Kemudian, dia mengikuti suatu jalan (yang lain lagi).
Setelah berhasil menguasai kawasan timur, Zulkarnain melanjutkan perjalanannya.;Kemudian dia menempuh suatu jalan;menuju daerah yang lain lagi.
Kemudian dia menempuh suatu jalan lain lagi yaitu jalan antara Masyriq (arah timur) dan Maghrib (arah barat) membelok ke arah utara. Yakni ke arah dua gunung di Armenia dan Ajerbaijan.
Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana.
Dengan rahmat Allah yang demikian besar kepada hamba-Nya yang mematuhi ajaran-Nya,;mereka;akan;kekal di dalamnya.;Karena nikmat yang demikian banyak dan kepuasan di dalam surga itu;mereka tidak ingin pindah dari sana;untuk mendapatkan kenikmatan yang lain.
Mereka kekal di dalam surga dan tidak ingin pindah ke tempat lain, karena tidak ada tempat yang lebih mulia dan lebih agung pada sisi mereka kecuali surga Firdaus.
Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya sebagai tanah yang tandus lagi kering.
Dan kelak di hari kiamat, Kami benar-benar akan menjadikan apa yang di atasnya, yakni apa yang ada di atas bumi menjadi tanah yang tandus lagi kering, tidak ada lagi keindahannya. Demikianlah Allah menjadikan bumi dengan segala isinya yang dipandang indah oleh manusia sebagai sarana untuk menguji siapa di antara manusia itu yang baik perbuatannya dan siapa yang berbuat jahat. Kelak di hari kiamat kebaikan dan kejahatan itu akan mendapat pembalasan yang seadil-adilnya.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah benar-benar mampu untuk membuat apa yang ada di atas bumi ini menjadi tanah yang datar dan tandus, tidak ada tumbuh-tumbuhan yang menghiasinya. Keindahan yang semula memikat penglihatan berubah menjadi pemandangan yang kering dan pudar. Perubahan demikian itu dapat terjadi disebabkan perubahan iklim, dan dapat pula disebabkan oleh tangan manusia sendiri yang tidak mempertimbangkan akibat dari perbuatan mereka sendiri, seperti tata kota yang salah, peng-gundulan hutan, pemakaian tanah berlebih-lebihan tanpa pemeliharaan, peperangan, dan sebagainya. Dengan demikian, tidak patut bagi Nabi Muhammad untuk berduka cita bagi mereka yang anti terhadap ajaran-ajaran Islam yang dibawanya, karena Allah swt akan menguji mereka dengan menciptakan keindahan di muka bumi ini dengan menciptakan bermacam-macam benda seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral. Siapa di antara manusia yang beramal baik, Allah akan memberi pahala bagi mereka yang paling baik karena mempergunakan benda hiasan bumi itu sesuai dengan petunjuk Tuhan untuk kemanusiaan. Tetapi jika mereka mempergunakan benda-benda hiasan bumi ini untuk tidak mengikuti petunjuk-Nya, maka Allah swt kelak menjadikan bumi ini datar dan tandus. Setiap manusia akan diberi ganjaran terhadap perbuatannya yang durhaka. Dengan ayat ini Nabi Muhammad saw menjadi terhibur. Bagi Rasul saw sudah jelas, jalan yang ditempuh oleh masing-masing golongan manusia, baik yang beriman kepada Al-Qur'an dan maupun yang berpaling dari-Nya. Berbahagialah mereka yang lulus dalam ujian Tuhan itu dan sengsaralah mereka yang gagal. Tugas Rasul saw hanyalah menyampaikan petunjuk-petunjuk Allah swt. Apakah manusia beriman kepada petunjuk-petunjuk itu ataukah berpaling dari-Nya, Allahlah yang menentukannya.
Apakah engkau mengira bahwa sesungguhnya para penghuni gua dan (yang mempunyai) raqīm benar-benar merupakan keajaiban di antara tanda-tanda (kebesaran) Kami?
