Pada prinsipnya, Raos
merupakan konsep yang dikembangkan melalui ilmu Kawruh jiwa, ia
dikembangkan dalam bentuk saintifikasi keilmuan secara ilmiah dan pada tataran
tertentu ia masuk dalam terminologi ilmu psikologi. Ilmu kawruh jiwa sendiri adalah
pengetahuan tentang jiwa. Konsep dasar yang sangat penting dari pemikiran Ki
Ageng Suryamentaram (1892-1962, selanjutnya disingkat KAS) adalah rasa. Kawruh jiwa
adalah konsep pengenalan diri yang merupakan hasil kontemplasinya selama puluhan
tahun. Prosesnya dikenal dengan pangawikan diri atau filsafat rasa.
Tokoh yang pertama kali melakukan
pengilmuan terhadap kawruh jiwa adalah Ryan Sugiarto yang merupakan ahli
psikologi dari Universitas Gajah Mada. Raos pada akhirnya menjadi bidang
teori psikologi yang sudah dipatenkan melakui hasil riset dan pengembangan yang
mendalam serta sistematis. Sehingga penulis akan meletakkan konsep Raos
ini dalam terminologi ilmu psikologi modern yang telah diakui basis akademiknya
oleh para ilmuwan psikologi di Indonesia.
Menurut Sugiarto (2015),
teori Psikologi Raos adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia,
sesuatu yang tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, tidak dapat ditangkap
oleh panca indera tetapi keberadaannya dan sifat-sifatnya dapat dirasakan
sehingga harus diakui keberadaannya untuk mencapai derajat manusia seutuhnya,
manusia tanpa ciri (sampurnaning manungso). Sugiarto menuturkan bahwa
formalisasi Kawruh Jiwa menjadi Psikologi Raos dirasa penting
untuk mewujudkan dan membangun ilmu sosial Nusantara, pada rumpun ilmu
humaniora khususnya pada aras ilmu pengetahuan psikologi.
Dalam konteks ini, harus
dikatakan bahwa konsep Raos memiliki keselarasan makna dan tujuan dengan
ilmu Kawruh Jiwa. Namun dalam bentuknya yang paling mutakhir, sebagaimana
dikatakan di atas, bahwa Kawruh Jiwa ditransformasikan menjadi ilmu
Psikologi Raos pada tataran yang lebih teoritis dan ilmiah. Dalam hal
ini, penulis akan mencoba menverifikasi secara ilmiah Kawruh Jiwa KAS
dalam bentuknya yang lebih sistematis.
Di era setelah
kemerdekaan, KAS lebih leluasa untuk berpikir dan merasakan makna hidup dan
bahagia. Wejangan-wejangan itu kemudian disebarluaskan pada orang lain
untuk membuktikan apakah orang lain juga merasakannya, mengalami, seperti apa
yang dirasakan atau dialaminya. Jika ternyata itu juga dirasakan atau dialami
oleh orang lain maka wejangan, kawruh, atau pengetahuan itu
memiliki sifat universal. KAS membuktikan sendiri (verifikasi ilmiah) dengan
dua cara.
Pertama, Kandha takon.
Cara ini dilakukan oleh KAS untuk membuktikan secara mandiri pemahamannya (wejangannya)
kepada setiap orang yang bersedia untuk berdialog atau tanya jawab dalam
pertemuan jungkring salaka. Konsep Kandha takon adalah konsep tentang
pertemuan (pethukan). Kandha diartikan dengan “menurun” dan takon
dengan “menaik”. Penyampain hasil “bertemu orang” yang ternyata juga dirasakan
oleh orang lain ini dapat dikatakan sebagai bentuk intersubjektif (hubungan
antar subyek) yang menguji bukti-bukti kebenaran kawruh jiwa KAS.
Kedua, menulis Surat dan
Aforisme. KAS menulis dan berbalas surat dengan kolega-koleganya untuk
memperoleh kesepahaman, memberikan wejangan dengan orang lain yang
membutuhkan. Ada 28 surat sebagaimana tercatat dalam buku langgar.
