Peringatan Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April setiap tahun, pada tahun 2021 ini secara internasional diperingati dengan tajuk “Restore Our Earth” atau Memulihkan Bumi Kita.
Pemilihan tema tersebut adalah untuk mengingatkan kita akan bahaya pemanasan global yang dampaknya makin hari makin dirasakan penduduk dunia.
Bisa kita rasakan dengan peningkatan suhu udara, curah hujan yang sangat tinggi, dan badai siklon, yang semuanya itu menimbulkan bencana alam diberbagai belahan dunia.
PBB mengajak seluruh negara untuk segera berperan aktif mengambil bagian mencegah semakin rusaknya bumi kita akibat pemanasan global yang meningkat secara signifikan sebagai efek dari peningkatan produksi “gas rumah kaca” yang sudah sangat mengancam kelestarian kehidupan di bumi ini.
Beberapa komunitas pecinta lingkungan, utamanya di Depok, berpartisipasi memeringati Hari Bumi 2021 dengan serangkaian kegiatan. Kegiatan dari 22–24 April itu meliputi penanaman bibit pohon, penghijauan di bantaran sungai Ciliwung Depok, dan penuangan cairan eco enzyme ke Sungai Ciliwung.
Penuangan EE sebanyak 50 liter ke Ciliwung tersebut merupakan satu upaya untuk menghilangkan polutan-polutan berbahaya yang berasal dari sampah dan limbah yang mencemari sungai. Selain itu juga untuk memulihkan kembali ekosistem sungai yang sehat dan alami.
Mengambil lokasi di Perumahan Permata Depok, Kelurahan Pondok Jaya tepatnya di Sektor Mirah 2 yang berada tepat di pinggiran Sungai Ciliwung, beberapa komunitas meliputi Komunitas Depok Eco Enzyme, Kagama Cinta Sungai, RoSAI, Depok Berkebun, Sendalu Permaculture, Teras Kamala, dan Earth Hour Depok mengajak masyarakat luas untuk berperan aktif mencegah peningkatan pemanasan global.
Kegiatan ini didukung dan dihadiri oleh Kadis DLHK Depok: H. Etik, Lurah Depok: Mulyadi S.Ag, Ketua RW 07 Pondok Jaya: Bambang Sancoko, Ketua RT 06 Permata Depok: Hendra, dan para pengurus RT setempat.
Diawali dengan penanaman bibit pohon penghijauan secara simbolis oleh Kadia DLHK, Lurah Pondok Jaya, Ketua RW dan Ketua RT Permata Depok, serta berapa dari perwakilan komunitas di atas.
Pius Wisnu dari Komunitas Depok Eco Enzyme dan Kagama Cinta Sungai mengatakan, pesan yang ingin disampaikan dalam peringatan Hari Bumi ini adalah bahwa sumber kehidupan seluruh mahluk di atas bumi adalah nadi kehidupan bumi. Oleh karena itu, bumi harus kita jaga sebagaimana bumi telah menjaga kita.
“Dengan memulihkan ekosistem sungai yang sehat alami bebas dari pencemaran melalui penuangan eco enzyme, serta menjaga kebersihan sungai dari sampah dan limbah, maka kelestarian bumi akan ikut terjaga,” kata Pius.
Bersikap Adil
Besikap adil adalah syarat minimal yang semustinya dilakukan setiap manusia ketika berhubungan dengan orang lain dan makhluk lain, termasuk alam dan lingkungan. Namun, bahkan syarat minimal itu pun tidaklah mudah, karena ego manusia.
Oleh karen itulah Allah Swt. terus mengingatkan di dalam Al-Qur’an, seperti di dalam Surat Al-Maidah Ayat 8, “Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. Dari sana, makna takwa bisa diseret ke dalam banyak hal.
Adalah masuk akal jika manusia harus berlaku adil terhadap lingkungan, karena sesungguhnya alam ini pun bukan milik kita. Bahwa Tuhan yang menciptakan apa yang ada di bawah langit dan di atas bumi.
Masih di Surat Al-Maidah (96), Allah mempersilakan manusia menyantap hidangan laut. “Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu…”
Maka itu, berlaku adil terhadap tanah, sungai, dan laut adalah keniscayaan. Untuk itulah berbagai komunitas ini berkumpul untuk sedikit berbuat sesuatu dan tidak mandek sampai di sini.
Penekanan yang sama juga disampaikan oleh Puji Nurwanto dari Depok Berkebun, bahwa sesungguhnya bumi adalah istana yang memberikan kehidupan bagi kita, sehingga kewajiban setiap makhluk untuk menjaganya agar tetap lestari dan gemah ripah lohjinawi.
Menurut Alamsayah dari ROSAI, kegiatan ini adalah ikhtiar kita untuk meruwat bumi, menjaga lingkungan kita. “Semoga semakin banyak komunitas yang peduli, sehingga gerakan-gerakan yang mungkin dianggap kecil ini, nantinya menjadi gelombang besar, melahirkan kesadaran kolektif masyarakat,” katanya.
Betul. Merawat bumi tidak bisa hanya sekali dua kali atau sewaktu momen Hari Bumi saja, namun harus berkesinambungan. Manfaatnya, biota laut dan fitoplankton sebagai penyumbang 70% oksigen di bumi ini akan tetap hidup terbebas dari kepunahan akibat pencemaran yang sebagian besar berasal dari daratan.
Limbah rumah tangga adalah penyumbang sampah terbesar, sekitar 60% dari total sampah yg dihasilkan setiap hari. Sekitar 48% dari sampah rumah tangga itu adalah sampah organik.
“Jadi, bisa kita cegah dan kurangi dengan signifikan, dengan mengolah sampah organik yang masih segar menjadi eco enzyme yang memiliki berbagai manfaat, satu di antaranya adalah menggantikan bahan-bahan kimia sintetik dalam rumah tangga (pembersih lantai, sabun cuci, sabun mandi, sampo),” kata Susi Ivvaty dari Kagama Cinta Sungai.
Pius Wisnu menambahkan, manfaat lain eco enzyme adalah meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta pohon penghijauan. Lalu juga menjernihkan air dan udara dari polutan. Sungguh sebuah disinfektan alami ramah lingkungan.
“Yang tak kalah pentingnya, dalam proses pembuatannya eco enzyme ini, juga menghasilkan ozone yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi dan menghambat peningkatan pemanasan global,” kata Pius, yang juga aktif di berbagai komunitas lingkungan hidup.
Anis Hidayah dari ROSAI menambahkan, semua masyarakat terutama perempuan agar jangan lelah untuk menjaga bumi. Bisa dimulai dengan mengurangi plastik, memilah sampah, lalu selanjutnya mengolah sampah organik menjadi pupuk organik cair, kompos, dan eco enzym. “Menanam kebutuhan sehari-hari secara organik dengan meninggalkan pupuk kimia juga penting,” kata Anis.