Apakah engkau mengira bahwa;Ashha;bul-Kahfi, yaitu;orang-orang yang mendiami gua, dan;yang mempunyai;ar-raqim itu, yaitu nama anjing mereka atau tulisan-tulisan yang memuat nama-nama mereka;termasuk tanda-tanda;kebesaran;Kami yang menakjubkan? Ya, memang;Ashha;bul-Kahf;dan;ar-raqim;adalah menakjubkan, tetapi janganlah engkau mengira bahwa itu satu-satunya tanda kebesaran Kami yang menakjubkan. Sesungguhnya banyak sekali tanda-tanda kebesaran kami yang sangat menakjubkan. Penciptaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang berada di antara keduanya adalah tanda kekuasaan Kami yang sangat menakjubkan apabila engkau memperhatikannya.
Allah menerangkan bahwa apakah Nabi Muhammad mengira bahwa kisah Ashhabul Kahf beserta raqim (batu tertulis) sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab lama adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling menakjubkan. Memang jika dilihat, peristiwa Ashhabul Kahf berlawanan dengan hukum alam. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan berbagai kejadian pada tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, dan segala mineral yang merupakan perhiasan di atas bumi ini, maka kejadian ini memang menakjubkan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah. Namun demikian, peristiwa Ashhabul Kahf itu bukan satu-satunya tanda kekuasaan Allah, tetapi hanya sebagian kecil dari bukti keagungan-Nya. Sekiranya para ulama agama lain merasa kagum dan terpesona oleh peristiwa tersebut, maka Rasulullah dan umatnya seharusnya lebih terpesona lagi oleh berbagai fenomena alam semesta dengan segala keajaibannya. Kejadian langit dan bumi, pergantian siang dan malam, peredaran matahari, bulan, planet, dan bintang-bintang atau bagaimana Allah menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah mati, semua itu merupakan bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Allah. Dia berbuat menurut kehendak-Nya, tidak seorang pun yang menolak ketetapan-Nya. Oleh karena itu, Al-Qur'an selalu mengajak manusia untuk menyelidiki rahasia alam semesta ini. Menurut riwayat Israiliyat, orang-orang Nasrani telah banyak melakukan kesalahan. Raja-raja mereka berlaku aniaya sampai menyembah berhala, bahkan memaksa rakyatnya untuk juga menyembahnya. Seorang raja mereka yang bernama Decyanus mengeluarkan perintah keras kepada rakyatnya untuk menyembah berhala-berhala itu dan menyiksa siapa yang menentang-nya. Beberapa orang pemuda dari kalangan bangsawan dipaksanya turut menyembah berhala-berhala itu, bahkan diancam akan dibunuh jika berani menolak perintah itu. Namun mereka menolaknya dan tetap bertahan dalam agama mereka. Lalu Decyanus melucuti pakaian dan perhiasan mereka. Karena masih sayang kepada remaja-remaja itu, raja membiarkan mereka hidup dengan harapan agar mau mengikuti perintahnya nanti. Raja itu juga pergi ke negeri-negeri lain untuk memaksa penduduknya menyembah berhala dan siapa yang menolak perintahnya dibunuh. Pemuda-pemuda itu kemudian pergi ke sebuah gua, yang terletak di sebuah gunung yang disebut Tikhayus, dekat kota mereka, Afasus. Di gua itu mereka beribadah menyembah Allah. Sekiranya diserang oleh raja Decyanus dan dibunuh, maka mereka mati dalam ketaatan. Jumlah mereka tujuh orang. Di tengah perjalanan ke gua, mereka bertemu seorang peng-gembala dengan seekor anjingnya yang kemudian ikut bersama mereka. Di gua itulah mereka tekun menyembah Allah. Di antara mereka ada seorang yang bernama Tamlikha. Dia bertugas membeli makanan dan minuman untuk teman-temannya dan menyampaikan kabar bahwa Decyanus masih mencari