Ketika menjadi Ketua PWNU Jawa Timur, KH. A. Hasyim Muzadi memerintahkan Pak Masykur Hasyim, sebagai aktivis GP Ansor, mengumpulkan Banser se-provinsi. Dengan persiapan yang matang, para Banser menggelar apel besar di Sidoarjo. Ini adalah di antara parade akbar Banser di era Orde Baru.
Agar apel berjalan meriah, Banser dari Pamekasan, Madura, datang membawa satu grup drumband. Mereka punya drumband ikonik di zamannya. Perjalanan mereka ditempuh via laut, dari dermaga Pamekasan ke Probolinggo, lalu lanjut ke Sidoarjo. Kehadiran mereka ditunggu peserta lain. Apalagi, saat itu Pangdam V Brawijaya, Mayjend. Sugeng Wiyoto dan Komandan Banser Pusat, Anwar Muis, juga hadir. Kehadiran drumband Banser Pamekasan yang dikenal punya atraksi yang heboh itu semakin ditunggu-tunggu.
Ketika drumband ini tampil, penonton bersorak heboh. Tapi, tak berselang lama, satu per satu personilnya ambruk. Drumbband kocar-kacir. Penonton panik. Alamaaaak. Apa yang terjadi, saudara-saudara? Ternyata mereka belum ada yang sarapan pagi!
“Lagi pula ketika dalam perahu, mereka mabuk laut karena ombaknya besar. Makanya banyak yang ambruk,” kata Pak Masykur Hasyim tersenyum kecut mengenang peristiwa tersebut.
Ada-ada saja…..
(Sumber: Ahmad Millah Hasan, Biografi A. Hasyim Muzadi: Cakrawala Kehidupan (Jakarta: Keira, 2018), 122-133).