Secara aksiologis, teori
Psikologi Raos mempunyai cara untuk mempelajari Aku, rasa, dan
mawas diri dengan tujuan menjadikan manusia seutuhnya. Cara tersebut adalah pangawikan
pribadi atau pengendalian diri. Yoshimichi menyebutkan, sebagai bentuk
aksiologi, Kawruh Jiwa mempunyai potensi besar untuk menyelamatkan
orang-orang yang menderita akibat raos dan kesulitan-kesulitan yang
dirasakan dan dialami manusia. Psikologi Raos yang diangkat dari Kawruh
Jiwa KAS ini memiliki sifat dan ciri dasar. Kesimpulan itulah yang
dirumuskan oleh Yoshimachi.
Sebagaimana dikatakan di
atas, bahwa jiwa merupakan bagian dari manusia yang tidak dapat diraba, tidak
dapat dilihat, tetapi keberadaannya dapat dirasakan sehingga dapat diakui
keberadaannya. Karena itu, jiwa adalah raos. Sedangkan kawruh dalam
bahasa Indonesia tidak hanya dimaknai sebagai ilmu dalam konteks ilmu
pengetahuan yang menekankan pada aspek kognitif semata, tetapi lebih dari itu, kawruh
juga melibatkan aspek akal dan budi.
JadiKawruh Jiwa
adalah kawruh atau pengetahuan tentang raos. Kawruh Jiwa
merupakan pengetahuan untuk mengetahui jiwa atau raos dengan segala
sifat-sifatnya. Maka Kawruh Jiwa adalah ilmu pengetahuan yang melibatkan
aspek nalar dan budi wening (raos) dengan segala sifat-sifatnya.
Dalam Psikologi Raos yang diangkat dari Kawruh Jiwa KAS, komponen
raos atau jiwa ada tiga, yaitu aku, karep, dan Kramadangsa.
Dalam banyak tulisannya,
KAS tampak menghindari istilah ngelmu, karena berkonotasi negatif. Maka istilah
yang digunakan adalah “Ilmu Jiwa”. Jika manusia cerdik memikirkan setiap
kejadian, maka akan semakin banyak pengetahuan yang didapatkan. Jangan sampai
kehabisan “rasa prihatin” dalam hidup ini. Rasa prihatin ini akan muncul
sebagai pengetahuan bukan justru menjadi momok yang membuat frustasi dan
tertekan.
Dengan demikian, teori di
atas dinamakan dengan teori Raos dalam ilmu jiwa atau psikologi. Secara ontologimempelajari teori ini bertujuan untuk mencapai
derajat manusia yang seutuhnya. Dari sisi epsitmologi teori Raos
memiliki objek material yakni manusia, sedangkan objek formal yang dikaji di
dalamnya adalah Raos atau jiwa dengan fokus ruang lingkup kajiannya
kehidupan jiwa manusia dan sistematika pokok pembahasan: Aku, Rasa, Mawas
Diri.Sementara secara aksiologi, sebagaimana dikatakan di atas, teori Raos
mempunyai cara untuk mempelajari Aku, rasa, dan mawas diri dengan tujuan
menjadikan manusia seutuhnya.
Meskipun teori ini masih
asing di tengah-tengah khazanah keilmuan dunia modern, dan bahkan di
tengah-tengah masyarakatnya sendiri, namun teori dan bahkan dunia modern harus
melihat secara serius, oleh karena teori ini memiliki beberapa keistimewaan,
yaitu mampu menggerakkan perubahan, menolak otoritarianisme, berciri
egalitarianisme, bersifat demokratik, membebaskan, berwatak komunalisme, dan
menolak materialisme. Selain itu teori Raos juga mengajarkan adanya
penekanan pada konsep raos timbang pikiran, yang melengkapi
kecenderungan dunia modern yang rasionalistik.