mereka. Setelah kembali dari perjalanannya, raja itu segera mencari ahli-ahli ibadah kepada Allah untuk dibunuh, kecuali bila mereka mau menyembah berhala. Berita ini terdengar oleh Tamlikha ketika dia sedang berbelanja lalu disampaikan kepada teman-temannya. Mereka menangis. Allah swt kemudian menutup pendengaran mereka sehingga mereka tertidur. Sementara itu, Decyanus teringat kembali kepada para pemuda di atas, lalu memaksa orang-orang tua mereka untuk mendatangkannya. Para orang tua itu akhirnya menunjukkan gua tempat mereka beribadah. Decyanus segera pergi ke sana dan menutup mulut gua itu agar mereka mati di dalamnya. Dalam staf pengiring raja, ada dua orang laki-laki yang tetap menyembunyikan imannya, namanya Petrus dan Runas. Kisah para pemuda yang beriman dalam gua itu diabadikan dengan tulisan di atas dua keping batu yang lalu disimpan dalam peti dari tembaga. Peti itu ditanamkan ke dalam bangunan supaya di kemudian hari menjadi teladan dan peringatan bagi umat manusia. Waktu berjalan terus, zaman silih berganti, raja Decyanus sudah dilupakan orang. Seorang raja saleh yang juga bernama Petrus memerintah negeri itu selama 68 tahun. Pada masa pemerintahannya, terjadi pertikaian pendapat di kalangan rakyat tentang hari kiamat sehingga mereka terbagi ke dalam dua golongan, yaitu golongan yang percaya dan yang mengingkari-nya. Raja sangat bersedih hati karena persoalan ini. Dia berdoa kepada Tuhan agar Dia memperlihatkan kepada rakyatnya tanda-tanda yang meyakinkan mereka bahwa kiamat itu pasti terjadi. Sementara itu, seorang pengembala kambing bernama Ulyas bermaksud membangun kandang untuk kambingnya di gua tempat para pemuda tadi. Lalu dipecahkannya tutup yang menutup pintu gua itu. Seketika itu juga, pemuda-pemuda yang beriman itu terbangun serentak dari tidurnya. Mereka duduk dengan wajah berseri-seri lalu mereka salat. Berkatalah mereka satu sama lain, "Berapa lama kalian tidur?" Dijawab oleh yang lain, "Sehari atau setengah hari." Yang lain mengatakan, "Tuhan lebih mengetahui berapa lama kalian tidur. Cobalah salah seorang dari kalian pergi ke kota dengan membawa uang perak ini dan membeli makanan yang baik dan menghidang-kannya kepada kita." Maka Tamlikha berangkat, sebagaimana biasanya sejak dahulu, untuk berbelanja secara sembunyi-sembunyi karena takut terhadap raja Decyanus. Sewaktu dia berjalan, terdengar olehnya orang-orang menyeru Isa al-Masih di segala penjuru kota. Dia berkata dalam hati, "Alangkah anehnya, mengapa orang mukmin itu tidak dibunuh oleh Decyanus?" Dia masih merasa heran, "Barangkali aku bermimpi atau kota ini bukan kotaku dahulu," katanya dalam hati. Lalu dia bertanya kepada seorang laki-laki tentang nama kota itu. Lelaki menjawab, "Ini kota Afasus." Pada akhir perjalanan, dia datang kepada seorang laki-laki dan memberikan uang logam untuk membeli makanan. Laki-laki itu kaget setelah melihat uang logam tersebut karena belum pernah melihatnya. Dia membolak-balik uang logam itu kemudian diperlihatkannya kepada kawan-kawannya. Mereka merasa heran dan berkata, "Apakah uang ini dari harta yang kamu temukan tersimpan dalam tanah? Uang logam ini dari zaman raja Decyanus, satu zaman yang sudah lewat berabad-abad lamanya." Kemudian Tamlikha dibawa ke hadapan dua orang hakim di kota itu. Mulanya Tamlikha mengira dia akan dibawa kepada raja Decyanus sehingga ia menangis. Tetapi setelah mengetahui raja telah berganti, lenyaplah kesedihannya. Kedua hakim kota itu, Areus dan Tanteus, bertanya kepada Tamlikha, "Di manakah harta terpendam yang kamu temukan itu, wahai anak