Profesi perawat saat ini selalu identik dengan perempuan. Perawat dianggap sebagai pekerjaan mulia yang sangat cocok untuk mereka. Maka tak heran, jika kita menengok sekolah-sekolah keperawatan, sebagian besar muridnya adalah kaum perempuan. Sudah pasti mereka akan mengenal sosok Florence Nightingale, tokoh yang dianggap sebagai pelopor perawat dunia. Namun, mereka belum tentu mengetahui bahwa jauh sebelum Florence, Islam telah melahirkan sosok perawat. Dia adalah Rufaidah al-Aslamiyyah.
Rufaidah adalah perempuan dari bani Aslam yang turut menyambut kedatangan Nabi Muhammad saw ketika berhijrah ke Madinah. Setelah itu ia berbaiat kepada Rasulullah saw dan menjadi bagian dari umat Islam. Nama lengkapnya adalah Rufaidah binti Sa’ad al-Anshari. Sementara itu, nama “al-Aslamiyah” merujuk pada marganya yakni Aslam yang menjadi salah satu klan dari suku Khazraj di Madinah.
Rufaidah al-Aslamiyah mendapatkan keahlian dalam bidang keperawatan dari sang ayah yang berprofesi sebagai dokter. Ia terbiasa untuk membantu ayahnya ketika merawat orang yang sakit. Keahliannya ini membawa kemanfaatan bagi umat Islam yang saat itu baru membangun sebuah komunitas.
Rufaidah biasa mengobati orang-orang terluka akibat perang antara kaum muslim dan kafir Quraisy. Ibnu Ishaq menyebutkan dalam kisah Sa’ad bin Muazd, ketika ia terluka dalam perang Khandaq, Nabi Muhammad saw bersabda, “Tempatkanlah Sa’ad dalam kemah Rufaidah di masjid (Nabawi) agar aku dapat menjenguknya dari dekat.” Ketika Sa’ad dalam perawatan, Rasulullah saw selalu menanyakan kabarnya setiap pagi dan sore.
Cara Rufaidah dalam menangani Sa’ad bin Muadz yang sedang terluka sangat revolusioner. Saat itu, Sa’ad terkena panah di dadanya. Rufaidah tidak serta mencabut anak panah yang menancap. Sebaliknya, ia berusaha untuk menghentikan aliran darahnya terlebih dahulu. Ia mengetahui bahwa jika langsung dicabut, Sa’ad akan mengalami pendarahan dan kemungkinan kecil nyawanya akan tertolong. Teknik tersebut sangat brilian saat itu.
Saat peperangan terjadi, Rufaidah akan bersiaga dengan mendirikan kemah-kemah medis di sekitarnya. Ketika prajurit muslim ada yang terluka, mereka akan diserahkan kepada Rufaidah untuk dirawat. Rufaidah telah memainkan perannya sebagai relawan dan penolong pertama pada korban perang. Tak pelak, apa yang dilakukan Rufaidah telah menyelamatkan banyak nyawa umat Islam.
Sebelum perang Khandaq, Rufaidah juga telah melibatkan dirinya dalam perang Uhud. Saat itu, ia membawa peralatan medis dan tenda dengan untanya untuk merawat umat Islam yang menjadi korban perang. Sejak saat itu, ia selalu terlibat dalam setiap peperangan walaupun berada di garis terakhir sebagai tenaga medis.
Ketika tidak ada perang pun, tangannya selalu terbuka untuk membantu orang yang membutuhkan pertolongannya. Ia mengabdikan dirinya untuk komunitas Muslim dalam bidang kesehatan. Tak hanya itu, ia juga melatih perempuan-perempuan Muslim lainnya untuk menjadi seorang perawat. Hal ini sangat penting untuk regenerasi di kalangan umat Islam. Ummu Ammara, Ummu Aiman, dan Hindun adalah di antara nama-nama yang bekerja dengan Rufaidah.
Karena jasanya yang begitu besar bagi Islam, sebuah syair ditulis oleh Ahmad Muharram untuk Rufaidah sebagaimana yang tertera dalam buku 25 Perempuan Teladan karya Umma Farida yang dikutip dari Aba Firdaus yang berbunyi sebagai berikut:
Wahai Rufaidah
Ajarkanlah kasih sayang kepada manusia
Tambahkan ketinggian harkat kaummu
Ambillah orang yang terluka dan sayangilah
Berkelilinglah di sekitarnya dari waktu ke waktu
Bila orang-orang tidur mendengkur
Maka janganlah engkau tidur
Demi mendengar rintihan orang yang sakit
Puisi di atas menggambarkan peran Rufaidah di tengah-tengah komunitas Muslim. Ia menebar kasih sayang di antara mereka melalui dedikasi dan komitmennya dalam menolong orang-orang yang sedang sakit. Ia juga menjadi simbol kehormatan kaum perempuan di tengah masyarakat dimana budaya patriarki masih kuat menghantui. Kehadirannya membawa secercah harapan khususnya bagi perempuan dan umumnya untuk Islam.
Kisah Rufaidah ini dapat dijadikan inspirasi oleh kaum perempuan bahwa pendidikan yang melahirkan keahlian akan menempatkan mereka pada posisi terhormat. Keahlian yang dimiliki kemudian diaplikasikan untuk kepentingan masyarakat umum demi kehidupan yang lebih baik. Setiap manusia dikaruniai potensi dan kelebihan masing-masing. Tugas kita adalah menggali dan mengenalinya supaya dapat dimanfaatkan seperti halnya Rufaidah yang mencurahkan dirinya untuk merawat orang-orang yang sakit.