuk kamu kendarai dan sebagian lagi kamu makan. (al-Mu'min/40: 79) Kemudian Allah swt menegaskan bahwa Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kasih sayang Allah disebutkan dalam ayat ini agar manusia dapat mensyukuri nikmat Allah yang diperolehnya dari binatang ternak, yang sangat bermanfaat bagi mereka sebagai alat pengangkut yang sangat penting artinya bagi kehidupan mereka. Allah swt berfirman: Dan tidakkah mereka melihat bahwa Kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya? (Yasin/36: 71)
(Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah menciptakan apa yang tidak kamu ketahui.
Dan Dia telah pula menciptakan untuk kalian kuda, bagal (yaitu binatang hasil perkawinan antara kuda dengan keledai), dan keledai. Itu semua diciptakan Allah untuk kamu tunggangi dan menjadi perhiasan. Allah menciptakan untuk kalian apa yang kamu ketahui dan apa yang tidak kamu ketahui pada saat ini namun kelak akan kamu ketahui manfaat dan kegunaannya.
Selanjutnya, Allah swt menyebutkan beberapa binatang ternak lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, yaitu Allah menciptakan kuda, bagal, dan keledai untuk dikendarai dan dijadikan sebagai binatang pelihara-an yang menyenangkan. Ada segolongan ahli fikih yang mengharamkan daging kuda. Mereka mengemukakan alasan bahwa kuda diciptakan Allah untuk dijadikan kendaraan bukan untuk dimakan. Alasan ini diperkuat dengan teks ayat yang menyebutkan tiga jenis binatang ternak. Hal ini menunjukkan bahwa kuda, keledai, dan bagal hukumnya sama-sama haram dimakan. Sekiranya ketiga binatang ini boleh dimakan, tentulah disebutkan dalam ayat ini, sebab kebutuhan seseorang untuk makan lebih terasa daripada kebutuhan mereka terhadap kendaraan. Akan tetapi, alasan yang dikemukakan di atas tidak disetujui oleh kalangan ahli fikih yang lain dengan alasan bahwa seandainya ayat ini menunjukkan keharaman kuda, tentu keledai yang dipelihara termasuk ke dalamnya. Kalau memang demikian pengertiannya, tentu pada saat terjadi perang Khaibar tidak perlu ada penegasan keharaman memakan keledai piaraan karena ayat itu turun jauh sebelum perang Khaibar. Di samping itu, banyak dalil yang membolehkan memakan daging kuda, di antaranya adalah: Dari Asma' r.a., "Kami berkorban seekor kuda pada masa Rasulullah, lalu kami memakan dagingnya." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) Dari Jabir r.a., "Rasulullah menyuruh kami memakan daging kuda dan melarang kami memakan daging keledai piaraan." (Riwayat Abu 'Ubaid, Ibnu Abi Syaibah, at-Tirmizi, an-Nasa'i, dan lain-lain) Dari Jabir r.a., "Rasulullah melarang memakan daging keledai piaraan dan membolehkan memakan daging kuda." (Riwayat al-Bukhari dan Abu Dawud) Di samping hadis-hadis tersebut, memang ada hadis yang melarang memakan daging kuda bagal, dan keledai Rasulullah melarang memakan daging tiap-tiap binatang buas yang bertaring, daging kuda bagal, dan keledai piaraan. (Riwayat Ahmad) Hadis yang mengharamkan daging kuda ini daif karena dalam sanadnya tercantum nama shalah bin Yahya yang diragukan kekuatan hafalannya. Seandainya hadis ini dianggap sahih, nilai kekuatannya tidak melebihi hadis-hadis sahih lain yang lebih banyak jumlahnya yang membolehkan memakan daging kuda. Secara singkat dapat dikatakan bahwa hadis yang melarang memakan daging kuda bagal, dan keledai itu terjadi sebelum peristiwa Perang Khaibar. Oleh sebab itu, bisa dikatakan hadis ini dinasakh oleh hadis yang menerang-kan kebolehannya. Di akhir ayat, Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan semua makhluk yang belum diketahui oleh manusia, baik binatang darat, laut, ataupun angkasa, yang dapat diambil manfaatnya oleh mereka. Namun demikian, sampai saat ini akal manusia belum sampai pada pengetahuan tentang manfaat dari makhluk tersebut. Semua itu bertujuan agar manusia dapat memahami betapa luasnya nikmat Allah swt yang diberikan kepada mereka yang tiada putus-putusnya.
Allahlah yang menerangkan jalan yang lurus dan di antaranya ada (jalan) yang menyimpang. Jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi petunjuk kamu semua (ke jalan yang benar).