muda?" Sesudah terjadi pembicaraan antara mereka, maka Tamlikha menceritakan kisah para pemuda itu dengan raja Decyanus, dan dia mengajak kedua hakim itu pergi menengok ke gua untuk membuktikan kebenaran kisahnya. Lalu keduanya pergi bersama-sama Tamlikha, hingga sampai ke pintu gua itu, dan mereka mendengarkan semua kisah tentang penghuni gua itu dari Tamlikha. Kedua hakim tersebut merasa heran setelah mengetahui bahwa mereka tidur dalam gua itu selama 309 tahun. Mereka dibangunkan dari tidur untuk menjadi tanda kekuasaan Tuhan kepada manusia. Kemudian Areus masuk dan melihat sebuah peti dari tembaga, tertutup dengan segel. Di dalamnya terdapat dua batu bertulis yang menceritakan kisah pemuda itu, sejak mereka melarikan diri dari kerajaan Decyanus demi memelihara akidah dan agama mereka, sampai kemudian Decyanus menutup pintu gua itu dengan batu. Setelah Areus dan kawan-kawannya membaca kisah ini, mereka bersyukur dan langsung sujud kepada Allah dan mereka segera mengirim utusan kepada raja Petrus agar cepat-cepat datang untuk menyaksikan tanda kekuasaan Allah yang ada pada pemuda-pemuda yang dibangkitkan sesudah tertidur 300 tahun. Raja kemudian berangkat beserta rombongan pengawal dan penduduk negerinya menuju negeri Afasus. Hari ini merupakan hari penetapan keputusan tentang hari kebangkitan, hari yang yang tak terlupakan. Ketika raja melihat pemuda-pemuda itu, dia langsung sujud kepada Allah, memeluk pemuda-pemuda itu, lalu menangis. Pemuda-pemuda itu terus memuji Tuhan. Mereka berkata kepada raja, "Wahai Raja, selamat tinggal, semoga Allah melindungi kamu dari kejahatan manusia dan jin." Lalu mereka kembali ke pembaringan dan ketika itu Allah swt mencabut rohnya. Untuk memberikan penghormatan kepada arwah para hamba Allah suci ini, raja memerintahkan agar masing-masing mereka dibuatkan peti jenazah dari emas. Tetapi pada malam harinya raja bermimpi melihat mereka, dan berpesan kepadanya:, "Biarkanlah kami sebagaimana adanya dalam gua ini, kami tidur di atas tanah sampai hari kiamat datang." Oleh karenanya, raja memerintahkan agar jenazah-jenazah itu dihamparkan di dalam sebuah peti kayu dan melarang setiap orang untuk masuk ke dalam gua itu. Raja memerintahkan pula agar di pintu gua dibangun tempat ibadah, dan hari wafatnya dijadikan hari besar. Orang-orang Nasrani menjadikan kisah ini sebagai bukti kekuasaan Allah untuk menunjukkan adanya hari kiamat. Tetapi Al-Qur'an menjelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah untuk mengadakan hari kebangkitan dan mengembalikan roh kepada jasadnya sesudah mati bukanlah terbatas pada kisah itu saja. Ayat-ayat yang menunjukkan kekuasaan-Nya untuk menun-jukkan adanya hari kiamat, tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena itu, perhatikanlah alam semesta ini dengan segala isinya.
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab Suci (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak membuat padanya sedikit pun kebengkokan.
Pada akhir Surah al-Isra;, Rasulullah diperintah agar memuji Allah dan menyucikannya dari segala kekurangan. Surah ini dimulai dengan menyampaikan kewajaran Allah menyandang pujian itu dengan mengingatkan tentang keharusan memuji dan menaati perintahnya sesuai dengan yang digariskan agama dalam kitab suci Al-Qur'an.;Segala puji;hanya tertuju;bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya,;yaitu Nabi Muhammad;Al-Kitab, yakni Al-Qur'an,;dan Dia tidak membuat padanya kebengkokan, baik redaksi maupun maknanya. Ayat demi ayatnya saling menjelaskan tidak ada pertentangan satu dengan lainnya.
