Sedang Membaca
Kisah Hikmah Klasik (8): Nabi Muhammad Tertawa Melihat Tingkah Sulaiman bin Shakher

Mahasantri Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Situbondo dan Pengajar di PP. Salafiyah Dawuhan.

Kisah Hikmah Klasik (8): Nabi Muhammad Tertawa Melihat Tingkah Sulaiman bin Shakher

Ilustrasi Sahabat Nabi 190815134838 143

Nabi Muhammad juga merasakan kebahagiaan hingga tertawa ketika mengalami momen lucu. Sudah menjadi fitrah kemanusiaan saat melihat kejadian lucu akan tertawa. Tertawa bagi Rasulullah tidak membuat integritas kenabiannya menjadi runtuh. Sama sekali tidak menurunkan martabat beliau sebagai pemimpin agama dan negara. Inilah salah satu bukti sejarah yang membuat Nabi senang dan tertawa lepas.

Suatu ketika, Nabi Muhammad mengalami hal lucu yang membuat beliau tertawa pada saat bulan Ramadan. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahih-nya [145/8].Hitung-hitung, sebagai hiburan di siang yang panas menyengat daerah Hijaz tatkala bulan puasa tiba.

Berawal dari seorang Badui, namanya Sulaiman bin Shakher al-Bayaadi, ada yang mengatakan Salamah. Panas-panas sebagaimana kondisi kota Hijaz, ia rela pergi menemui Nabi demi menanyakan status hukum dari perbuatannya. Karena pada siang bolong di bulan Ramadan, ia tidak kuat menahan diri untuk tidak berhubungan intim dengan istrinya. Setelah sampai, ia mengadukan.

“Mampus aku! Ya Rasulullah.”

“Apa yang membuatmu mampus Sulaiman?” sergah Nabi kebingungan.

Lalu Sulaiman bilang agak takut dimarahi oleh Nabi,

“Wahai Nabi, aku telah melakukan hubungan intim dengan istriku di bulan Ramadan ini.”

Mengetahui asal-muasalnya, Nabi langsung menyuruh untuk memerdekakan budak kepada Sulaiman sebagai tebusan dosa atas tidak puasanya. Akan tetapi, Sulaiman tidak memiliki budak untuk dimerdekakan. Lantas Nabi menyuruh untuk berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

Baca juga:  Hikmah: Ilmu yang Telah Menjadi “Laku”

Mendengar kafarat yang kedua ini, badui ini agak kesal, ia menimpali,

“Ya… Rasulullah, jangankan puasa dua bulan berturut-turut, puasa satu bulan penuh saja saya sudah tidak kuat untuk melakukan hubungan intim apa lagi dua bulan? Sungguh aku tidak akan mampu melaksanakan itu, wahai Nabi!”

Ternayata alasan yang diajukan oleh badui masuk akal, sehingga Nabi Muhammad memberikan ttoleransi dan mencari solusi kafarat apa yang cocok untuk Badui ini. Kemudian Nabi memerintahkan kepada Sulaiman untuk memberi makan orang miskin.

Lagi-lagi si Badui ini ngeles bahwa ia tidak memiliki makanan untuk dikasihkan kepada orang miskin, dia sendiri juga miskin. Nabi pun kebingungan, semua hal-hal yang diperintahkan tidak ada yang mampu untuk dilaksanakan. Sementara kalau tidak diberi sangsi, khawatir akan mengentengkan puasa, namun beliau juga tidak ingin memberatkan umatnya.

Di tengah kebingungannya, Nabi mempersilakan Badui itu duduk dulu. Sementara Nabi sendiri sedang mencari solusi, akhirnya secara “terpaksa” Nabi Muhammad mengambil wadah yang berisi kurma kering (makanan pokok di Madinah tempo dulu) miliknya beliau yang berada di dalam rumah untuk dikasihkan kepada si Badui guna disedekahkan kepada orang-orang miskin sebagai sangsi dari perbuatannya.

Sambil lalu membawa kurma pada Sulaiman, beliau memerintahkan kepadanya untuk bersedekah dengan kurma yang telah diberikan itu kepada orang-orang miskin yang se-desa.

Baca juga:  Fenomena dan Kebutuhan (Guru) Spiritual

Akan tetapi, lagi-lagi Sulaiman membuat tingkah, ia mengadukan nasibnya pada Nabi seraya berkata, “siapakah orang mau diberi sedekah sementara aku sendiri adalah orang termiskin, ya Rasulullah.” Mendengar ucapan Badui, pecah gelak-tawa Nabi, beliau tertawa lepas melihat kondisi orang dihadapi itu, lalu beliau menyuruh, “ya… sudah, bawa dan berikan ini kepada keluargamu.”

Entah apa yang terlintas dalam fikiran Nabi, mungkin beliau membayangkan betapa lucunya Sulaiman ini. Dikala perut lapar dan cuaca panas sempat-sempatnya berhubungan badan. Setelah melakukan kesalahan itu, jangankan mendapatkan sangsi, ia malah mendapatkan rezeki. Sungguh Allah mengatur rezeki makhluknya dengan unik. Disarikan dari kitab [Shahih Bukhori: 145/8]

Katalog Buku Alif.ID
Apa Reaksi Anda?
Bangga
0
Ingin Tahu
0
Senang
0
Terhibur
0
Terinspirasi
0
Terkejut
0
Lihat Komentar (0)

Komentari

Scroll To Top