Malam ini publik dibuat adem dengan islah (berdamai)-nya antara Rais Amm, Kiai Miftah dan Ketua Umum, Gus Yahya. Tangis haru dan lantunan shalawat menggema tatkala Gus Yahya berjabat tangan seraya berpelukan dengan K.H. Miftahul Akhyar.
Acara yang digelar di Ponpes Lirboyo tersebut berlangsung dengan hangat dan penuh kekeluargaan, pun telah disepakati secara bersama bahwa Muktamar NU ke-35 akan diselenggarakan secepatnya. Menilik rentetan dinamika NU yang baru saja memasuki abad kedua ini, ada beberapa hal menarik yang nantinya akan dikenang sebagai sejarah pada generasi mendatang.
Adapun hal menarik tersebut adalah terpatrinya nama Kiai Mif dan Gus Yahya secara abadi dalam sebuah majmu’at (kumpulan) kitab karya ulama’ Nusantara sepanjang 500 tahun yang berjudul “Tsaquf Al-Akhyar fii Mu’allafat Al-Ulama’ Al-Indonesia”.
Meski beberapa pihak yang membaca judul kitab tersebut terkesan judulnya seakan dipaksakan, namun hakikat penamaan kumpulan 12 karya ulama’ Nusantara yang kala itu dijadikan cinderamata bagi para ulama’ internasional pada acara Muktamar Internasional Fiqih Peradaban yang digelar pada 06 Februari 2023 di Hotel Shangri La Surabaya, Jawa Timur ternyata mengandung sebuah do’a yang begitu mendalam.
Bahwa meskipun NU di awal abad keduanya diguncang oleh badai yang begitu dahsyatnya, badai tersebut diharapkan akan berhenti dengan sendirinya dan kini semuanya terjawab melalui proses islah tersebut. Hal menarik lainnya adalah Pesantren Lirboyo pernah menjadi tuan rumah Muktamar NU pada tahun 1999.
Dengan berlangsungnya proses islah yang penuh kehangatan dan kekeluargaan ini, maka sekali lagi Pesantren Lirboyo kembali menjadi saksi sejarah dinamika perpolitikan NU untuk yang keempat kalinya. Setelah yang pertama gesekan NU dan PKI pada tahun 1948, kemudian yang kedua gesekan yang sama pada tahun 1965, lalu yang ketiga adalah pelaksanaan Muktamar di tahun 1999, dan yang keempat adalah peristiwa islah ini.
Maka kami sebagai jama’ah NU dari kalangan grassroot (akar rumput) tatkala menengok akan peliknya dinamika ini yang kemudian berakhir dengan haru dan bahagia hanya dapat berdo’a semoga jam’iyyah ini yang menjadi benteng Ahlussunnah wal Jama’ah di Indonesia yang selalu dijaga oleh Allah dan Rasulullah dari tangan-tangan licik yang ingin menghancurkannya. Amiin Allahumma Amiin..