Dalam ayat ini Allah swt memuji diri-Nya, sebab Dialah yang menurunkan kitab suci Al-Qur'an kepada Rasul saw sebagai pedoman hidup yang jelas. Melalui Al-Qur'an, Allah memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Ayat Al-Qur'an saling membenarkan dan mengukuh-kan ayat-ayat lainnya, sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan. Nabi Muhammad saw yang menerima amanat-Nya menyampaikan Al-Qur'an kepada umat manusia, disebut dalam ayat ini dengan kata 'hamba-Nya untuk menunjukkan kehormatan yang besar kepadanya, sebesar amanat yang dibebankan ke pundaknya.
(Dia juga menjadikannya kitab) yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik.
Al-Qur'an diturunkan sebagai bimbingan yang lurus dan sempurna, tidak berlebihan dan tidak kurang di dalam tuntutan dan hukum-hukumnya, dengan tujuan untuk memperingatkan umat manusia akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya yang menimpa mereka yang tidak percaya, dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang kokoh imannya yang senantiasa mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik, yaitu surga beserta kenikmatannya.
Allah swt menerangkan bahwa Al-Qur'an itu lurus, yang berarti tidak cenderung untuk berlebih-lebihan dalam memuat peraturan-peraturan, se-hingga memberatkan para hamba-Nya. Tetapi juga tidak terlalu singkat sehingga manusia memerlukan kitab yang lain untuk menetapkan peraturan-peraturan hidupnya. Al-Qur'an diturunkan kepada Muhammad saw agar beliau memperingatkan orang-orang kafir akan azab yang besar dari Allah, karena keingkaran mereka kepada Al-Qur'an. Juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan memperoleh pahala yang besar dari-Nya, karena keimanan mereka kepada Allah dan rasul-Nya, serta amal kebajikan yang mereka lakukan selama hidup di dunia.
Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Mereka kekal di dalamnya, yakni di dalam surga,;untuk selama-lamanya.
Pahala yang besar itu tidak lain adalah surga yang mereka tempati untuk selama-lamanya, mereka tidak akan pindah atau dipindahkan dari surga itu, sesuai dengan janji Allah swt kepada mereka. Firman Allah swt: Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal perbuatan yang telah kamu kerjakan. (az-Zukhruf/43: 72)
(Dia menurunkan Al-Qur’an itu) juga agar Dia memberi peringatan kepada orang-orang yang berkata, “Allah mengangkat seorang anak.”
Dan Kitab suci Al-Qur'an juga diturunkan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, "Allah telah mengambil seorang anak sebagaimana kepercayaan orang Yahudi dan Nasrani."
Dalam ayat ini Allah kembali menyebutkan tugas Rasulullah untuk memberikan peringatan kepada kaum kafir, karena kekufuran mereka dipandang perkara besar oleh Allah, terutama orang-orang kafir yang mengatakan Allah itu mempunyai anak. Mereka itu terbagi menjadi tiga golongan, yaitu: pertama, golongan musyrikin Mekah (Arab) yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu putri Tuhan; kedua, golongan orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair putra Tuhan; dan ketiga, golongan orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa putra Tuhan. Al-Qur'an diturunkan ke dunia untuk mengembalikan kepercayaan umat manusia kepada tauhid yang murni. Banyak ayat-ayat yang mengancam berbagai kepercayaan kepada selain Allah yang dianggap sebagai keyakinan yang sangat keliru. Firman Allah swt: Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (at-Taubah/9: 30)
Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang (hal) itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah besar (dosa) perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka.
Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, yak-ni apa yang mereka ucapkan bahwa Allah mempunyai anak,;begitu pula nenek moyang mereka, yang menjadi panutan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang apa yang mereka ucapkan.;Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, itulah kata-kata yang menyatakan kekufuran dan;mereka;dengan ucapannya itu tidak lain;hanya mengatakan kebohongan belaka.;Tidak ada dasar sedikit pun dan tidak ada alasan yang membenarkan apa yang diucapkannya.
