"Sejak tahun 2001, kami menghadapi tantangan yang sulit. Sejak itu kehidupan keagaamaan tidak lagi sama dengan sebelumnya", ujarnya.
"Komunitas Muslim sendiri sedang mengalami krisis. Radikalisme memang menguat. Namun kami juga adalah warga Perancis. Kebijakan yang membatasi penggunaan hijab di sekolah negeri bisa kami mengerti mengingat sejarah perlawan Perancis yang panjang terhadap klerikalisme agama (Katolik), tetapi kebijakan itu membuat kami merasa berbeda, dibedakan," demikian Sarah menjelaskan.
Ditemani teh Maroko yang asoy kami bercerita panjang lebar, termasuk bagaimana Islamofobia mengemuka di dunia kerja.
Sarah baru saja selesai S2 di bidang hukum di Sorbonne dan sedang mencari kerja. Saya tidak bertanya umur dia berapa, punya pacar atau belum.
"Jika dapat perusahaan dan bos yang enak, kita bisa beribadah di tempat kerja, tetapi umumnya tidak bisa. Tempat kerja adalah ruang publik yang terlarang bagi agama," tukasnya.
Sarah mengundang kami untuk mengikuti kegiatan remaja muslim di Masjid Agung Paris, sebuah masjid yang memang dikenal berusaha secara gigih menjembatani Islam dan Perancis. Kami akan usahakan datang. Dia juga meminta kami untuk bercerita tentang Indonesia, termasuk kehidupan keagamannya. Baginya Indonesia adalah negeri yang indah dan populasi muslimnya adalah yang terbesar di dunia.
"Kami ingin belajar juga dari kalian", pungkasnya.