Usai menjelaskan tanda-tanda yang menunjukkan betapa Dia Maha Pencipta dan Mahakuasa, Allah lalu beralih menjelaskan bahwa Dia juga Maha Memberi Petunjuk ke jalan yang benar. Karena itu, Dialah yang patut disembah, dan menjadi hak bagi Allah Yang Maha Mengetahui dan Memberi Petunjuk untuk menerangkan jalan yang lurus, yakni keimanan yang harus diikuti oleh manusia untuk membawa mereka menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan menjadi hak Allah pula untuk menerangkan bahwa di antaranya ada jalan yang menyimpang, berkelok, dan berliku, yakni kekufuran, yang harus dijauhi karena menjerumuskan manusia ke jurang kesengsaraan di dunia dan akhirat. Dan jika Dia menghendaki untuk menjadikan semua manusia menempuh jalan yang lurus, maka tidak ada halangan bagi-Nya untuk melakukan hal itu karena Allah Mahakuasa, dan dalam keadaan demikian tentu Dia memberi petunjuk kamu semua ke jalan yang lurus tersebut.
Allah swt menyebutkan nikmat-Nya yang berguna untuk kepentingan jiwa manusia, agar mereka mengetahui dan mensyukuri Pencipta alam semesta dan nikmat yang sangat luas ini. Allah menjelaskan bahwa Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi untuk membimbing manusia melalui wahyu kepada para rasul-Nya dan memerintahkan mereka untuk menaatinya. Ini bertujuan agar manusia sampai pada kebenaran. Dengan demikian, barang siapa mengikuti bimbingan itu berarti ia akan memperoleh kebahagiaan yang sangat berguna bagi dirinya. Akan tetapi, barang siapa yang menempuh jalan sesat maka akibatnya akan diderita dan dirasakannya sendiri. Allah swt berfirman: Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa. (al-An'am/6: 153) Dan firman-Nya: Dia (Allah) berfirman, "Ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku." (al-hijr/15: 41) Dan firman-Nya: Sesungguhnya Kamilah yang memberi petunjuk. (al-Lail/92: 12) Di samping jalan lurus itu, ada jalan yang menyimpang dari kebenaran. Apabila manusia melalui jalan itu, mereka tidak akan mencapai kebahagiaan. Jalan itu adalah jalan kesesatan, yang membawa manusia pada perpecahan dan kehancuran. Menurut ayat ini, jalan lurus yang mengantarkan manusia untuk mem-peroleh kebahagiaan hanyalah agama Islam, yaitu agama yang hanif, disyariatkan Allah dan diwahyukan-Nya kepada Nabi Muhammad saw, serta sesuai dengan fitrah manusia. Allah swt berfirman: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (ar-Rum/30: 30) Sesungguhnya Allah berkuasa untuk membimbing manusia seluruhnya untuk beragama tauhid. Akan tetapi, Allah swt Maha Bijaksana. Ia memberi hak pilih kepada manusia karena mereka memiliki akal dan pikiran untuk digunakan sebagaimana mestinya. Allah juga memberikan bimbingan wahyu kepada manusia melalui rasul-Nya, agar mereka melaksanakan tuntunan itu berdasarkan pilihannya. Firman Allah: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. (Yunus/10: 99) Untuk mendorong minat manusia melakukan amal yang baik, Allah swt menjanjikan pahala. Sebagai upaya menghilangkan kecenderungan mereka melakukan amal yang jelek, Allah juga memberi peringatan dengan ancaman yang pedih. Hal ini dimaksudkan agar manusia mau mengikuti petunjuk-Nya dan menghindari larangan-Nya.
Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu. Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan ternakmu.
Ayat-ayat berikut menjelaskan berbagai nikmat yang Allah anugerahkan kepada manusia. Dialah yang telah menurunkan air hujan dari arah langit untuk kamu manfaatkan guna memenuhi kebutuhan kamu. Sebagiannya menjadi minuman bagi kamu dan binatang-binatang peliharaanmu, dan sebagiannya yang lain dapat kamu gunakan untuk menyirami tumbuhan, yang padanya, yaitu pada tumbuhan hijau itu, kamu menggembalakan ternakmu sehingga mereka dapat makan dan menghasilkan produk yang kamu butuhkan, seperti susu, daging, dan bulu.
Allah menyebutkan nikmat yang diperoleh manusia dari langit secara langsung atau tidak langsung. Nikmat Allah yang mereka peroleh secara langsung adalah air hujan yang dapat dijadikan air minum dan keperluan lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Turunnya air hujan juga membuat udara yang panas menjadi sejuk dan menyegarkan badan. Sedang nikmat Allah yang diperoleh secara tidak langsung dari air hujan adalah air itu dapat mengairi sawah dan menghidupkan segala macam tumbuh-tumbuhan. Segala tumbuhan itu sangat bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, seperti manusia dapat menggembalakan binatang ternak mereka di padang rumput. Ayat ini merupakan salah satu dari sekian banyak ayat yang berbicara mengenai hujan dan kesuburan yang diakibatkannya. Untuk rincian mengenai hujan lihat Surah an-Nur/24: 43 dan ar-Rum/30: 48-49. Sedang-kan uraian mengenai bagaimana hujan sangat berperan untuk kesuburan dapat dilihat pada Surah Qaf/50: 9-11.