Anggapan mereka bahwa Allah mempunyai anak sama sekali tidak didasarkan atas pengetahuan dan keyakinan mereka sendiri, tetapi didasarkan atas persangkaan yang tidak benar atau taklid buta kepada nenek moyang mereka. Padahal, nenek moyang mereka itu juga tidak mempunyai pengetahuan dan dasar keyakinan tentang kepercayaan yang demikian. Sungguh terlalu jelek ucapan mereka itu, yang tidak lahir dari pikiran yang sehat, tetapi begitu saja keluar dari mulut yang lancang. Allah menegaskan bahwa apa yang diucapkan mereka itu adalah kekafiran yang sangat besar, karena tidak didasarkan atas keyakinan, dan tidak patut diucapkan oleh seorang manusia. Kelancangan mereka mengucapkan kalimat kufur itu ditegaskan Allah sebagai suatu kebohongan, yang tidak mengandung kebenaran. Allah swt mengingatkan Rasul untuk memerintah-kan kepada umatnya supaya kembali kepada agama tauhid, sebagaimana yang diajarkan Al-Qur'an. Firman Allah: Katakanlah (Muhammad), "Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. (ali 'Imran/3: 64)
Maka, boleh jadi engkau (Nabi Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).
Maka akibat ucapan dan perbuatan kaum musyrikin itu, barangkali engkau wahai Nabi Muhammad akan membunuh dirimu sendiri karena bersedih hati dan sangat kecewa setelah mereka berpaling dari dirimu dan menolak tuntunan yang engkau sampaikan, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini, yakni Al-Qur'an. Wahai Nabi Muhammad, janganlah bersedih hati karena perkataan dan perbuatan mereka. Engkau hanya diutus menyampaikan wahyu kepada mereka, dan tidak dibebankan kepadamu menjadikan mereka beriman.
Menurut riwayat Ibnu 'Abbas bahwa 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah bin Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, an-Nadhar bin Harits, Umayyah bin Khalaf, al-Asya bin Wa'il, al-Aswad bin Muththalib, dan Abu Buhturi di hadapan beberapa orang Quraisy mengadakan pertemuan. Rasul saw merasa susah melihat perlawanan kaumnya kepadanya dan pengingkaran mereka terhadap ajaran-ajaran yang dibawanya, sehingga sangat menyakitkan hatinya. Lalu turunlah ayat ini. Dalam ayat ini, Allah swt mengingatkan Rasul saw agar tidak bersedih hati, hingga merusak kesehatan dirinya, hanya karena kaumnya tidak mau beriman kepada Al-Qur'an dan kenabiannya. Hal demikian itu tidak patut membuat Nabi sedih karena tugas beliau hanyalah menyampaikan wahyu Ilahi kepada mereka, sedangkan kesediaan jiwa mereka untuk menerima kebenaran ayat-ayat tersebut tergantung kepada petunjuk Allah swt. Firman Allah swt: Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (al-Baqarah/2: 272) Sesungguhnya Nabi Muhammad bersedih hati karena hasratnya yang besar dan kecintaannya yang dalam terhadap kaumnya supaya mereka beriman, tidak tercapai. Beliau diberi gelar habibullah artinya kekasih Allah, maka sifat kasih sayang beliau yang sangat menonjol kepada sesama manusia itu adalah pencerminan dari cintanya kepada Allah. Semakin kuat cinta kepada Allah, semakin besar pula kasihnya kepada manusia, bahkan manusia itu dirasakan sebagai dirinya. Oleh karena itu, ketika kaumnya menjauhkan diri dari bimbingan Allah swt dan rasul-Nya, beliau merasakan kejadian itu sebagai pukulan berat bagi dirinya. Bukankah kaum yang jauh dari hidayah Allah pada akhirnya akan hancur, dan beliau sendiri akan menyaksikan kehancuran mereka itu. Hati yang sangat iba terhadap mereka menjadi penghalang kebenaran, apapun pendorongnya, dan dapat mengham-bat jalan kebenaran itu sendiri. Maka Allah swt mengingatkan Rasul saw agar tidak mengindahkan tanggapan kaum musyrikin yang menjadi peng-halang tersebarnya agama Islam, tetapi terus menyampaikan dakwahnya dengan bijaksana. Sebab mereka itu adalah manusia yang telah dikaruniai akal pikiran. Dengan akal pikiran itu, manusia dapat merenungkan kebenar-an ayat-ayat Al-Qur'an dan ayat-ayat kauniyah (alam) seperti benda-benda yang terdapat dalam alam ini.